Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar saham pada pekan ini bergerak kurang bergairah. Lantaran Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami penurunan mencapai 0,79% dalam sepekan. Hingga perdagangan Jumat (13/12/2024), IHSG mendarat di level 7.324,79.
Secara teknikal, laju IHSG pada hari rabu terhenti pada support di MA 200. Mengingat pada pekan depan akan terdapat banyak sentimen dari dalam dan luar negeri, diperkirakan laju IHSG akan mantul usai tersentuh di support MA 200.
Indonesia
Dari dalam negeri, pada hari Senin (16/12/2024) Badan Pusat Statistik (BPS) akan merilis data neraca perdagangan beserta data ekspor dan juga impor periode November 2024.
Sebelumnya, BPS mencatat surplus neraca perdagangan Indonesia pada Oktober 2024 mencapai US$2,48 miliar, melanjutkan capaian surplus pada September 2024 sebesar US$3,23 miliar.
Adapun, BPS melaporkan nilai ekspor Indonesia pada Oktober 2024 mencapai US$24,41 miliar atau naik 10,69% dibanding ekspor September 2024. Dan bila dibandingkan dengan Oktober 2023 nilai ekspor naik sebesar 10,25%.
Sementara nilai impor Indonesia Oktober 2024 mencapai US$21,94 miliar, naik 16,54% dibandingkan September 2024 atau naik 17,49% dibandingkan Oktober 2023.
Berlanjut pada hari Rabu (18/12/2024), Bank Indonesia akan memutuskan kebijakan suku bunganya pada periode Desember 2024.
Pada ASEAN Economist UOB Indonesia, Enrico Tanuwidjaja, memperkirakan Bank Indonesia (BI) akan memangkas suku bunga sebanyak 100 BPS atau mencapai 4,75% hingga akhir 2025. Upaya ini dilakukan BI demi menjaga pertumbuhan ekonomi ke depan.
Adapun pemangkasan suku bunga diproyeksikan bakal dilakukan sebanyak empat kali di tahun depan.
"BI diperkirakan akan melanjutkan pemangkasan suku bunga sebesar 25 bps pada bulan Desember menjadi 5,75%," ungkap Enrico dalam Macro economic Outlook Virtual Media Briefing for 2025, Kamis (5/12/2024).
China
Dari mitra dagang terbesar RI, China juga akan merilis beberapa data ekonomi. Pada hari Senin (16/12/2024), China akan merilis produksi industri China secara tahunan sejak periode Januari hingga November 2024. Sebelumnya terpantau produksi industri China hingga Oktober 2024 tercatat 5,8%. Angka tersebut bergerak stagnan dari periode September 2024 yang juga tercatat 5,8%.
Masih dalam hari yang sama, China juga akan merilis tingkat pengangguran periode November 2024. Sebelumnya tingkat pengangguran di China menurun pada periode Oktober 2024 sebesar 5%, dari 5,1% pada periode September 2024.
Selain itu juga terdapat rilis data penjualan ritel China periode November 2024. Sebelumnya penjualan ritel di China mengalami lonjakan pada periode Oktober menjadi 4,8% dari sebelumnya 3,2% dari periode September 2024.
Dan pada akhir pekan, bank sentral China (PBoC) akan mengumumkan kebijakan suku bunganya pada periode Desember 2024. Sebelumnya pada periode November, China mempertahankan suku bunga acuan pinjamannya tidak berubah, sebuah langkah yang sangat dinanti-nantikan menyusul pemotongan tajam biaya pinjaman bulan lalu. Pemberi pinjaman utama China mempertahankan suku bunga acuan pinjaman 1 tahun dan 5 tahun tetap pada 3,1% dan 3,6%.
Pada bulan Oktober, bank-bank China telah memangkas suku bunga sebagai bagian dari paket stimulus Beijing untuk menghidupkan kembali momentum pertumbuhan, sebuah langkah yang menekan margin keuntungan pemberi pinjaman yang sudah tertekan, membatasi ruang untuk pelonggaran lebih lanjut.
Amerika Serikat (AS)
Dari negeri Paman Sam, pada hari Senin (16/12/2024), Amerika Serikat (AS) akan merilis Indeks Output PMI Gabungan AS Global S&P periode Desember 2024. Sebelumnya, Indeks Output PMI Gabungan AS Global S&P naik ke 54,9 pada bulan November, tertinggi dalam 31 bulan, naik dari 54,1 pada bulan Oktober tetapi di bawah estimasi awal sebesar 55,3. Angka tersebut menunjukkan kenaikan bulanan yang kuat dalam output keseluruhan, yang terutama didorong oleh sektor jasa (PMI di 56,1), sementara output manufaktur terus menurun (PMI di 49,7).
Selain itu, juga terdapat data PMI layanan AS periode Desember 2024. Sebelumnya, PMI Layanan AS Global S&P direvisi lebih rendah menjadi 56,1 pada November 2024 dari awal 57, tetapi masih di atas 55 pada Oktober. Pembacaan tersebut menunjukkan pertumbuhan terbesar di sektor jasa sejak Maret 2022, karena aktivitas bisnis dan pesanan baru meningkat. Beberapa perusahaan mengindikasikan bahwa hasil pemilihan Presiden, dan berakhirnya ketidakpastian yang terlihat menjelang pemungutan suara, telah memberikan dorongan bagi pelanggan untuk berkomitmen pada pesanan baru.
Masih di hari yang sama, terdapat data PMI Manufaktur AS periode Desember 2024. Sebelumnya, PMI Manufaktur AS Global S&P direvisi lebih tinggi menjadi 49,7 pada November 2024 dari angka awal 48,8, dan dibandingkan dengan 48,5 pada Oktober, yang menunjukkan hampir stabilisasi di sektor manufaktur. Tingkat penurunan pesanan baru melambat tajam, sementara keyakinan yang lebih kuat terhadap masa depan mendorong perusahaan untuk menambah staf.
Kemudian, hari yang dinantikan para investor dari seluruh dunia adalah pernyataan FOMC dalam memutuskan kebijakan suku bunga bank sentral AS.
The Federal Reserve (Fed) diperkirakan akan menurunkan suku bunga seperempat poin lagi, tepatnya pada 18 Desember 2024. Keputusan ini akan menandai pemotongan suku bunga tiga kali berturut-turut.
Adapun, semua kebijakan tersebut memangkas satu poin persentase penuh dari suku bunga dana federal sejak September lalu.
Sejauh ini, bank sentral AS tampaknya telah bergerak perlahan karena mereka mengkalibrasi ulang kebijakan setelah dengan cepat menaikkan suku bunga ketika inflasi mencapai titik tertinggi dalam 40 tahun.
Selanjutnya pada Kamis (19/12/2024), terdapat data klaim pengangguran awal dan berkelanjutan. Sebelumnya, klaim pengangguran awal AS melonjak 17.000 dari minggu sebelumnya menjadi 242.000 pada minggu pertama Desember, jauh di atas ekspektasi pasar bahwa klaim akan turun menjadi 220.000, untuk menandai jumlah klaim baru paling tajam sejak Oktober.
Pada gilirannya, klaim yang belum dilunasi naik 15.000 dari minggu sebelumnya menjadi 1.886.000, relatif mendekati level tertinggi tiga tahun sebesar 1.908.000 dari awal November. Hasil tersebut bertentangan dengan harapan baru-baru ini bahwa pasar tenaga kerja AS tetap ketat, yang mendukung lebih banyak pemotongan suku bunga oleh The Fed tahun depan.
Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
(saw/saw)