Banjir Stimulus untuk Dongkrak Daya Beli, Saatnya Pasar Bangkit?

1 month ago 21

  • Pemerintah memberikan beberapa stimulus untuk dongkrak daya beli
  • Aktivitas manufaktur AS kembali kontraksi
  • The Fed diperkirakan akan turunkan suku bunga 25 basis poin

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah telah mengumumkan klasifikasi barang mengenai pengenaan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) sebesar 12% yang berlaku pada 1 Januari 2025. Kebijakan soal PPN menjadi salah satu sentimen yang dicermati oleh para pelaku pasar.

Adapun penjelasan mengenai sentimen PPN dan lainnya dapat anda baca di halaman tiga. Sementara jadwal rilis data penting ada di halaman empat.

Pasar keuangan Indonesia, pasar saham dan nilai tukar rupiah, mengalami pelemahan di tengah pengumuman pengenaan PPN 12%.

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup kembali merana pada akhir perdagangan Senin (16/12/2024). IHSG ditutup merosot 0,9% ke posisi 7.258,63. Setelah beberapa hari bertahan di level 7.300-7.400, IHSG pun terkoreksi kembali ke level psikologis 7.200.

Nilai transaksi indeks mencapai sekitar Rp 11 triliun dengan melibatkan 22 miliar saham yang berpindah tangan sebanyak 1,1 juta kali. Sebanyak 159 saham naik, 442 saham turun, dan 193 saham stagnan.

Tercatat seluruh sektor berada di zona merah, dengan bahan baku, konsumer non-primer, energi, kesehatan, infrastruktur, dan transportasi merosot lebih dari 1%. Sedangkan sektor properti dan teknologi menjadi yang paling parah di mana koreksinya mencapai 2% lebih.

Sementara dari sisi saham, emiten telekomunikasi PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM) menjadi penekan terbesar IHSG yakni mencapai 14,9 indeks poin. Selain itu, adapula emiten teknologi PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) yang juga membebani IHSG sebesar 11,4 indeks poin.

Beberapa analis mempunyai berbagai pandangan terhadap merananya IHSG hari ini. Barra Kukuh Mamia ekonom PT Bank Central Asia Tbk(BBCA) mengatakan pelemahan IHSG karena para pelaku pasar wait and see keputusan pertemuan bank sentral AS (The Federal Reserve/The Fed) dan pertemuan bank sentral lainnya pada pekan ini, termasuk Bank Indonesia (BI).

Barra Kukuh juga menyoroti aksi ambil untung di pasar karena memasuki akhir tahun. Selain itu juga ia melihat ada pengaruh pengumuman dari kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menjadi 12%.

Senada dengan Barra, Hosiana Situmorang ekonom Bank Danamon mengatakan pelemahan IHSG dipengaruhi oleh aksi profit taking dan wait and see terkait kebijakan PPN ke 12%.

Di sisi lain, rupiah kembali melemah di hadapan dolar Amerika Serikat (AS) pada penutupan perdagangan awal pekan ini, Senin (16/12/2024). Pelemahan ini terjadi di tengah rilis data ekonomi AS yang mulai membaik dan menunjukkan penguatan.

Melansir data Refinitiv, pada penutupan perdagangan Senin (16/12/2024) rupiah turun tipis 0,03% ke level Rp 15.995/US$.

Sepanjang hari, nilai tukar rupiah berfluktuasi hingga sentuh level Rp16.028/US$ dan terkuat di posisi Rp15.980/US$. Penutupan perdagangan kemarin adalah yang terdalam sejak 7 Agustus 2024 dengan sebelumnya berada pada posisi Rp16.030/US$.

Nilai tukar rupiah terus melemah seiring dengan penguatan indeks dolar AS (DXY) dan kenaikan imbal hasil US Treasury (UST) tenor 10 tahun sejak 6 Desember 2024.

Menurut Ekonom PT Bank Danamon Indonesia Tbk (BDMN), Hosianna Situmorang, pelemahan rupiah terjadi meskipun pasar telah memperhitungkan potensi pemotongan suku bunga oleh Federal Reserve (Fed rate cut).

Hosianna menjelaskan bahwa penguatan dolar AS didorong oleh data Indeks Harga Produsen (IHP) AS periode November 2024 yang dirilis pekan lalu. Data ini mencatatkan angka yang lebih tinggi dari ekspektasi pasar.

IHP AS tumbuh 3% secara tahunan (year-on-year/yoy), naik dari 2,6% pada Oktober 2024 dan melampaui ekspektasi pasar sebesar 2,6%. Secara bulanan (month-to-month/mtm), IHP juga mencatatkan kenaikan sebesar 0,4%, lebih tinggi dari 0,3% pada Oktober dan prediksi pasar sebesar 0,2%.

Ahmad Mikail, Ekonom Sucor Sekuritas, menambahkan bahwa inflasi produsen yang lebih tinggi dari perkiraan turut memicu kenaikan imbal hasil UST tenor 10 tahun, yang pada gilirannya menekan nilai tukar rupiah.

Imbal hasil UST tenor 10 tahun terpantau meningkat signifikan dari 4,153% pada 6 Desember 2024 menjadi 4,399% pada 13 Desember 2024, naik hampir 25 basis poin (bps). Kondisi ini menarik minat investor ke surat utang AS yang menawarkan imbal hasil lebih tinggi.

Pages

Read Entire Article
Lifestyle | Syari | Usaha | Finance Research