Ajaib! Air Laut RI Ternyata Laku Keras di Korea Sampai Rusia

2 weeks ago 22

Jakarta, CNBC Indonesia- Indonesia, negara maritim dengan luas laut mencapai 5,8 juta km², ternyata tak hanya memanfaatkan laut sebagai jalur perdagangan atau sumber daya perikanan.

Data terbaru menunjukkan bahwa air laut dari Indonesia telah menjadi komoditas ekspor yang diminati beberapa negara. Berdasarkan data ekspor dengan kode HS 25010050, lima negara tujuan utama adalah Malaysia, Rusia, Vietnam, Korea Selatan, dan Singapura. Meski nilainya masih relatif kecil dibandingkan komoditas utama lain, tren ini menunjukkan peluang besar yang bisa digarap lebih serius.

Air laut yang diekspor umumnya digunakan untuk keperluan industri spesifik seperti akuakultur, spa, kosmetik, atau bahkan penelitian ilmiah. Kandungan mineral alami dari air laut Indonesia, yang kaya akan magnesium dan natrium, membuatnya menarik untuk berbagai aplikasi. Di beberapa negara seperti Rusia dan Korea Selatan, air laut juga dimanfaatkan untuk kebutuhan akuarium raksasa, terapi kesehatan, dan pengolahan makanan berbasis garam.

KKP Kaji Fenomena Pemutihan Karang Waspadai Naiknya Suhu Air Laut. (Dok. KKP)Foto: KKP Kaji Fenomena Pemutihan Karang Waspadai Naiknya Suhu Air Laut. (Dok. KKP)
KKP Kaji Fenomena Pemutihan Karang Waspadai Naiknya Suhu Air Laut. (Dok. KKP)

Malaysia menjadi tujuan utama ekspor air laut RI, baik dari sisi nilai maupun volume. Sepanjang tahun 2023, Malaysia menyerap 21,6 ton air laut Indonesia dengan nilai US$19.038. Kedekatan geografis membuat biaya logistik lebih efisien, sementara industri akuakultur dan garam di Malaysia menjadi konsumen terbesar produk ini.

Rusia tercatat mengimpor 1,8 ton air laut senilai US$5.317, menjadikannya negara dengan nilai ekspor air laut tertinggi kedua dari Indonesia.

Hal ini cukup menarik karena Rusia, negara yang terkenal dengan perairan dinginnya, justru mengimpor air laut dari Indonesia. Sebagian besar impor ini digunakan untuk akuarium, riset bioteknologi, dan kosmetik berbasis bahan alami. Di sisi lain, Korea Selatan menjadi pasar potensial dengan volume impor 2,75 ton senilai US$2.272, yang utamanya diserap oleh sektor spa dan kosmetik premium.

Vietnam menyerap 1,6 ton air laut senilai US$4.560, menjadikannya salah satu pasar dengan efisiensi nilai tinggi. Air laut Indonesia di Vietnam banyak digunakan dalam pembuatan garam premium untuk konsumsi lokal. Sementara itu, Singapura, meski hanya mengimpor 171 kg dengan nilai US$564, memanfaatkan air laut untuk kebutuhan penelitian kelautan dan akuarium spesifik.

Meski peluangnya besar, ekspor air laut menghadapi tantangan logistik dan regulasi. Karena sifatnya yang berat dan korosif, pengangkutan air laut membutuhkan wadah khusus yang tahan karat dan memastikan kandungan mineral tidak berubah selama pengiriman.

Selain itu, regulasi lingkungan di beberapa negara tujuan cukup ketat, khususnya terkait sumber air laut yang harus diambil secara berkelanjutan tanpa merusak ekosistem lokal.

Untuk meningkatkan daya saing, Indonesia perlu fokus pada inovasi dan sertifikasi produk. Misalnya, mengekspor air laut yang telah melalui proses mikrofiltrasi untuk menjaga kualitasnya. Selain itu, kerja sama dengan negara-negara tujuan untuk riset dan pengembangan produk berbasis air laut bisa menjadi nilai tambah. Pemerintah juga bisa memperluas pasar ke negara-negara yang mulai sadar akan manfaat bahan alami, seperti Eropa dan Timur Tengah.Air laut, yang selama ini dianggap biasa, ternyata menyimpan potensi besar sebagai komoditas ekspor. Dengan strategi yang tepat, bukan tidak mungkin Indonesia menjadi pemain utama di pasar air laut global, memanfaatkan kekayaan lautnya untuk meningkatkan devisa negara.

CNBC Indonesia Research

(emb/emb)

Read Entire Article
Lifestyle | Syari | Usaha | Finance Research