Warga RI Makin Susah, Rombongan Elektronik Sulit Tumbuh

2 months ago 38

Jakarta, CNBC Indonesia - Barang elektronik Indonesia cenderung semakin tidak laku terjual di Indonesia. Hal ini bersamaan dengan lemahnya daya beli masyarakat dan lebih berfokus kepada hal-hal yang bersifat primer.

Pada awal pekan ini, Bank Indonesia (BI) telah merilis data Indeks Penjualan Riil (IPR) yang tampak kembali terkontraksi secara bulanan (month on month/mom) untuk periode September (-2,5%) dan prakiraan Oktober (-0,5%).

Jika dilihat lebih rinci, penekan IPR baik secara bulanan maupun tahunan terjadi dari kelompok Peralatan Informasi dan Komunikasi.

Secara bulanan dan tahunan, kelompok Peralatan Informasi dan Komunikasi terkontraksi masing-masing sebesar -12,9% dan -29,4%.

Prakiraan IPR Oktober 2024 semakin memburuk dibandingkan September 2024 khususnya bersamaan dengan kelompok Peralatan Informasi dan Komunikasi yang selalu berada di zona kontraksi secara tahunan.

Kelompok ini tampak tak pernah tumbuh secara tahunan sepanjang 2024. Sementara secara bulanan, pertumbuhan kelompok ini hanya terjadi sebanyak tiga kali, yakni pada Maret, April, dan Agustus 2024.

Bahkan pada Oktober 2024, IPR kelompok ini diperkirakan mengalami perlambatan jauh lebih dalam dibandingkan periode sebelumnya baik secara bulanan maupun tahunan.

Untuk diketahui, kelompok Peralatan Informasi dan Komunikasi (TIK) terdiri adalah alat yang digunakan untuk mengolah, menyimpan, dan mentransfer informasi.Peralatan TIK dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu peralatan teknologi informasi dan peralatan teknologi komunikasi.

Peralatan teknologi informasi digunakan untuk mengolah data menjadi informasi, seperti personal komputer dan laptop.

Sementara peralatan teknologi komunikasi digunakan untuk mengirim dan menerima informasi, seperti telepon, radio, televisi, fax, satelit, telepon selular, dan modem.

Ketika IPR kelompok ini terus melambat, hal tersebut mengartikan bahwa barang-barang elektronik cenderung tidak diminati oleh masyarakat untuk satu hingga dua bulan terakhir. Masyarakat tampak cenderung berfokus pada pemenuhan kebutuhan primer, seperti makanan dan minuman. Apalagi barang elektronik merupakan barang yang tidak mudah rusak atau tidak perlu diganti dalam periode yang cepat.

Selama barang-barang elektronik yang dimiliki masyarakat saat ini masih dalam kondisi baik, maka tampaknya masyarakat akan cenderung menahan pembelian barang elektronik baru kecuali besarnya promo yang diberikan atau terdapatexcess moneymasyarakat.

Tingkat Konsumsi Masyarakat Melemah

Survei konsumen Bank Indonesia pada Oktober 2024 memperlihatkan melorotnya optimisme masyarakat terhadap kondisi perekonomian Indonesia ke depan. Walaupun masih dalam kategori optimis, namun Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) pada Oktober mencapai level paling rendah selama 2 tahun terakhir.

Dalam survei konsumen BI ini terungkap, IKK Oktober 2024 ada pada level 121,1. Angka ini turun 2,4 poin dibandingkan level September, yakni 123,5. Level IKK pada Oktober 2024 ini juga lebih rendah dari rekor sebelumnya yang terjadi pada September 2023, ketika IKK hanya mencapai 121,7.

Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (FEB UI) Telisa Aulia Falianty menilai jebloknya keyakinan konsumen ini sebenarnya tak mengejutkan. Menurut dia, selama 2024 ini terdapat rentetan peristiwa yang bisa membuat keyakinan konsumen terhadap perekonomian tergerus.

Dia menyebutkan peristiwa pertama yang menggerus keyakinan konsumen adalah deflasi beruntun selama 5 bulan pada Mei hingga September 2024. Menurut dia, kejadian deflasi beruntun ini telah menunjukan adanya pelemahan daya beli di masyarakat.

"Itu menjadi indikasi pelemahan daya beli masyarakat terutama di kelompok menengah," kata Telisa, Senin, (11/11/2024).

Telisa mengatakan banyaknya fenomena pemutusan hubungan kerja (PHK) juga membuat keyakinan konsumen terhadap perekonomian menjadi melemah. Menurut dia, kekhawatiran itu memuncak ketika sebuah perusahaan tekstil raksasa dinyatakan pailit dan berpotensi akan melakukan PHK terhadap puluhan ribu pegawainya.

Sebagai informasi, data dari Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker) mencatat jumlah PHK sejak Januari-Oktober 2024 sebanyak 59.796 pekerja.

"Hingga Oktober 2024 terdapat 59.796 orang pekerja yang terkena PHK. Jumlah ini mengalami peningkatan sebanyak 25.000 orang pekerja dalam tiga bulan terakhir," ucap Yassierli dalam Rapat Koordinasi (Rakor), di Jakarta, Kamis (31/10/2024) dalam keterangan resmi diterima CNBC Indonesia.

Jika dibandingkan dengan Januari-Oktober 2023, jumlah akumulasi PHK tercatat sebesar 45.576. Sedangkan Januari-Oktober 2024 tercatat sebesar 59.796 atau naik 31,2%.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(rev/rev)

Read Entire Article
Lifestyle | Syari | Usaha | Finance Research