18 Tahun Berdiri, Ini Pencapaian Cemerlang PGE

1 month ago 26

Jakarta, CNBC Indonesia - Selama 18 tahun memimpin pengembangan panas bumi Indonesia, PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) terus menunjukkan resiliensi dan komitmennya dalam mengembangkan potensi panas bumi di tanah air.

PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) terus mendorong kolaborasi percepatan pengembangan panas bumi. Yang dimana panas bumi merupakan energi hijau yang paling layak untuk dikembangkan sebagai tulang punggung transisi energi nasional dan mendukung agenda transisi energi nasional dan pencapaian Net Zero Emission (NZE) 2060.

Upaya percepatan pengembangan panas bumi akan menarik investasi, mendorong pengembangan teknologi di dalam negeri, dan memberikan dampak positif pada perekonomian.

Indonesia memiliki total potensi panas bumi sebesar 24 GW, setara dengan 17% cadangan global dan terbesar kedua setelah Amerika Serikat. Sebagian besar cadangan merupakan sumber daya berkualitas tinggi, atau kategori high enthalpy (bersuhu tinggi) yang sangat sesuai untuk pembangkit listrik.

Pemanfaatan 30% saja dari potensi energi panas bumi Indonesia tersebut akan mampu memperkuat ketahanan energi nasional. Karena itu, diperlukan upaya percepatan pengembangan energi panas bumi.

Untuk mencapai target bauran energi nasional pada 2033 dibutuhkan penambahan kapasitas terpasang 4,4 GW yang diperkirakan akan menarik investasi sebesar US$27 hingga US$28 miliar.

Laporan Berkelanjutan PGEO 2023. (Dok. PGEO)Foto: Laporan Berkelanjutan PGEO 2023. (Dok. PGEO)
Laporan Berkelanjutan PGEO 2023. (Dok. PGEO)

Untuk setiap investasi sebesar US$1 di sektor bisnis hijau seperti panas bumi akan menghasilkan peningkatan Produk Domestik Bruto sebesar US$1,25, memberikan manfaat berganda signifikan bagi ekonomi Indonesia. Tak hanya itu, diperkirakan 70-100 lapangan kerja akan tercipta untuk setiap US$1 juta investasi di sektor panas bumi.

Untuk segera mencapai target tersebut, PT Pertamina Geothermal Energy Tbk atau yang sering disebut PGE telah memperkuat kedaulatan energi dan optimis untuk menjadikan Indonesia sebagai raksasa energi hijau.

Di sepanjang 2024 banyak hal yang telah dilakukan dan dihasilkan oleh perseroan.

PGE berhasil mencatatkan peningkatan laba bersih hingga 0,36% year-on-year (YoY) menjadi US$133,99 juta pada kuartal III-2024. Laba ditopang peningkatan produksi yang solid, dengan optimasi load factor dan program akselerasi pemeliharaan terjadwal.

Pada kuartal III 2024, pendapatan PGE mencapai US$ 306,02 juta, sedikit lebih rendah 0,71% YoY, terutama karena adanya carry over di tahun 2023 atas production allowance dalam Kontrak Operasi Bersama (KOB) di Wayang Windu dari semester dua tahun 2022 dan penyesuaian pencatatan atau reklasifikasi atas pendapatan kredit karbon yang kini tercatat sebagai pendapatan lain-lain.

Meskipun demikian, PGE terus mempertahankan kinerja unggul dengan berbagai inisiatif pengembangan dan efisiensi operasi yang mendukung pertumbuhan jangka panjang.

PGE berhasil mencatatkan peningkatan produksi sendiri yang solid sebesar 3.597,16 GWh, naik 0,31% dibanding 3.585,96 GWh di periode yang sama tahun lalu. Pertumbuhan produksi ini mendukung kenaikan pendapatan operasi sendiri menjadi USD 293,21 juta, atau meningkat 0,2% dari USD 292,63 juta pada tahun sebelumnya.

Laporan Berkelanjutan PGEO 2023. (Dok. PGEO)Foto: Laporan Berkelanjutan PGEO 2023. (Dok. PGEO)
Laporan Berkelanjutan PGEO 2023. (Dok. PGEO)

PGE juga berkomitmen untuk mengakselerasi penambahan kapasitas tiga proyek strategis, yaitu Hululais Unit 1 dan 2 yang akan berkontribusi sebesar 110 MW, Lumut Balai Unit 2 yang akan menambah kapasitas terpasang Perusahaan hingga 55 MW, dan proyek co-generation yang diproyeksikan menambah kapasitas terpasang hingga 45 MW.

Adapun proyek Lumut Balai Unit 2 ditargetkan rampung secara mekanis di akhir 2024, sementara Hululais Unit 1 dan 2 dan proyek co-generation diharapkan selesai dapat beroperasi secara komersial di tahun 2027.

PGE tetap optimis untuk menyerap seluruh anggaran belanja modal untuk proyek-proyek pertumbuhan organik (organic growth) yang telah ditetapkan dalam Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) 2024.

Namun demikian, rencana pengeluaran belanja modal (capital expenditure) anorganik terkait akuisisi aset pembangkit panas bumi yang telah beroperasi (operating assets) tidak akan direalisasikan di tahun 2024 ini. Hal ini sejalan dengan strategi Perseroan yang lebih mengedepankan pendekatan oportunistik (opportunistic approach) untuk pertumbuhan anorganik tersebut.

Wilayah kerja PGEOFoto: PGEO
Wilayah kerja PGEO

Meski demikian, PGE tetap berkomitmen mencari peluang pertumbuhan anorganik yang potensial untuk meningkatkan kapasitas dan produksi panas bumi. Perseroan akan mempertimbangkan peluang yang memenuhi kriteria aspek teknikal, termasuk kelayakan cadangan sumber daya panas bumi, serta aspek komersialnya.

Dalam jangka pendek dan menengah, Perseroan fokus pada pengembangan pembangkit listrik panas bumi untuk mencapai kapasitas 1GW. Target ini akan dicapai melalui eksekusi proyek-proyek quick wins atau proyek-proyek strategis seperti yang disebutkan di atas.

Dalam jangka panjang, PGE terus memperkuat fokus pada pengembangan proyek pembangkit panas bumi sebagai bagian dari strategi pertumbuhan organik, termasuk pengembangan proyek extensions dan/atau eksplorasi (explorations). Inisiatif ini didukung oleh potensi cadangan panas bumi PGE yang sangat besar, dengan total lebih dari 3 GW.

Kinerja keuangan dan operasional perusahaan dibarengi dengan capaian perusahaan dalam meminimalisasi risiko Environmental, Social, and Governance (ESG) pada seluruh kegiatan bisnis dan operasinya. Berdasarkan pemeringkatan dari lembaga Sustainalytics, PGE berhasil mencapai skor risiko ESG sebesar 7,1 dengan tingkatan risiko yang dapat diabaikan (negligible risk).

PGE pun kini menempati posisi pertama pada sektor industri utilitas dan sub-sektor energi terbarukan sebagai perusahaan dengan tingkat risiko terendah. Dengan ini, PGE senantiasa mempertahankan profitabilitas dengan tetap mengutamakan kesejahteraan masyarakat dan lingkungan yang patuh pada standar bisnis yang beretika.

Selain itu, PGE menargetkan penambahan kapasitas terpasang sebesar 1 GW dalam 2-3 tahun ke depan dan 1,5 GW pada tahun 2035. Namun, tantangan terbesar adalah menarik minat investor untuk berinvestasi di Indonesia. Untuk itu, PGE berkomitmen mengambil langkah strategis, seperti berkolaborasi dengan berbagai pihak, menurunkan biaya produksi, dan mendiversifikasi aliran pendapatan baru guna meningkatkan daya tarik investasi.

PGE akan terus mengembangkan potensi sumber daya panas bumi di seluruh wilayah kerja melalui berbagai inisiatif sekaligus tetap mempertahankan profitabilitas yang tinggi.

CNBC Indonesia Research

[email protected]

Read Entire Article
Lifestyle | Syari | Usaha | Finance Research