Hidup Tentram! 5 Perusahaan RI Ini Bebas Utang

1 day ago 2

Jakarta, CNBC Indonesia - Utang memang menjadi opsi menarik untuk daya ungkit dalam ekpansi. Namun, jika tidak dikelola dengan baik, bisa mengancam kelangsungan bisnis perusahaan.

Sebagai contoh ada emiten tekstil ternama RI, PT Sri Rejeki Isman Tbk (SRIL) yang sudah resmi dinyatakan pailit pada Oktober lalu akibat utang yang menggunung.

Ada juga PT Pan Brothers Tbk (PBRX) yang kini masih dalam tahap restrukturisasi utang melalui permohonan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU).

Sebagai investor jika kita ingin menghindari risiko utang dalam berinvestasi suatu saham, maka lebih baik memang mencari perusahaan yang minim utang, dalam artian di sini utang bank dan obligasi.

CNBC Indonesia merekap lima perusahaan yang terbilang minim terhadap risiko utang, sebagai berikut :

1. SIDO

Emiten yang terkenal dengan produk Tolak Angin, PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk tercatat tidak memiliki utang bank dan obligasi sama sekali.

Meski begitu, untuk keberlangsungan operasionalnya perusahaan ini masih memiliki cash cukup. Menurut laporan keuangan sampai September 2024, kas dan setara kas mencapai Rp978,23 miliar, naik 17,84% dibandingkan akhir tahun lalu.

Untuk ekspansi, SIDO juga masih memiliki kemampuan yang kuat dengan nilai free cash flow mencapai Rp261 miliar. Jadi, perusahaan ini masih bisa terus berinovasi ke depan tanpa memikirkan utang.

2. ACES

PT Aspirasi Hidup Indonesia Tbk (ACES), emiten yang menjual barang perlengkapan rumah tangga ini juga tidak punya utang bank dan obligasi.

Untuk memenuhi kegiatan operasionalnya, ACES terbilang cukup kuat dengan posisi arus kas operasional tetap positif senilai Rp483 miliar sampai September 2024.

Dengan periode yang sama, posisi kas dan setara kas yang dimiliki juga terbilang masih jumbo mencapai Rp1,72 triliun, meskipun nilai ini turun dari periode akhir 2023 sebanyak Rp2,12 triliun. Namun, nilai kas tersebut setara 30% dari total aset lancar perusahaan,

3. RALS

Berikutnya ada emiten department store, PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk (RALS) juga tercatat tidak memiliki utang, baik itu dari bank maupun obligasi.

Untuk bertahan perusahaan juga terbilang memiliki kas yang cukup sebanyak Rp563,86 miliar sampai sembilan bulan pertama tahun ini, meskipun nilai ini turun signifikan dari posisi akhir tahun lalu sebesar Rp1,19 triliun.
Meski begitu, di bagian arus kas operasional RALS masih mempertahankan kinerja sebanyak Rp388,90 miliar. Jadi, operasional sehari-hari perusahaan tetap bisa berlancar lancar.

4. MERK

Perusahaan farmasi, PT Merck Tbk (MERK) juga tercatat tidak punya utang bank dan obligasi. Untuk bertahan perusahaan memiliki kas dan setara kas senilai Rp76,67 miliar sampai September 2024.

Dalam periode yang sama, arus kas bersih yang diperoleh dari aktivitas operasi juga tetap positif senilai Rp26,81 miliar. Meskipun perlu diakui, bahwa capaian tersebut turun signifikan dari perolehan periode yang sama tahun lalu sebesar 149,64 miliar.

5. BAYU

Terakhir, ada emiten yang memiliki bisnis layanan travel, PT Bayu Buana Tbk (BAYU) tidak tercatat memiliki utang bank dan obligasi.

Menariknya, perusahaan ini memiliki kas yang sangat kuat. Sampai September 2024, nilai kas dan setara kas tercatat mencapai Rp607,67 miliar, naik 12,85% dari posisi akhir tahun lalu.

Nilai tersebut jika dibandingkan dengan total jumlah saham beredar perusahaan berhasil melampaui harga saham perusahaan.

Catatan CNBC indonesia sampai Selasa hari ini (3/12/2024), harga saham BAYU berada di Rp1.360 per lembar, lebih rendah dari nilai kas per lembar senilai Rp1.720.

CNBC INDONESIA RESEARCH

Sanggahan : Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investor terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut. 

(tsn/tsn)

Read Entire Article
Lifestyle | Syari | Usaha | Finance Research