Saham Big Bank Koreksi, Valuasi Makin Murah. Check Disini Peluangnya!

2 weeks ago 15

Jakarta, CNBC Indonesia - Pergerakan saham perbankan big caps RI memang tidak dipungkiri masih loyo. Namun, dibalik itu ada valuasi yang semakin murah, ini bisa menjadi sinyal untuk cicil beli investing.

CNBC Indonesia memantau sampai pada Rabu hari ini (15/1/2025), empat saham big bank terpantau rebound. Saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) memimpin dengan penguatan 3,16%, lalu disusul dengan saham PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI), dan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA).

Sayangnya, dengan penguatan harian tersebut belum menutup penyusutan yang terjadi selama sebulan terakhir ini. Bahkan rata-rata secara tahunan masih terkoreksi. Paling dalam terjadi di saham bank BUMN yang mayoritas turun dua digit.

Apa yang bikin saham bank loyo?

Ada beberapa faktor yang membebani penguatan saham bank, mulai dari arus keluar dana asing, nilai tukar melemah akibat tekanan indeks dolar AS, yield US Treasury yang terus merangkak, sampai prospek laju cut rate bank sentral melambat tahun ini.

Sebelumnya, dikabarkan pada pertengahan Desember lalu the Fed dan Bank Indonesia (BI) senada mengisyaratkan perlambatan dalam pemangkasan suku bunga.

Hal tersebut kemudian semakin terkonfirmasi dari kinerja pasar tenaga kerja AS yang solid, kemudian pada hari Rabu ini, pelaku pasar akan meninjau seberapa jauh efek inflasi dari negeri Paman Sama yang diproyeksi masih mengetat.

Kombinasi data tersebut akan menjadi dasar bagi keputusan the Fed dalam menentukan kebijakan moneternya pada akhir bulan ini. Sejauh ini, menurut CME FedWatch Tool, pada pertemuan FOMC Januari ini, suku bunga diproyeksikan akan ditahan dengan peluang mencapai 97,3%.

Peluang suku bunga the Fed Januari 2025 menurut CME FedWatch ToolFoto: CME FedWatch Tool
Peluang suku bunga the Fed Januari 2025 menurut CME FedWatch Tool

Suku bunga tinggi yang akan bertahan lebih lama menunjukkan ketahanan ekonomi AS masih kuat. Hal ini kemudian berimplikasi pada indeks dolar AS (DXY) dan Yield US Treasury terus merangkak naik.

CNBC Indonesia sampai Rabu hari ini memantau DXY masih di atas 109, sementara yied UST di atas 4,5%. Akibat ini, rupiah pun masih kena imbasnya dengan depresiasi lagi.
Merujuk data Refinitiv pada Rabu hari ini sampai pukul 12.00 WIB, rupiah berada di posisi Rp16.295/US$, melemah 0,22% dari awal pembukaan.

Tekanan terhadap rupiah ini menunjukkan aliran dana terus keluar dari Tanah Air. Di keseluruhan pasar saham sendiri, sejak awal tahun masih mencatat net foreign sell mencapai Rp3,95 triliun.

Kinerja Keuangan Big Caps Masih Kuat

Melihat banyaknya beban yang dihadapi bank ini, jadi tak heran jika harga saham kemudian merespon dengan adanya penurunan.

Namun, dibalik itu jika kita membahas soal kondisi keuangan perusahaan, sebenarnya rata-rata big bank masih memiliki ketahanan cukup kuat dalam menghadapi badai ketidakpastian ekonomi tersebut.

Merujuk dari data yang dipublikasikan perusahaan sampai September 2024, ketahanan keuangan big bank masih tercermin dari CAR di atas 20% yang menunjukkan kuatnya struktur modal.

Selain itu, dari sisi likuiditas (LDR) dan risiko kredit (NPL) masih di level ideal memungkinakan bank untuk tetap ekspansif, meskipun di tengah ketidakpastian ekonomi saat ini.

Selain itu, sektor bank di Indonesia merupakan sektor paling krusial dengan kontribusi di atas 30%. Bisa dibilang sektor bank merupakan pondasi atau kepala naga yang mengakselerasi sektor-sekor lain kembali pulih.

Hal ini tak lekang dari model bisnisnya sebagai pemberi modal pada pelaku usaha agar semakin ekspansif mengembangkan bisnisnya. Terutama, saham big bank BUMN merupakan salah satu saluran pendapatan besar bagi pemerintah RI, jadi tak menutup kemungkinan kinerja loyo ini hanya akan bertahan sementara saja.

Kapan Saham Bank Bisa Bangkit?

Pergerakan harga yang turun tak selamanya akan turun, harga selalu bergerak dalam siklus. Artinya, ada masanya turun, ada masanya naik.

Jika kita melihat dari sektor finansial secara umum, dalam dua tahun terakhir ini, terjadi pemulihan selama empat sampai lima bulan setelah lima bulan dari level bottom-nya. Lantas, apakah Januari ini sudah bisa menjadi bottom dan akan segera bangkit?

IDXFINANCE secara dailyFoto: Tradingview
IDXFINANCE secara daily

Jawabannya, tidak ada seorang pun yang tahu soal bottom market dimana, tetapi kita bisa mencari level harga yang best price untuk cicil beli. Salah satunya, adalah dengan menilai secara valuasi.

Kami menggunakan metrik Price to Book Value (PBV) untuk menilai murah mahalnya saham big bank terkini.

Dari data di atas terlihat, saham BBRI dan BBNI mencatatkan diskon yang paling besar di atas dua digit, ini menunjukkan valuasi yang sudah murah dan mulai menarik untuk mulai cicil beli . Sementara untuk BBCA dan BMRI diskon-nya masih relatif sedikit, sehingga strateginya lebih baik wait and see dulu ke posisi yang lebih best price.

Namun, perlu diakui juga bahwa valuasi yang murah tak menutup kemungkinan valuasi semakin murah alias harga masih bisa semakin turun. Oleh karena itu, agar keputusan investasi lebih rasional dibutuhkan analisis lanjutan secara fundamental dan teknikal.

CNBC INDONESIA RESEARCH

Sanggahan : Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investor terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.

(tsn/tsn)

Read Entire Article
Lifestyle | Syari | Usaha | Finance Research