Indeks Kospi Melaju Walau Korsel Masih Chaos

1 month ago 23

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks saham Korea Selatan Kospi telah bangkit dan mencatatkan kenaikan selama empat hari beruntun meskipun kondisi politik chaos. Kondisi Korea Selatan masih kacau pasca pengumuman darurat militer oleh Presiden Yoon Suk Yeol pada Selasa (3/12/2024). 

Berdasarkan data Refinitiv pada perdagangan Jumat (13/12/2024) indeks Kospi berada di 2.494,46, menguat 0,5% dari posisi sebelumnya. Raihan positif di penghujung perdagangan minggu ini sekaligus membawa Kospi melesat 2,73% dalam sepekan. 

Performa positif pada minggu ini mengembalikan kerugian pada pekan perdagangan kemarin akibat pengumuman darurat militer. Pada perdagangan pekan lalu, Kospi jatuh 1,13%.

Langkah Presiden Yoon Suk Yeol waktu itu menjadi puncak dari serangkaian konflik dengan oposisi domestik, media, bahkan partainya sendiri, Partai Kekuatan Rakyat (People Power Party/PPP).
Meski Yoon menarik kembali deklarasi itu hanya beberapa jam kemudian setelah parlemen, termasuk sejumlah anggota partainya, memblokir langkah tersebut, keputusan itu telah memicu pertanyaan serius tentang masa depan politiknya.

Deklarasi darurat militer Yoon memerintahkan para dokter yang sedang mogok kerja untuk kembali bertugas di tengah konflik seputar reformasi kesehatan. Namun, langkah ini ditolak oleh parlemen, yang memaksa presiden untuk mencabutnya.

Adapun Yoon beralasan ada kekuatan pro-komunis dan pro-Korea Utara yang mencoba mengganggu stabilitas negara.

"Kekuatan komunis? Itu dogma Yoon, bukan fakta," kata David Rhee, seorang pendukung PPP berusia 48 tahun, saat memprotes di depan parlemen, dilansir Reuters.

Jenny Town, dari lembaga pemikir Stimson Center berbasis di AS, menggambarkan langkah tersebut sebagai "tindakan putus asa dan berbahaya" yang bisa mengakhiri masa jabatan Yoon.

Ratusan pengunjuk rasa sebelumnya berkumpul di luar gedung majelis nasional menyusul pengumuman Yoon bahwa ia bertindak untuk membasmi "pasukan anti-negara pro-Korea Utara yang tidak tahu malu".

Massa di Seoul bersorak ketika majelis nasional memilih untuk menolak dekritnya dan menyerukan penangkapan Yoon, meneriakkan "Hapus darurat militer" dan "Tolak darurat militer".

Helikopter berputar-putar di atas kepala saat petugas bersenjata berbaris dan berusaha memaksa masuk ke dalam gedung, di mana staf parlemen berusaha mendorong mereka kembali dengan alat pemadam kebakaran agar anggota parlemen dapat bersidang untuk menolak dekrit tersebut.

Kekacauan tersebut terus berlangsung hingga minggu ini. Dilansir Reuters pada Rabu (11/12/2024), polisi melakukan penggeledahan di kantor Yoon di tengah meningkatnya penyelidikan atas upayanya memberlakukan darurat militer pada 3 Desember lalu. Penggeledahan ini dikonfirmasi oleh seorang pejabat keamanan kepresidenan, meskipun Badan Kepolisian Nasional Korea Selatan menolak memberikan pernyataan resmi.

Di sisi lain, Kim Yong-hyun, mantan Menteri Pertahanan yang merupakan sekutu dekat Yoon, mencoba bunuh diri di pusat penahanan tempat ia ditahan atas tuduhan pemberontakan. Kim ditemukan oleh penjaga setelah mencoba menggantung diri menggunakan pakaian dalamnya, menurut Shin Yong-hae, kepala layanan koreksi Kementerian Kehakiman.

Meskipun nyawanya terselamatkan, insiden ini memperlihatkan tekanan besar yang dihadapi oleh pejabat tinggi yang terlibat dalam deklarasi darurat militer tersebut. Kim sebelumnya telah mengundurkan diri dari jabatannya dan ditangkap atas perannya dalam perintah kontroversial itu

CNBC INDONESIA RESEARCH

(ras/ras)

Read Entire Article
Lifestyle | Syari | Usaha | Finance Research