Emiten Asuransi YOII Siap Jadi IPO Pertama 2025, Begini Prospeknya!

1 month ago 32

Jakarta, CNBC Indonesia - Sempat tertunda pada September lalu, kini PT Asuransi Digital Bersama Tbk (YOII) melanjutkan rencana Initial Public Offering (IPO) dan akan resmi listing di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun depan.

Rencana IPO

Perusahaan asuransi yang berfokus di produk asuransi gaya hidup (lifestyle), PT Asuransi Digital Bersama Tbk (YOII) berencana melepas saham di pasar modal dengan mencatatkan saham perdana ( sebanyak 412.087.500 lembar saham atau mewakili maksimal 12,03% dari jumlah seluruh modal ditempatkan.

Perseroan menetapkan harga penawaran umum saham perdana alias IPO sebesar Rp100-Rp110 per lembar. Artinya, nanti perseroan akan mendapatkan dana segar sebanyak-banyaknya sebesar Rp45,32 miliar.

Penggunaan Dana IPO

Adapun, YOII berencana menggunakan sekitar 80% atau setara Rp36 miliar dana IPO untuk kebutuhan marketing seperti distribusi produk dan brand awareness.

Lalu, sisa dananya 20% atau Rp9 miliar digunakan untuk pengembangan aplikasi, yang mencakup Data Center, Web Hosting, dan System Security. Dan pengembangan sumber daya manusia dimana di dalamnya terdapat biaya perekrutan karyawan baru untuk Information Technology, Teknis, dan Operasional.

Berikut rinciannya :

Jadwal IPO YOII

Saat ini, saham YOII masih dalam periode book building untuk menetapkan harga IPO. Pelaku pasar yang ingin mengikuti gelaran IPO ini bisa mencermati jadwalnya

sebagai berikut :

  • Masa Penawaran Awal : 10 - 18 Desember 2024

  • Tanggal Efektif : 20 Desember 2024

  • Masa Penawaran Umum : 24 - 30 Desember 2024

  • Tanggal Penjatahan : 30 Desember 2024

  • Tanggal Distribusi Saham Secara Elektronik : 2 Januari 2025

  • Tanggal Pencatatan di BEI : 3 Januari 2025

Sepak Terjang Penjamin Emisi

Dalam IPO kali ini, YOII menggandeng penjamin emisi Reliance Sekuritas.

Menilik sepak terjang Reliance Sekuritas dalam mengawal saham IPO, pada tahun ada PT MultiSpunindo Jaya Tbk (MSJA). Pergerakan pada awal listing sempat naik hingga 20% tetapi ditutup dengan candle merah.

Selain itu, pada 2022 lalu, Reliance juga sempat membawa emiten penjual buah, PT Segar Kumala Indonesia Tbk (BUAH). Pada hari pertama melantai di bursa BUAH mencatatkan kenaikan Auto Reject Atas (ARA) dan setelahnya turun dua hari beruntun.

Lalu pada 2021, Reliance mengawal PT. GTS Internasional Tbk (GTSI). Sayangnya, pada hari pertama melantai malah ARB. Setelah itu, juga mencatat candle merah empat hari berturut-turun dan kini masuk papan pemantauan khusus dengan harga terjerembab di bawah Rp50 perak.

Kepemilikan YOII

Secara historis, perusahaan asuransi ini didirikan oleh Panoet Harsono, eks direktur utama Bank Jateng, dan Djajoes Adisapoetro yang masing-masing punya saham 40%. Sisanya, Eko Santoso dan Dwi Sampoerno memiliki 10% saham tersebut.

Namun, pada 2019 ada perubahan di mana Adi Wibowo Adisaputro dan Djajus Adisaputro mengendalikan YOII. Sisanya, saham tersebut dipegang beberapa dana pensiun BPD, seperti BPD Jateng, BPD DKI, BJBR, BJTM, Yayasan BPD Jateng, Yayasan Perumahan BPD Jateng, hingga BPD Jateng itu sendiri.

Setelah IPO, jika semua saham baru terserap, struktur kepemilikan perusahaan akan menjadi seperti ini :

Struktur Kepemilikan YOII setelah IPOFoto: Prospektus
Struktur Kepemilikan YOII setelah IPO

Sebagai informasi, Adi Wibowo Adisaputro, yang juga menjabat sebagai direktur utama perusahaan, dan Djajus Adisaputro tercatat sebagai pemegang saham pengendali.

Adi Wibowo merupakan anak dari Djajus. Dia merupakan lulusan Master of Business Administration University of Chicago pada 2001. Sebelum menjabat menjadi direktur utama Asuransi Digital Bersama sejak 2022, Adi sempat menjadi direktur di PT Serva International Indonesia (2018-2022), PT Adi Mitra Intikorpora (2017-2022_, PT Sarana Lindung Upaya (2014-2022).

Selain itu dia juga sempat mengisi kursi komisaris di PT Serva International Indonesia (2009-2018) dan PT Sarana Lindung Upaya (2001-2014).

Sekilas Bisnis YOII dan Prospek Keuangan-nya

Membahas soal bisnis, YOII merupakan asuransi umum yang memiliki produk seperti asuransi kecelakaan diri, asuransi bermotor, asuransi kargo, asuransi harta benda, asuransi penyimpanan uang, asuransi pengiriman uang, dan asuransi perjalanan.

Melihat kinerja keuangan menurut data prospektus sampai paruh pertama tahun ini, YOII mencatatkan kenaikan pendapatan underwriting sebesar 522% menjadi Rp56,6 miliar, semenatara laba bersih-nya meroket 1.167% atau lebih dari 10 kali lipat menjadi atau setara menjadi Rp15,92 miliar.

Secara pertumbuhan memang terlihat fantastis, tetapi perlu dicatat bahwa perusahaan dalam tiga tahun terakhir (2021 - 2023) secara annual mencatat kerugian.

Beberapa klien yang mencatatkan pendapatan di atas 10% per Juni 2024 antara lain, Dana Indonesia, PT Trinusa Travelindo, dan PT Kredivo Finance Indonesia.

Sebelumnya, beberapa klien perseroan yang berkontribusi atas penerimaan premi di atas 10% pada 2023 antara lain Dana Indonesia, PT Trinusa Travelindo, dan PT Kredivo Finance Indonesia.

Sebagai catatan juga, sampai Juni 2023 ada klien dengan kontribusi pendapatan lebih dari 10% dari PT Investree Radhika Jaya, dan PT Satustop Finansial Solusi.

Dua perusahaan tersebut tercatat radar OJK memberikan pinjaman online dengan bunga tinggi. Bahkan, Investree baru-baru ini bangkrut dan dicabut ijin OJK-nya.

Meski begitu, menurut catatan perusahaan sampai Juni 2024 untuk Investree sudah tidak meninggalkan piutang lagi yang potensi menjadi beban perusahaan. Sementara untuk PT Satustop Finansial Solusi masih ada Rp457,52 juta.

Perlu dicatat bahwa jika terjadi risiko gagal bayar dari klien yang memiliki porsi pendapatan besar akan sangat merugikan bagi perusahaan.

Sementara, untuk klien lain ada 2022 yang mencatat kontribusi pendapatan di atas 10% antara lain, PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Tbk (BJTM), PT Bank Raya Indonesia Tbk (AGRO), Objek Wisata Pangandaran, dan Komunal.

Sementara pada Desember 2021, tercatat penerimaan premi lebih dari 10% dari Direct, Bank Jawa Timur, dan PT Grab Teknologi Indonesia.

Valuasi Saham YOII dan Prospek Setelah IPO

Beralih ke harga saham YOII yang ditawarkan dari rentang Rp100-Rp110. Jika dihitung menggunakan asumsi laba bersih per saham secara annualized, YOII akan dihargai sekitar 10,75 kali sampai 11,82 kali. Sementara PBV di 2,08 kali - 2,25 kali.

Kami melihat, nilai valuasi tersebut cenderung premium jika dibandingkan dengan peers-nya seperti PT Asuransi Bintang Tbk (ASBI), PT Asuransi Ramayana Tbk (ASRM), dan PT Asuransi Dayin Mitra Tbk (ASDM). Berikut berbadingannya :

Meskipun mahal, tetapi kami melihat saham YOII masih ada potensi kenaikan signifkan pada hari pertama, mengingat supply saham baru yang ditawarkan relatif sedikit, hanya 12,03%.

Namun, perlu dicatat juga, dari shareholder saat ini yang punya saham di bawah 5% ada potensi menjadi free float, seperti , Dapen BPD Jateng, Dapen Bank DKI, Dapen Bank BJB, Dapen Pegawai BJTM, Diwjawanti Widiatmadja, Yayasan BPD Jateng, dan Bank Jateng.

Jika mereka jualan, free float bisa meningkat jadi 21%. Ini akan jadi risiko yang potensi membuat harga saham lebih volatil setelah IPO.

Adapun catatan untuk pengendali, menurut prospektus hanya Adi Wibowo Adisaputro yang berkomitmen lock up saham-nya selama delapan bulan.

Di sisi lain, untuk prospek dividen tampaknya kurang terlalu atraktif untuk YOII. Mengingat, dalam prospektur mereka hanya menjanjikan maksimal 5% dari laba bersih.

Ini cukup maklum karena mereka baru bisa untuk pada paruh pertama tahun ini setelah rugi tiga tahun beruntun. Jadi, mereka masih fokus pada ketahanan bisnisnya untuk meningkatkan profitabilitas lebih solid dahulu.

CNBC INDONESIA RESEARCH

Sanggahan : Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investor terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.

(tsn/tsn)

Read Entire Article
Lifestyle | Syari | Usaha | Finance Research