Jakarta, CNBC Indonesia - Selagi mencermati hasil laporan keuangan sepanjang tahun lalu, kini investor mulai menerka seberapa besar dividen yang potensi dibagikan tahun ini, terutama pada saham-saham yang terkenal royal.
Kami melihat ada tiga emiten yang potensial membagikan dividen atraktif di atas bunga deposito. Mayoritas banyak yang belum membagikan laporan keuangan 2024, tetapi momen saat ini bisa menjadi peluang untuk akumulasi sambil menanti cuan dari dividen.
→ Proyeksi Dividen ELSA
Emiten sektor minyak dan gas (migas) BUMN, PT Elnusa Tbk (ELSA) cukup menarik dilirik dividen hunters.
Emiten ini tercatat memiliki net cash dan free cash flow yang cukup tinggi. Berdasarkan catatan kami sampai September 2024, ELSA memiliki arus kas bebas secara trailing twelve month (TTM) sebanyak Rp1,18 triliun.
ELSA masih memiliki katalis pertumbuhan pada core profitnya didorong investasi di sektor hulu migas, ini akan membuat pendapatan meningkat di segmen jasa hulu migas dan jasa penunjang migas-nya.
Apalagi, bisnis hulu migas ELSA ini kontribusinya masih relatif lebih kecil dibandingkan dengan bisnisnya sebagai tukang angkut BBM.
Sebagai informasi saja, pada 2022 lalu, bisnis hulu migas ELSA ini malah kontribusinya masih di bawah 5% dari pendapatan. Jadi, peningkatannya sampai September 2024 itu terbilang sangat pesat.
Berikut kontribusi segmen pendapatan ELSA sampai September 2024 :
Melihat kontribusi pendapatan itu, bisa dibilang ELSA juga tidak terlalu dirugikan ketika harga minyak saat ini masih lemas, karena faktanya bisnis distribusinya masih jadi penyumbang utama pendapatan.
Profitabilitas ELSA sampai September 2024 lalu terbilang kinclong. Pendapatan mencapai Rp9,6 triliun, sudah setara 77% dari pendapatan sepanjang 2023.
Dan, menariknya laba bersih sudah mencapai Rp551 miliar, tumbuh 10% secara tahunan dan melampaui raihan 2023 sebanyak Rp502 miliar.
Dari sini bisa kita hitung proyeksi dividen yang bakal dibagi dari tahun buku 2024 tentu akan lebih tinggi.
Jika menghitung dari asumsi dividen payout ratio (DPR) sama seperti tahun lalu sebesar 40%, dengan earning per share (EPS) secara TTM akan menghasilkan Dividen per share (DPS) menjadi Rp35,50, nilai ini potensi naik dari tahun sebelumnya sebesar Rp27,57.
Mempehitungkan cuannya, jika investor beli saham ELSA di Rp456 per lembar, maka akan mendapatan keuntungan sampai 7,78%.
→ Proyeksi Dividen PGAS
Dividen player berikutnya masih datang dari perusahaan migas BUMN, yakniPT Perusahaan Gas Negara Tbk. (PGAS).
PGAS juga mencatat raihan laba ciamik sepanjang Januari - September 2024 mencapai US$ 263,38 juta, melejit 32,69% yoy.
Dengan laba yang meningkat mengimplikasi naiknya EPS PGAS menjadi 215. Jika PGAS masih cukup royal membagikan dividen dengan payout sama seperti tahun lalu sebesar 84,10%, kami bisa menghitung potensi DPS menjadi Rp180.
Dari nilai itu, jika pelaku pasar membeli saham PGAS di harga Rp1.595 per lembar, ada potensi mendapatkan cuan sampai 11,28%.
→ Proyeksi Dividen NISP
Saham dividen player ketiga yang kami nilai menarik ada dari bank KBMI III, PT Bank OCBC NISP Tbk (NISP).
Berbeda dari dua perusahaan di atas yang belum lengkap melaporkan kinerja sepanjang tahun lalu. Bank NISP ini malah sudah duluan merilis kinerjanya.
NISP terbilang menutup tahun 2024 dengan gemilang, meskipun menghadapi tantangan seperti inflasi ketat, suku bunga tinggi, sampai daya beli lemah.
Tercatat, NISP berhasil merauh laba bersh Rp4,9 triliun, melesat 19% yoy. Laba yang positif ini diraih berkat kenaikan pendapatan bunga dan syariah hingga 11% yoy menjadi Rp11,04 trliiun, ditambahan hasil dari mengurangi beban cadangan kerugian penurunan nilai sampai 87% yoy.
Kami lihat dengan adanya penurunan cadangan beban itu masih bisa berlanjut pada tahun ini seiring tren suku bunga dalam penurunan.
Selain itu, ada juga tambahan pendapatan non operasional bersih yang tercatat sebanyak Rp284 miliar.
Dari hasil kinerja profitabilitas yang solid itu, kemudian kami bisa memproyeksikan potensi dividen NISP pada tahun ini dari laba tahun buku 2024.
Adapun nilai EPS tercatat mencapai 212, jika menggunakan asumsi DPR sama seperti tahun lalu di 40%, maka DPS bisa mencapai Rp84,8. Nilai ini bisa mengimplikasi dividen yield sebanyak 6,28% dari harga saham di Rp1.350 per lembar.
Berikut untuk membandingkan dari proyeksi dividen tiga emiten di atas :
Sebagai catatan, perhitungan kami masih merupakan proyeksi kasaran menggunakan data TTM dan asumsi payout tahun lalu.
Pada akhirnya, keputusan final dividen akan diumumkan pada RUPS yang tentunya akan mempertimbangkan beberapa hal lain seperti seberapa banyak kas yang dimiliki, potensi ekspansi ke depan, dan berbagai risiko yang menghambat operasional bisnis perusahaan.
CNBC INDONESIA RESEARCH
Sanggahan : Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investor terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.(tsn/tsn)