Amerika dan Arab Hujani RI dengan Kabar Baik di Tengah Panasnya Pilkada

2 months ago 33

  • Pasar keuangan Indonesia kompak melemah pada perdagangan Selasa, jelang libur Pilkada
  • Wall Street kompak melemah menjelang Thanksgiving
  • Sentimen Pilkada serta data dari Amerika diperkirakan akan menggerakkan pasar hari ini

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan Indonesia ditutup muram pada Selasa (26/11/2024). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) anjlok, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) melemah, dan Surat Berharga Negara (SBN) tampak dijual investor.

Pasar keuangan diperkirakan akan dipengaruhi oleh sentimen internal dan eksternal pada hari ini, Kamis (28/11/2024) dengan terdapat beberapa sentimen yang telah dirilis dari AS maupun momen pemilihan kepala daerah (pilkada) di Indonesia. Selengkapnya mengenai proyeksi dan sentimen pasar bisa dibaca pada halaman 3 artikel ini.

IHSG pada penutupan perdagangan Selasa (26/11/2024), Iberakhir di posisi 7.245,88, dalam sehari ambruk 0,93%. Secara intraday IHSG sempat berada di zona hijau namun turun di sesi II.

Nilai transaksi cukup ramai mencapai Rp11,5 triliun yang melibatkan 19,7 miliar lembar saham yang ditransaksikan sebanyak 1,21 juta kali dengan net foreign sell sebesar Rp594,12 miliar. Adapun 217 saham menguat, 364 saham melemah, dan sisanya 214 saham tidak ada perubahan.

Secara sektoral, 10 dari 11 sektor mengalami depresiasi dengan penurunan paling dalam yakni energi 1,07%, sektor finansial 0,93%, hingga teknologi 0,74%.

Namun beda hal dengan sektor properti dan real estate menguat sebesar 0,74%.

Sementara dari pasar mata uang, rupiah terdepresiasi 0,38% berada di level Rp15.925/US$. Sepanjang hari, nilai tukar rupiah berfluktuasi di rentang Rp15.939/US$ hingga Rp15.880/US$.

Pelemahan ini merupakan yang terdalam sejak 12 Agustus 2024 yang sebelumnya berada pada level Rp15.950/US$.

Lembaga BMI Research, bagian dari Fitch Solutions Company asal Amerika Serikat (AS), dalam Indonesia: Downside Risks Dominate Rupiah menjelaskan rupiah Indonesia menghadapi tekanan depresiasi setelah kemenangan Trump dalam Pemilu AS.

Kebijakan Trump diperkirakan akan sangat mengutamakan ekonomi domestik, termasuk dengan melakukan proteksi. Kondisi ini membuat investor kembali menaruh uangnya di AS.
Inflasi AS juga diperkirakan bisa naik kembali sehingga membatasi pelonggaran suku bunga The Fed.

"Rupiah kemungkinan akan lebih lemah jika Bank Indonesia (BI) tidak campur tangan untuk menghentikan penurunannya," tulis BMI.

Namun demikian, indeks dolar AS (DXY) mulai sedikit mereda setelah semakin mereda situasi di Timur Tengah.

Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden mengatakan gencatan senjata Lebanon akan mulai berlaku Rabu (27/11/2024). Hal tersebut setelah Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu mengatakan gencatan senjata dengan Hizbullah akan memungkinkan Israel untuk memfokuskan perhatiannya pada Hamas dan musuh bebuyutannya Iran.

"Gencatan senjata akan dimulai pukul 4:00 pagi waktu setempat," kata Biden, saat berbicara di Gedung Putih setelah kantor Netanyahu mengumumkan para menterinya telah menyetujui kesepakatan tersebut, dikutip AFP.

Sebagai informasi, AS adalah sekutu utama dan pendukung militer Israel. Dilaporkan bagaimana 10 menteri Israel memberikan suara mendukung dan satu menentang.

"Ini adalah kabar baik dan awal baru bagi Lebanon," kata Biden lagi.

"Kesepakatan itu dirancang untuk menjadi penghentian permusuhan permanen antara Israel dan Hizbullah yang didukung Iran," tambahnya.

"Berdasarkan perjanjian tersebut, tentara Lebanon akan mengambil alih kendali wilayah perbatasan. Hizbullah dan organisasi lainnya tidak akan diizinkan... untuk mengancam keamanan Israel lagi," jelasnya.

Hal ini dapat menjadi katalis positif bagi rupiah setidaknya disisa pekan ini untuk dapat kembali berada di bawah level Rp15.900/US$.

Selanjutnya, beralih pada imbal hasil SBN yang bertenor 10 tahun terpantau naik dari 6,896% menjadi 6,923%.

Perlu diketahui, hubungan yield dan harga pada SBN ini berbanding terbalik, artinya ketika yield naik berarti harga obligasi turun, hal ini menunjukkan investor kurang berminat terhadap SBN.

Pages

Read Entire Article
Lifestyle | Syari | Usaha | Finance Research