Jakarta, CNBC Indonesia - Dalam dunia investasi baik saham, pasar uang, komoditas, maupun kripto, ada dua jenis analisis yang dapat digunakan yakni analisis teknikal dengan menggunakan grafik pergerakan harga dan analisis fundamental dengan mengukur rasio, kinerja keuangan, maupun nilai intrinstik suatu aset investasi.
Di dunia saham, mungkin analisis teknikal dianggap lebih populer karena cenderung lebih cepat ketimbang menggunakan analisis fundamental.
Dalam analisis teknikal, indikator menjadi yang cukup penting karena tanpa indikator, analisis teknikal tidak dapat disimpulkan. Anda tentu ingin tahu, apa saja indikator analisis teknikal saham yang paling banyak digunakan? Daftar indikator saham ini akan memberikan kita pandangan yang lebih jelas dalam memahami pergerakan harga saham.
Indikator adalah statistik yang digunakan untuk mengukur kondisi saat ini serta untuk meramalkan tren keuangan atau ekonomi di masa depan. Dalam dunia investasi, indikator umumnya merujuk pada pola grafik teknikal yang berasal dari harga, volume, atau minat dari pola tertentu.
Saat ini, semakin banyak orang yang melirik investasi saham sebagai pilihan yang menarik. Alasan di balik minat yang meningkat ini tentu sejalan dengan potensi keuntungan yang tinggi, yang sering kali dianggap lebih menggiurkan daripada instrumen investasi lainnya. Namun, tentu saja ada risiko yang perlu diwaspadai.
Pemahaman terhadap indikator analisis teknikal saham menjadi krusial bagi siapa pun yang tertarik dalam dunia investasi. Tidak hanya berguna untuk memprediksi pergerakan harga saham, pemahaman ini juga membantu dalam merencanakan strategi investasi yang lebih matang dan terukur.
Lalu, apa saja indikator analisis teknikal di instrumen saham yang cukup populer saat ini? Berikut ini daftarnya.
1. Moving Average (MA)
Moving Averages (MA) adalah salah satu indikator yang sangat umum digunakan dalam analisis teknikal saham. Indikator ini mengukur rata-rata harga saham selama periode tertentu, baik dalam jangka waktu pendek maupun panjang.
MA memiliki berbagai kegunaan, seperti konfirmasi tren, penentuan level support dan resistance, serta sebagai sinyal entry dan exit dalam trading. Ketika harga saham berada di atas MA, ini menunjukkan tren naik atau bullish, sedangkan harga di bawah MA menandakan tren turun atau bearish.
Penggunaan kombinasi MA dengan periode yang berbeda dapat memberikan sinyal yang lebih kuat tentang arah tren. Misalnya, ketika MA 50-hari berada di atas MA 200-hari, ini sering dianggap sebagai sinyal bullish dalam jangka panjang. Meskipun demikian, MA juga memiliki kelemahan, seperti memberikan sinyal lagging dan kurang efektif dalam pasar yang sangat volatil.
2. Moving Average Convergence Divergence (MACD)
Moving Average Convergence Divergence (MACD) adalah indikator yang mengukur perbedaan antara dua rata-rata pergerakan (biasanya EMA 12 dan EMA 26) untuk menemukan perubahan tren. MACD terdiri dari garis MACD dan garis sinyal (signal line).
Ketika garis MACD melintasi garis sinyal dari bawah ke atas, ini menandakan sinyal beli (buy signal), sedangkan dari atas ke bawah menunjukkan sinyal jual (sell signal). MACD membantu mengonfirmasi arah tren dan memberikan sinyal pembalikan yang potensial.
Contoh penggunaan MACD adalah ketika garis MACD melintasi garis sinyal dari bawah ke atas, ini menunjukkan momentum bullish atau adanya kenaikan harga.
3. Relative Strength Index (RSI)
Relative Strength Index (RSI) adalah indikator analisis teknikal saham yang berguna untuk mengukur kecepatan dan perubahan harga saham. RSI memiliki kisaran nilai antara 0 hingga 100, dengan level 70.0 menandakan area sudah mengalami jenuh beli (overbought) dan level 30.0 menandakan area sudah mengalami jenuh jual (oversold).
RSI membantu trader dalam mengidentifikasi kondisi overbought dan oversold, yang dapat digunakan sebagai sinyal untuk entry dan exit dalam trading. Rumus RSI dihitung menggunakan perbandingan rasio kenaikan harga terhadap penurunan harga selama periode tertentu.
Ketika RSI menunjukkan kondisi overbought di atas 70.0, ini mengindikasikan kemungkinan harga akan mengalami penurunan. Sebaliknya, jika RSI menunjukkan kondisi oversold di bawah 30.0, ini menandakan kemungkinan harga akan naik.
Namun, penting untuk dicatat bahwa RSI perlu dikombinasikan dengan analisis fundamental untuk menghindari kesalahan interpretasi.
4. Bollinger Bands (BB)
Bollinger Bands (BB) adalah indikator volatilitas yang membantu trader dalam mengukur deviasi harga dari rata-rata pergerakan. Indikator saham ini terdiri dari tiga garis: garis tengah (simple moving average), batas atas (upper band), dan batas bawah (lower band).
Upper band didefinisikan sebagai SMA ditambah dua kali deviasi standar harga, sedangkan lower band adalah SMA dikurangi dua kali deviasi standar.
Penggunaan Bollinger Bands berguna untuk mengidentifikasi jenuh beli dan jenuh jual, serta menentukan potensi perubahan tren. Misalnya, ketika harga menyentuh upper band, ini menunjukkan potensi jenuh beli dan mungkin akan mengalami penurunan harga.
5. Stochastic Oscillator
Stochastic Oscillator merupakan indikator momentum yang mengukur posisi harga terhadap range harga selama periode waktu tertentu. Indikator ini membantu mengidentifikasi kondisi overbought dan oversold.
Stochastic Oscillator memberikan sinyal beli dan jual yang dapat membantu menentukan waktu yang tepat untuk masuk dan keluar dari posisi trading, sehingga sangat cocok bagi investor atau trader yang menerapkan strategi Swing Trading.
Adapun konsep dasar dari Swing Trading adalah mengambil keuntungan dari fluktuasi harga dalam jangka pendek.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(chd/chd)