Intip Saham Jagoan Para Big Fund: Mulai BlackRock Hingga JP Morgan

1 day ago 4

Jakarta, CNBC Indonesia - Analogi "small fishes follow the big fish" di dalam pasar saham bida menjadi salah satu pertimbangan awal dalam memilih saham untuk investasi. Hal ini karena para Big Fish atau Big Fund memiliki kekuatan untuk menjadi penggerak pasar.

Para Big Fund tersebut berbagai macam, mulai dari perusahaan investasi, asuransi, dana pensiun, hingga individu yang memiliki modal besar. 

Saat kondisi pasar saham tidak kondusif dan penuh ketidakpastian, investor boleh saja "mengintip" strategi portofolio para Big Fund sebagai referensi. Apalagi saat ini Indeks Harga Saham Gabungan IHSG) sedang berada di posisi yang tertekan.

Tim CNBC Indonesia telah merangkum 10 besar saham yang dimiliki oleh tujuh Big Fund di pasar saham Indonesia, antara lain:

Pasar saham Indonesia terpuruk paska Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengumumkan wacana pengenaan tambahan tarif bagi Kanada, Meksiko, dan China.

Pada Sabtu lalu, Trump menandatangani perintah yang mengenakan penambahan tarif sebesar 25% atas impor dari Meksiko dan Kanada, serta tambahan tarif sebesar 10% atas produk China.

Menanggapi hal ini, pemerintah China mengecam pengenaan tarif bea masuk tambahan sebesar 10% atas barang ekspornya. Kendati dikenakan tarif yang lebih tinggi, China tetap membuka pintu untuk perundingan dengan AS.

Selain China, Kanada dan Meksiko juga menanggapi aksi Trump yang telah menandatangani pengenaan tarif impor dari ketiga negara tersebut.

Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau mengatakan negaranya akan membalas tarif baru Trump dengan mengenakan tarif sebesar 25% pada barang-barang AS mulai dari minuman hingga peralatan.

Adapun, Presiden Meksiko Claudia Sheinbaum telah memerintahkan tarif pembalasan. Dalam posting yang panjang di X, Sheinbaum mengatakan pemerintahnya menginginkan dialog daripada konfrontasi dengan tetangganya ini, tetapi Meksiko terpaksa menanggapi dengan cara yang sama.

Penerapan tarif ini membuat potensi perang dagang kembali mencuat. Bahkan, potensinya lebih besar ketimbang era pemerintahan Trump pertama pada 2017-2021 silam.

Jika potensi perang dagang semakin besar, maka gejolak pasar keuangan global akan kembali terjadi dan hal ini tentunya akan mempengaruhi pergerakan pasar keuangan RI, termasuk IHSG.

Dari dalam negeri, ekonomi Indonesia kembali mengalami deflasi pada Januari 2025, setelah sempat mengalami inflasi sejak Oktober hingga Desember 2024.

Deflasi pada Januari 2025 juga menjadi yang pertama kalinya di 2025, sejak terakhir deflasi pada September 2024.

Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti mengatakan kelompok penyumbang deflasi kelompok perumahan air, listrik dan bahan bakar rumah tangga 9,16% memberikan andil 1,44% komoditas tarif listrik andilnya 1,47%.

"Komoditas tarif listrik menjadi penyumbang utama deflasi Januari 2025," kata Amalia.

Adapun, laju inflasi ini bertolak belakang dengan konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia dari 12 institusi memperkirakan Indeks Harga Konsumen (IHK) diproyeksi akan naik atau mengalami inflasi secara bulanan (month-to-month/mtm) sebesar 0,30% pada Januari 2025.

Sementara secara tahunan (year-on-year/yoy), inflasi diproyeksi akan menembus 1,85%. Konsensus CNBC Indonesia juga memperkirakan inflasi inti pada Januari 2025 akan berada di 2,27% (yoy).

CNBC INDONESIA RESEARCH

(ras/ras)

Read Entire Article
Lifestyle | Syari | Usaha | Finance Research