- Pasar keuangan RI bergerak volatil, tetapi berhasil ditutup menghijau pada akhir sesi kemarin.
- Data tenaga kerja yang masih kuat membuat Wall Street ditutup merah, setelah dua hari mengalami reli.
- Pelaku pasar akan mencermati beberapa data lagi dari negeri Paman Sam, sementara dari internal akan ada rilis cadangan devisa dan ramai saham IPO hari ini.
Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan RI kompak ditutup menguat tipis pada perdagangan kemarin Selasa (7/1/12025), meskipun pergerakan pasar cenderung volatil.
Sentimen selengkapnya terkait proyeksi pergerakan pasar keuangan hari ini, Rabu (8/1/2025), silahkan bisa dibaca pada halaman tiga artikel ini.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup mendatar dengan naik tipis pada perdagangan Selasa kemarin, setelah sempat bergerak volatil di sepanjang sesi I hari ini.
IHSG ditutup naik tipis 0,04% ke posisi 7.083,28. masih bertahan di level psikologis 7.000.
IHSG bergerak volatil di sesi I dan mendatar di sesi II sepanjang perdagangan kemarin, di tengah masih derasnya dana investor asing yang keluar dari pasar saham RI.
Sepanjang hari, asing mencatatkan net sell mencapai Rp678,57 miliar di keseluruhan pasar saham. Dari pasar reguler asing ramai jual hingga Rp536,33 miliar, ditambah aksi jual dari pasar nego dan tunai senilai Rp142,24 miliar.
Adapun, nilai transaksi indeks mencapai sekitar Rp 9,5 triliun dengan melibatkan 17,5 miliar saham yang berpindah tangan sebanyak 1 juta kali. Sebanyak 242 saham naik, 343 saham turun, dan 217 saham stagnan.
Secara sektoral, sektor kesehatan dan teknologi menjadi penopang terbesar IHSG di akhir perdagangan hari ini yakni masing-masing mencapai 0,87% dan 0,86%.
Sementara dari sisi saham, emiten energi baru terbarukan (EBT) konglomerasi Prajogo Pangestu PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) menjadi penopang IHSG terbesar yakni mencapai 28,7 indeks poin.
Selain itu, adapula emiten pertambangan Grup Salim PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN) yang menjadi penopang IHSG sebesar 12,2 indeks poin.
Namun, emiten telekomunikasi PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM) menjadi penekan IHSG mencapai 13,8 indeks poin.
Beralih ke pergerakan mata uang Rupiah, pada penutupan kemarin terpantau berhasil menguat dihadapan dolar AS.
Dilansir dari Refinitiv, rupiah ditutup menguat 0,4% di angka Rp16.125/US$ pada kemarin. Hal ini berbanding tebalik dengan penutupan perdagangan sebelumnya yang melemah sebesar 0,03%.
Seiring dengan penguatan rupiah, tekanan dari indeks dolar AS (DXY) terpantau sedikit mereda.
CNBC Indonesia memantau pada kemarin hingga pukul 14:59 WIB, DXY turun 0,22% ke angka 108,02. Angka ini lebih rendah jika dibandingkan dengan posisi sebelumnya yang berada di angka 108,26.
Turunnya DXY ini terjadi karena data ekonomi AS yang lebih rendah dari perkiraan.
Laporan terbaru menunjukkan output manufaktur yang lebih lemah dari yang diperkirakan.
Data ini telah berkontribusi pada penyesuaian ulang pasar terhadap kenaikan suku bunga di masa depan oleh bank sentral AS (The Fed).
Selain itu, nada dovish terbaru dari The Fed dan kekhawatiran akan potensi perlambatan ekonomi telah menurunkan ekspektasi terhadap kenaikan suku bunga yang agresif, sehingga berkontribusi pada pelemahan dolar.
Selanjutnya, ke pasar obligasi pada perdagangan kemarin tampak masih ketat dengan yield yang naik 6 basis poin (bps) secara harian ke posisi 7,12%.
Yield obligasi acuan RI yang kompetitif ini bersamaan dengan momentum lelang Surat Utang Negara (SUN) perdana yang berlangsung kemarin.
Direktorat Surat Utang Negara di Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan telah menyelesaikan proses lelang Surat Utang Negara (SUN) dengan nilai penawaran yang masuk mencapai Rp 31,65 triliun.
Capaian tersebut jauh di atas target indikatif yang senilai Rp 28 triliun, meski di bawah target maksimal yang dipatok Kementerian Keuangan senilai Rp 42 triliun.
Pages