10 Barang Ini Buat AS Kalah Telak Lawan RI, Semoga Trump Gak Marah

1 day ago 3

Jakarta, CNBC Indonesia- Defisit perdagangan Amerika Serikat (AS) dengan Indonesia diperkirakan akan meningkat pada 2024.  Defisit tersebut dikhawatirkan bisa membuat AS khawatir hingga memberlakukan kebijakan kenaikan tarif kepada Indonesia.

Data Kementerian Perdagangan menunjukkan Indonesia surplus perdagangan sebesar US$ 12,82 miliar pada Januari-November 2024. Nilai tersebut lebih rendah dibandingkan yang dicatat Badan Statistik AS yakni US$ 16,4 miliar. 
Defisit tersebut menempatkan Indonesia di peringkat ke-15 dalam daftar negara dengan defisit perdagangan terbesar bagi Negeri Paman Sam.

Sebagai perbandingan, AS mengalami defisit perdagangan jauh lebih besar dengan China ($270.4 miliar), Meksiko ($157.2 miliar), dan Vietnam (-$113.1 miliar).

Dengan kata lain, meskipun AS mengimpor lebih banyak dari Indonesia dibanding ekspor yang dikirim ke sana, volume perdagangannya masih relatif keci dibandingkan negara-negara dengan hubungan rantai pasokan lebih dalam dengan AS, seperti China dan Meksiko.

Kendati Indonesia masuk 15 besar penyumbang defisit terbesar di AS, Indonesia bukanlah penyuplai utama barang ke AS. Indonesia bahkan tidak masuk dalam 15 besar penyuplai impor ke AS. Posisi pertama diduduki Meksiko kemudian kemudian China.

Besarnya defisit AS dengan China lebih disebabkan oleh sedikitnya ekspor AS ke Indonesia. Dengan nilai ekspor yang kecil sementara impor lebih besar maka defisit akan bengkak.
Berikut data ekspor impor AS vs Indonesia yang diambil dari  situs resmi perdagangan pemerintah AS Cencus.gov.

Apa yang Paling Banyak Diekspor RI ke AS?

Data ekspor Indonesia ke AS sepanjang Januari-Desember 2024 menunjukkan bahwa produk-produk manufaktur dan tekstil mendominasi pengiriman ke Negeri Paman Sam.

Tren ini menunjukkan bahwa ekspor Indonesia ke AS masih didominasi oleh sektor manufaktur padat karya, khususnya tekstil, alas kaki, dan produk elektronik. Hal ini sejalan dengan posisi Indonesia sebagai salah satu pemain utama dalam industri fashion global serta pemasok elektronik untuk rantai pasokan AS.

Meskipun defisit perdagangan AS dengan Indonesia kecil dibandingkan negara lain, fakta bahwa AS lebih banyak mengimpor dari Indonesia tetap menjadi sinyal positif. Ini menandakan adanya permintaan tinggi terhadap produk-produk Indonesia di pasar AS.

Namun, posisi Indonesia yang tidak masuk dalam daftar 15 negara dengan total perdagangan terbesar AS juga menunjukkan bahwa ketergantungan AS pada barang dari Indonesia masih tergolong rendah. Dibandingkan dengan China, Meksiko, dan Vietnam yang memiliki jaringan rantai pasokan lebih dalam dengan AS Indonesia masih perlu memperkuat penetrasi produknya.

Dari perspektif geopolitik dan perubahan rantai pasokan global, tren ini bisa menjadi peluang. Jika AS ingin mengurangi ketergantungan pada China dan mencari alternatif di Asia Tenggara, Indonesia bisa memanfaatkan momentum tersebut untuk meningkatkan ekspornya, terutama dalam industri bernilai tambah tinggi.

Secara keseluruhan, meskipun AS mengalami defisit perdagangan dengan Indonesia, angkanya masih relatif kecil dibandingkan negara lain seperti China dan Meksiko. Namun, kehadiran Indonesia dalam daftar defisit tetap menarik karena menunjukkan bahwa AS masih lebih banyak mengimpor dari Indonesia dibandingkan ekspor yang dikirim ke Tanah Air.

Dengan strategi yang tepat misalnya dengan meningkatkan daya saing produk ekspor, menambah nilai tambah industri manufaktur, serta memperluas diversifikasi produk Indonesia berpeluang memperbesar pangsa pasarnya di AS. Jika ini berhasil, bukan tak mungkin dalam beberapa tahun ke depan, Indonesia bisa naik peringkat dalam daftar mitra dagang utama AS.

Presiden AS, Donald Trump, berencana melancarkan kebijakan kenaikan tarif terhadap mitra dagang mereka yang mencatat impor besar atau defisit dalam jumlah besar.
Trump memang menunda kebijakan tarif untuk Meksiko dan Kanada. Namun, banyak pihak khawatir itu hanya langkah sementara.

Sebagai catatan, AS pada 108, AS meminta adanya evaluasi, mencari tahu kenapa Indonesia bisa mencetak surplus sebegitu besar.

Akhirnya, evaluasi pun dimulai. Sekitar 124 produk produk asal Indonesia tengah dievaluasi apakah pantas mendapatkan fasilitas generalized system of preference (GSP), atau tidak.

GSP sendiri adalah semacam sistem seperti pembebasan bea masuk yang diberikan AS ke produk impor. Maka, apabila GSP itu dihapus, produk Indonesia akan menjadi lebih mahal sehingga menurunkan permintaan.

CNBC INDONESIA RESEARCH
[email protected]

(emb/emb)

Read Entire Article
Lifestyle | Syari | Usaha | Finance Research