Paket Kebijakan Ekonomi 2025: Deretan Emiten Ini Ikut Bahagia!

1 month ago 26

Jakarta, CNBC Indonesia - Baru-baru ini pemerintah meluncurkan paket stimulus ekonomi guna menjaga daya beli masyarakat di tengah kabar kenaikan tarif PPN 12% untuk barang mewah.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan "Penyesuaian tarif PPN akan dikenakan bagi barang dan jasa yang dikategorikan 𝙢𝙚𝙬𝙖𝙝, seperti kelompok makanan berharga premium, layanan rumah sakit kelas VIP, dan pendidikan berstandar internasional yang berbiaya mahal/"dikutip pada Senin (16/12/2024) pada laman instagram Kementerian Keuangan.

Lebih lanjut, Ia mengungkapkan untuk barang dan jasa yang 𝙙𝙞𝙗𝙪𝙩𝙪𝙝𝙠𝙖𝙣 𝙢𝙖𝙨𝙮𝙖𝙧𝙖𝙠𝙖𝙩 𝙗𝙖𝙣𝙮𝙖𝙠 seperti kebutuhan pokok, jasa pendidikan, jasa kesehatan, jasa angkutan umum 𝙩𝙚𝙩𝙖𝙥 𝙙𝙞𝙗𝙚𝙗𝙖𝙨𝙠𝙖𝙣 dari PPN (𝙋𝙋𝙉 0%)

Oleh sebab itu, barang yang 𝙨𝙚𝙝𝙖𝙧𝙪𝙨𝙣𝙮𝙖 membayar PPN 12% antara lain tepung terigu, gula untuk industri, dan Minyak Kita, beban kenaikan PPN sebesar 1%-nya akan 𝙙𝙞𝙗𝙖𝙮𝙖𝙧 𝙤𝙡𝙚𝙝 𝙋𝙚𝙢𝙚𝙧𝙞𝙣𝙩𝙖𝙝 (DTP).

Seiring dengan itu, pemerintah menggelontorkan Rp265,6 triliun untuk program insentif pajak pertambahan nilai (PPN). Kebijakan program insentif PPN rencana-nya dilaksanakan menyusul kenaikan tarif PPN yang resmi naik dari 11% menjadi 12% mulai 1 Januari 2025 mendatang. Berikut rinciannya :

Insentif PPN Senilai Rp265,6 T pada 2025Foto: instagram
Insentif PPN Senilai Rp265,6 T pada 2025

Insentif lain juga diberikan sebagai upaya untuk melindungi daya beli masyarakat dan perekonomian, diantaranya sebagai berikut :

--> Bantuan Pangan dan Listrik

Pemerintah akan memberikan bantuan pangan berupa beras sebanyak 10 kg per bulan selama dua bulan (Januari dan Februari 2025) bagi 16 juta penerima.

Selain itu, pemerintah akan memberikan diskon tarif listrik sebesar 50% selama 2 bulan (Januari dan Februari 2025) bagi pelanggan dengan kategori 2.200 VA ke bawah, yang mencakup sekitar 80 juta pelanggan atau setara 97% pelanggan PLN.

--> Dukungan Sektor Padat Karya

Dukungan untuk sektor padat karya juga diberikandengan menanggung pajak penghasilan (PPh 21) bagi pekerja di sektor padat karya dengan gaji hingga Rp 10 juta/bulan. Selain itu, industri padat karya yang ingin merevitalisasi mesin akan diberikan insentif berupa suku bunga spesial sebesar 5%.

Menteri Ketenagakerjaan (Menaker) Yassierli menjelaskan 4 sektor padat karya akan diberikan insentif tersebut, yaitu tekstil, pakaian jadi, alas kaki, hingga furniture.

"Pekerja di sektor padat karya, seperti tekstil, pakaian jadi, alas kaki, dan furniture dengan gaji hingga Rp 10 juta per bulan akan mendapatkan insentif berupa Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 yang ditanggung pemerintah," kata Yassierli dalam keterangan tertulis, Senin (16/12/2024).

--> Perpanjangan Insentif Sektor Properti

Pemerintah juga melanjutkan insentif sektor properti dengan memperpanjang PPN DTP 100% untuk rumah tapak dan rumah susun hingga Juni 2025. Untuk periode Juli-Desember 2025, insentif akan diturunkan menjadi 50% PPN DTP. Insentif tersebut berlaku bagi hunian dengan harga jual maksimum Rp 5 miliar atas Rp 2 miliar pertama.

--> Insentif Mobil Hybrid

Lebih lanjut ke sektor otomotif,, pemerintah juga akan menanggung PPnBM sebesar 3% bagi mobil hybrid. Sebelumnya, terdapat kekhawatiran bahwa pajak mobil hybrid akan naik sebesar 2-4% seiring gugurnya Peraturan Pemerintah No 74/2021 tentang PPnBM kendaraan bermotor.

--> Perpanjangan Insentif UMKM

Selanjutnya, pemerintah akan memperpanjang pengenaan pajak sebesar 0,5% bagi UMKM dengan omzet hingga Rp 4,8 miliar/tahun selama 1 tahun khusus untuk pelaku UMKM yang telah menikmati insentif ini secara maksimum atau 7 tahun.

Dengan perpanjangan ini, UMKM yang sudah mendapatkan insentif selama tujuh tahun akan mendapatkan tambahan durasi selama 1 tahun. Sementara, bagi pelaku UMKM yang baru menikmati insentif ini di bawah tujuh tahun, insentif pajak akan tetap berlaku maksimum selama tujuh tahun.

Paket Stimulus Ekonomi Untuk KesejahteraanFoto: instagram
Paket Stimulus Ekonomi Untuk Kesejahteraan

Deretan Emiten Dapat Berkah Stimulus

Kami melihat berbagai insentif ini akan menjadi dukungan bagi sektor menengah ke bawah.

Mengingat, kondisi pasar saat ini yang mengalami deflasi lima bulan beruntun ditambah kondisi manufaktur kontraksi, berimbas pada penurunan kalangan menengah. Hal ini membuat perilaku belanja masyarakat beralih memilih barang atau jasa yang dinilai lebih murah.

Dari kondisi seperti itu, dengan insentif yang digelontorkan pemerintah untuk tahun depan di harapkan bisa menjaga daya beli masyarakat. Hal ini kemudian juga diharapkan akan ada multiplier effect  positif ke beberapa sektor yang menyasar target pasar ke kalangan tersebut.

Diantaranya dari sektor consumer ada PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF), PT Indofood CBP Sukses Makmur (ICBP) Tbk, dan PT Mayora Indah Tbk (MYOR).

Emiten ritel juga diharapkan bisa mendapatkan berkah dari insentif diantaranya PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT), PT Midi Utama Indonesia Tbk (MIDI), dan PT Indomakmur RItel Internasional Tbk (DNET).

Untuk tambahan, Wakil Menteri Perindustrian (Wamenperin) Faisol Riza juga menyatakan pihaknya sedang mengkaji pemberian insentif untuk sektor ritel agar daya saing industri.

Sebagaimana diketahui, sektor ritel di Tanah Air saat ini memang tengah mengalami penurunan. Seperti halnya yang terjadi pada emiten ritel dengan merk dagang Alfamart melaporkan menutup 400 gerai sepanjang 2024.

CNBC INDONESIA RESEARCH

Sanggahan : Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investor terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.

(tsn/tsn)

Read Entire Article
Lifestyle | Syari | Usaha | Finance Research