Hancur Lebur Harga Batu Bara, Makin ke Sini Makin Murah

1 month ago 17

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara terus mengalami penurunan sejak Oktober 2024. Saat ini bahkan sudah menyentuh level terendah sejak Maret 2024 atau sembilan bulan terakhir.

Dilansir dari Refinitiv, harga batu bara pada 24 Desember 2024 tercatat sebesar US$125/ton atau turun 0,4% dibandingkan penutupan perdagangan 23 Desember 2024 yang sebesar US$125,5/ton.

Produksi batu bara yang melonjak di China berjalan jauh lebih cepat daripada permintaan pada awal musim dingin, menyebabkan penumpukan persediaan dan penurunan harga yang diperkirakan analis akan terus berlanjut.

Dikutip dari mining.com, indeks harga batu bara untuk pembangkit listrik di China telah turun sekitar 9% sejak akhir September, mencapai level terendah dalam 18 bulan di 790 yuan (US$108) per ton. Kendati permintaan bahan bakar fosil biasanya meningkat seiring mendekatnya musim dingin yang mendorong kebutuhan listrik, stok yang melimpah dan pertumbuhan ekonomi yang lesu menekan harga.

"Lonjakan persediaan sedang menghancurkan pasar," kata Han Lei, seorang analis di Asosiasi Transportasi dan Distribusi Batu Bara China. "Pembangkit listrik sedang membuang stok mereka. Pasokan terlalu banyak."

Han mengatakan harga kemungkinan akan turun ke sekitar 730 yuan per ton menjelang liburan Tahun Baru Imlek yang dimulai pada akhir Januari sebelum pulih, tetapi pemulihan dapat memakan waktu lebih lama jika stok tetap tinggi.

Persediaan batu bara China meningkat akibat lonjakan produksi domestik yang mencapai rekor tertinggi bulan lalu, serta peningkatan impor karena otoritas lebih memprioritaskan keamanan energi daripada pengurangan emisi. Upaya untuk meningkatkan produksi batu bara lokal dimulai sejak 2022, ketika invasi Rusia ke Ukraina mendorong kenaikan harga energi dan menyebabkan kekurangan listrik di China.

Sebagai ekonomi terbesar di Asia, China menyumbang lebih dari separuh konsumsi batu bara global, dan ketergantungannya yang terus berlanjut pada bahan bakar fosil ini membuat perjuangan untuk mengendalikan pemanasan global menjadi jauh lebih sulit. Permintaan batu bara di seluruh dunia diperkirakan akan mencapai rekor tertinggi baru setiap tahun setidaknya hingga tahun 2027, menurut laporan Badan Energi Internasional minggu ini, membalikkan perkiraan sebelumnyabahwa permintaan telah mencapai puncaknya tahun lalu.

IEAFoto: Global coal consumption, 2022-2024
Sumber: IEA

Stok batu bara di China tumbuh 12% dalam dua bulan hingga Oktober, menurut data terbaru yang tersedia. Otoritas tampaknya tidak terlalu khawatir tentang kelebihan pasokan, dengan Administrasi Energi Nasional menetapkan target untuk menambang 4,8 miliar ton batu bara pada tahun 2025, yang sedikit lebih tinggi daripada perkiraan tahun ini.

China International Capital Corp. memprediksi bulan ini bahwa permintaan batu bara di negara itu akan meningkat 2,3% tahun depan. Dikombinasikan dengan kenaikan produksi sebesar 1,2%, hal ini diperkirakan akan membawa pasar kembali seimbang, meskipun harga rata-rata kemungkinan akan lebih rendah dibandingkan tahun ini, menurut perusahaan tersebut.

Sentimen pasar "cukup pesimistis," dan pembeli menjauh dari pasar spot sambil menunggu harga mencapai titik terendah, kata Fengkuang Coal Logistics dalam sebuah catatan pada hari Rabu. Jumlah kapal yang berlabuh di pelabuhan batu bara di sekitar Laut Bohai hanya sekitar setengah dari jumlah pada periode yang sama tahun lalu, yang menyoroti lemahnya permintaan, tambahnya.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(rev/rev)

Read Entire Article
Lifestyle | Syari | Usaha | Finance Research