Jakarta, CNBC Indonesia - Baru sekitar dua minggu setelah Donald Trump resmi dilantik menjadi Presiden Amerika Serikat (AS) dan sudah banyak kebijakan yang mengguncang pasar.
Hal itu membuat emas menjadi salah satu buruan pelaku pasar untuk menjadi lindung nilai akibat banyak ketidakpastian. Alhasil, harga emas acuan dunia (XAU) terus terbang sampai menembus level tertinggi baru lagi.
Merujuk data Refinitiv, pada perdagangan Selasa hari ini (4/1/2025) per pukul 10.50 WIB, harga emas global berada di US$ 2.819,49 per troy ons, sejak pembukaan pagi tadi sudah menguat 0,23% dan menandai level tertinggi baru sepanjang masa.
Jika harga emas mampu bertahan di level ini atau lebih tinggi, pada penutupan nanti potensi mematahkan rekor yang dicapai kemarin di US$2.813,49 per troy ons.
Harga emas yang terus melaju ini jika ditarik mundur sejak Trump dilantik kira-kira sudah melejit 4,28% dalam dua pekan. Jika dibandingkan pada periode pertama waktu Trump dilantik pada saat itu, sekitar dua minggu perdagangan harga emas hanya menguat sekitar 0,84%.
Foto: Tradingview
Harga emas pasca pelantikan Trump 2017 Vs 2025
Harga emas yang terus naik akhir-akhir ini sebenarnya bergerak anomali dengan posisi dolar AS yang makin kuat. CNBC Indonesia memantau indeks dolar AS (DXY) masih berada di atas 109, terutama setelah Trump mengumumkan tarif untuk tiga negara dengan kontribusi impor besar, yakni Kanada, Meksiko, dan China.
Biasanya, harga emas akan naik jika dolar melemah, karena kurs yang lebih murah akan membuat permintaan emas naik.
Namun, yang terjadi saat ini adalah harga emas tetap naik meskipun indeks dolar di level yang mahal. Artinya, permintaan terhadap logam mulia ini masih tetap kuat yang digunakan untuk safe haven atau lindung nilai.
Emas sangat diincar untuk melindungi nilai aset di tengah banyaknya ketidakpastian yang muncul akibat sejumlah kebijakan agresif yang dikeluarkan Trump setelah resmi dilantik.
Sebagai contoh saja, dari ancaman tarif yang diumumkan pekan lalu, membuat pasar khawatir akan berdampak pada kenaikan sejumlah harga barang yang imbasnya bisa membuat inflasi ketat lagi.
Namun, pada Selasa hari ini, dikabarkan lagi soal pemberlakuan tarif impor AS ini ditunda selama 30 hari ke depan.
Ketidakpastian soal tarif muncul lagi menandai dimulainya perang dagang lagi. Apalagi, kita juga masih menanti soal beberapa komoditas yang krusial memberikan multiplier efek ke berbagai sektor, seperti microchip, migas, farmasi, dan sebagainya.
Adrian Ash, Direktur Riset di BullionVault, menyatakan bahwa ancaman tarif itu sendiri telah mendorong kenaikan harga emas sejak awal Desember. Kini, kemungkinan meningkatnya perang dagang yang dipimpin AS semakin mendukung kenaikan harga emas.
Goldman Sachs tetap merekomendasikan posisi long pada emas sebagai strategi investasi dengan keyakinan tertinggi di antara semua komoditas. Bank investasi tersebut kembali menegaskan proyeksi harga emas mencapai US$3.000 per troy ounce pada kuartal kedua 2026.
Senada, Bart Melek, kepala strategi komoditas di TD Securities mengatakan pasar belum sepenuhnya yakin mengenai sejauh mana perang dagang ini akan berakhir.
"Kami belum melihat respons lengkap dari emas dan jika perang dagang ini berlanjut dalam jangka waktu yang cukup lama, itu bisa menyebabkan harga emas yang jauh lebih tinggi di masa depan,"tutur Melek, kepada Reuters
CNBC INDONESIA RESEARCH
Sanggahan : Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investor terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
(tsn/tsn)