Jakarta, CNBC Indonesia - Pertumbuhan ekonomi Indonesia untuk kuartal IV-2024 diproyeksikan meningkat dibandingkan kuartal sebelumnya. Perbaikan pertumbuhan ditopang libur Natal dan Tahun Baru (Nataru) yang berdampak pada meningkatnya konsumsi akhir tahun.
Badan Pusat Statistik (BPS) akan mengumumkan data pertumbuhan ekonomi kuartal IV-2024 pada Rabu (5/02/2025). Sebagai catatan, pertumbuhan ekonomi kuartal IV-2024 menjadi data Produk Domestik Bruto (PDB) pertama era Presiden Prabowo Subianto.
Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesiadari 14 institusi memperkirakan pertumbuhan ekonomi mencapai 5%(year on year/yoy) dan 0,5% (quartal to quartal/qtq) pada kuartal IV-2024 pada Oktober-Desember 2024. Sedangkan secara setahun penuh (full year), PDB Indonesia diperkirakan tumbuh sedikit lebih tinggi yakni di angka 5,01%.
Sebagai catatan, ekonomi Indonesia tumbuh 4,95% yoy dan 1,50% qtq pada kuartal III-2024. Sementara itu, ekonomi Indonesia tumbuh 5,04% (yoy) dan 0,45% (qtq) pada kuartal IV-2023.
Dengan menghitung pertumbuhan ekonomi kuartal I-III pada 2024 dan proyeksi kuartal IV-2024 maka pertumbuhan ekonomi full year 2024 diperkirakan berada di angka 5,01%. Jika benar, maka pertumbuhan ini tergolong lebih rendah dibandingkan pada 2023 yang sebesar 5,05%. Proyeksi tersebut sejalan dengan forecast Bank Indonesia (BI) yang memperkirakan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia akan berada di rentang 4,7-5,5% dengan nilai tengah di angka 5,1%.
Sedangkan dari sisi pemerintah, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal IV-2024 tetap terjaga di level 5%. Hal ini diungkapkan oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati pada konferensi pers APBN 2024, Senin (6/1/2025).
Konsumsi Rumah Tangga Makin Optimis pada Kuartal IV-2024
Pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) pada Ekonomi kuartal IV-2024 utamanya masih akan ditopang oleh konsumsi masyarakat, terutama selama Natal dan Tahun Baru (Nataru).
Sebelumnya, pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada kuartal III-2024 cenderung lebih rendah dibandingkan kuartal II-2024 yakni dari 4,93% menjadi 4,91%. Namun hal ini berpotensi terjadi kenaikan yang lebih tinggi pada kuartal IV-2024 karena adanya momen libur Nataru.
Untuk diketahui, konsumsi menyumbang sekitar 53-56% pada total Produk Domestik Bruto (PDB) sehingga laju konsumsi akan sangat menentukan pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Ekonom Bank Danamon, Hosianna Situmorang menyampaikan bahwa kenaikan pertumbuhan ekonomi Indonesia dipengaruhi oleh faktor musiman seperti lonjakan konsumsi pada akhir tahun, terutama selama periode Nataru, yang mendukung permintaan domestik.
Kenaikan tingkat konsumsi masyarakat juga terindikasi dalam hal Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) yang dirilis oleh BI selama kuartal IV-2024 yang terus menanjak.
IKK Oktober 2024 berada di angka 121,1 (posisi terendah sejak Desember 2022), kemudian melesat menjadi 125,9 pada November 2024, dan kembali menyentuh level yang lebih tinggi pada Desember 2024 di level 127,7.
Selain itu, Indeks Penjualan Riil (IPR) juga tampak mengalami kenaikan baik secara bulanan maupun tahunan.
Kinerja penjualan eceran diprakirakan meningkat pada Desember 2024. Hal ini tecermin dari IPR Desember 2024 yang diprakirakan mencapai 220,3 atau secara tahunan tumbuh 1,0% (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan pada bulan sebelumnya.
Secara bulanan, penjualan eceran diprakirakan terakselerasi dengan pertumbuhan sebesar 5,1% (mtm) setelah pada bulan sebelumnya terkontraksi sebesar 0,4% (mtm).
Untuk diketahui, IPR adalah indikator ekonomi yang mengukur nilai riil (setelah disesuaikan dengan inflasi) dari total penjualan barang dan jasa dalam suatu periode waktu tertentu. Indeks ini mencerminkan tingkat konsumsi masyarakat dengan mempertimbangkan daya beli yang sesungguhnya, sehingga memberikan gambaran lebih akurat mengenai aktivitas ekonomi dibandingkan dengan angka penjualan nominal.
Selain itu, data yang ditunjukkan dalam Mandiri Spending Index (MSI) juga tampak terus mengalami kenaikan bulan demi bulan.
Per 2 Januari 2025, angka MSI berada di posisi 244,2 dan MSI pada kuartal IV-2024 terpantau lebih tinggi dibandingkan kuartal-kuartal sebelumnya.
Foto: Mandiri Spending Index
Sumber: MSI
Dari sisi produksi, perbaikan permintaan tercermin melalui laju PMI Manufaktur yang tampak membaik di era pemerintahan Presiden Prabowo Subianto jika dibandingkan kuartal III-2024.
Pada Oktober-Desember 2024, rata-rata PMI Manufaktur mencapai 50 sementara pada Juli-September 2024 hanya 49,13.
Namun data PMI tersebut tidak serta-merta menunjukkan hal positif dalam hal penjualan mobil.
Data dari GabunganIndustri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) menunjukkan penjualan mobil sepanjang tahun 2024 jauh dari target awal.
Sepanjang 2024, penjualan mobil dari pabrikan ke diler (wholesales) hanya 865.723 unit, jauh lebih kecil dibanding 2023 yang tembus 1.005.802 unit. Artinya ada penurunan sebesar 140.079 unit atau 13,9%.
Sedangkan penjualan dari diler ke konsumen (retail sales) juga anjlok dua digit yakni 10,9% atau 108.379 unit dari 998.059 unit di 2023 menjadi 889.680 unit.
Kendati demikian, di penghujung tahun sudah mulai terlihat kenaikan penjualan di kisaran 80 ribu unit. Pada Desember 2024, wholesales mencapai 79.806 unit, lebih tinggi 6,6% atau 4.953 unit dibanding November 74.853 unit.
Kemudian retail sales Desember juga naik dibanding bulan sebelumnya, yakni 82.094 unit lebih besar 7,4% atau 5.621 unit dibanding November yang terjual 76.743 unit.
Di luar konsumsi, ekspor dapat menjadi pendorong ekonomi Indonesia di kuartal IV-2024.
Data dari BPS menunjukkan total ekspor di kuartal IV-2024 lebih tinggi dibandingkan kuartal-kuartal sebelumnya pada 2024 yakni sebesar US$71,88 miliar.
Kepala Ekonom Bank Permata, Josua Pardede mengatakan bahwa net ekspor pada kuartal IV-2024 diperkirakan akan tumbuh meningkat 3,88% yoy dari kuartal sebelumnya -1,97% yoy, terindikasi dari peningkatan ekspor non-migas sepanjang kuartal IV-2024 sebesar 8,5% yoy.
Kenaikan ekspor ini sejalan dengan apresiasi dari harga komoditas disepanjang kuartal IV-2024, terutama pada sektor ekspor yang membantu perekonomian Indonesia.
"Kenaikan harga komoditas global yang berkelanjutan juga berperan positif, terutama pada sektor ekspor yang membantu perekonomian Indonesia. Meski ada tantangan dari ketidakpastian ekonomi global, faktor-faktor ini memberikan ruang untuk optimisme." kata Josua.
Sedangkan dari sisi nilai impor Indonesia pada kuartal IV-2024 juga tampak mengalami kenaikan secara tahunan sebesar 8,64% dari US$57,36 miliar menjadi US$62,79 miliar.
Selain itu dalam hal investasi, data dari Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) menunjukkan realisasi investasi pada kuartal IV-2024 tercatat Rp452,8 triliun atau tumbuh 23,8% yoy dan 4,9% secara qoq.
Pertumbuhan investasi pada kuartal IV-2024 lebih tinggi dibandingkan Kuartal IV-2023 yang hanya 16,2% (yoy).
Realisasi ini didominasi oleh Penanaman Modal Asing (PMA) sebesar Rp245,8 triliun (54,3%), tumbuh 33,3% yoy. Sementara PMDN Rp207 triliun atau tumbuh 14,1%.
Perlu dicatat jika data BKPMdi luar investasi sektor Hulu Migas, Perbankan, Lembaga Keuangan Non Bank, Asuransi, Sewa Guna Usaha, Industri Rumah Tangga, Usaha Mikro dan Usaha Kecil.
Kepala BKPM/Menteri Investasi dan Hilirisasi, Rosan P Roeslani, menegaskan lonjakan investasi pada kuartal IV-2024, terutama asing, menunjukkan kepercayaan besar investor terhadap pemerintahan Presiden Prabowo Subianto.
"Kalau saya senang bicara dengan angka dan statistik itu cerminan keyakinan investor melihat dalam pemerintahan baru di bawah kepemimpinan Pak Prabowo menunjukkan ada keyakinan karenapesan yang kita dapat, kita bisa maintan peace and stability," tutur Rosan dalam konferensi pers, Jumat (31/1/2025).
Investasi yang paling diminati investor adalah industri logam dasar, barang logam, bukan mesin dan peralatannya (Rp 60,4 triliun), diikuti pertambangan (Rp 52,2 triliun), transportasi, gudang, dan telekomunikasi (Rp 42,7 triliun), dan industri makanan (Rp 34,5 triliun).
Sedangkan dari sisi belanja pemerintah untuk kuartal IV-2024 juga tampak tidak berbeda signifikan dibandingkan kuartal IV-2023.
Data Kementerian Keuangan menunjukkan belanja negara pada Oktober-Desember 2024 tercatat Rp 1.098 triliun atau turun 4,72% dibandingkan periode yang sama 2023. Sebagai perbandingan, belanja negara Oktober-Desember 2023 menembus Rp 1.153 triliun.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(rev/rev)