Adu Laba BRI, BCA, BNI, Mandiri per Oktober 2024 : Siapa Juaranya?

1 day ago 4

Jakarta, CNBC Indonesia - Sampai sepuluh bulan pertama tahun ini, empat bank besar RI sudah kompak melirilis kinerja keuangan. Manakah yang mencatat pertumbuhan laba tertinggi?

Keempat bank besar RI yakni, Bank Mandiri (BMRI), PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI), PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), dan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) menunjukkan performa yang gemilang dengan pertumbuhan laba yang positif, mencerminkan soliditas sektor perbankan nasional di tengah tekanan ekonomi global.

Pertumbuhan laba yang signifikan ini hasil dari strategi matang yang diterapkan setiap bank. Strategi ini meliputi ekspansi agresif ke sektor-sektor strategis, seperti pembiayaan usaha mikro dan menengah, penguatan layanan digital, dan pengelolaan dana yang optimal.

Selain itu, efisiensi operasional yang terus ditingkatkan dan penerapan manajemen risiko yang disiplin menjadi kunci untuk mempertahankan performa yang stabil.

Dengan capaian yang konsisten, sektor perbankan Indonesia memperlihatkan kemampuan untuk tidak hanya bertahan tetapi juga berkembang di tengah tantangan, menjadi tulang punggung bagi pemulihan ekonomi yang berkelanjutan.

Laba Bersih BBCA

Laba bersih bank-only Bank Central Asia (BBCA) mencatat pertumbuhan yang mengesankan sebesar 14,9% year-on-year (YoY) dalam 10 bulan pertama 2024, mencapai Rp46,2 triliun. Angka ini menjadikan BBCA sebagai bank dengan laba bersih tertinggi di antara empat bank besar lainnya.

Kinerja BBCA yang solid ini didorong oleh beberapa faktor utama, yaitu peningkatan pertumbuhan kredit, kenaikan Net Interest Margin (NIM), dan pembalikan beban provisi. Kredit BBCA (bank-only) tumbuh sebesar 14,2% YoY selama 10M24, melampaui target pertumbuhan konsolidasi tahun 2024 yang dipatok di kisaran 10 - 12%.

Meski pertumbuhan kreditnya signifikan, kenaikan Dana Pihak Ketiga (DPK) BBCA hanya sebesar 2,7% YoY, sehingga Loan-to-Deposit Ratio (LDR) meningkat menjadi 78%.

BBCA juga mencatatkan peningkatan NIM yang signifikan, mencapai 5,93% pada Oktober 2024, level bulanan tertinggi kedua sejak 2022.

Secara kumulatif, NIM selama 10M24 berada di level 5,7%, sesuai dengan target manajemen untuk tahun 2024. Peningkatan NIM ini didorong oleh pergeseran aset ke instrumen yang memberikan imbal hasil lebih tinggi, seperti obligasi pemerintah dan kredit.

Selain itu, beban provisi BBCA membaik dengan adanya pembalikan sebesar Rp341 miliar pada Oktober 2024, setelah mengalami beban Rp541 miliar pada bulan sebelumnya.

Hasil ini membuat credit cost selama 10M24 membaik ke level 0,22%, lebih baik dibandingkan target konsolidasi manajemen di 0,3-0,4%. Penerimaan dividen dari anak usaha juga memberikan kontribusi positif sebesar Rp2,3 triliun selama 10M24, meskipun pada laporan konsolidasi eliminasi pendapatan ini terjadi.

Laba Bersih BBRI

Sementara itu, Bank Rakyat Indonesia (BBRI) mencatatkan laba bersih bank-only sebesar Rp45,7 triliun selama 10M24, meningkat 5,3% YoY. Namun, laba pada Oktober 2024 mengalami penurunan menjadi Rp4,1 triliun, turun 8,2% YoY dan 26% secara bulanan.

Penurunan ini terutama disebabkan oleh kenaikan credit cost ke level 3,15%, lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Kenaikan beban provisi menjadi Rp3,2 triliun pada Oktober 2024 (+83% YoY) turut menekan laba bersih bulanan, meskipun secara operasional Pre-Provision Operating Profit (PPOP) tetap solid di Rp8,5 triliun.

NIM BBRI juga mengalami tekanan, turun ke 6,28% pada Oktober 2024, sehingga rata-rata NIM selama 10M24 hanya mencapai 6,34%, lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar 6,73%.

Penurunan ini seiring dengan pergeseran aset ke instrumen dengan yield lebih rendah, seperti penempatan pada Bank Indonesia.

Laba Bersih BMRI

Bank Mandiri (BMRI) mencatatkan laba bersih bank-only sebesar Rp43,1 triliun selama 10M24, meningkat 6,3% YoY, meskipun laba bulanan pada Oktober 2024 turun menjadi Rp4,1 triliun, terkoreksi 11% YoY dan 26% secara bulanan.

Kinerja kredit BMRI menunjukkan pertumbuhan kuat sebesar 23% YoY selama 10M24, melampaui target manajemen sebesar 16-18%.

Hal ini didukung oleh NIM yang stabil di level 4,6%, meski Non-Interest Income mengalami penurunan 25% YoY pada Oktober 2024.

Beban provisi BMRI naik signifikan pada Oktober 2024, mencapai Rp954 miliar (+86% YoY), meskipun rata-rata credit cost selama 10M24 masih terjaga di 0,7%, lebih baik dari target maksimal 1% yang ditetapkan manajemen.

Laba Bersih BBNI

Terakhir, Bank Negara Indonesia (BBNI) mencatat laba bersih bank-only sebesar Rp18,1 triliun selama 10M24, tumbuh 4,3% YoY. Pertumbuhan kredit BBNI sebesar 8,8% YoY pada 10M24 tergolong moderat, berada di bawah target manajemen yang sebesar 10 - 12%.

Namun, LDR BBNI mencapai 96,1%, tertinggi di antara bank besar lainnya.

NIM BBNI pada Oktober 2024 meningkat menjadi 4,3%, namun secara rata-rata selama 10M24 hanya mencapai 3,9%, masih di bawah target manajemen. Meskipun credit cost pada Oktober 2024 mencapai 1,2%, level tertinggi sepanjang tahun, rata-rata selama 10M24 masih sesuai target di kisaran 1%.

Secara keseluruhan, BBCA tampil sebagai pemimpin dari sisi laba bersih di antara bank besar lainnya, dengan kinerja yang didukung oleh efisiensi operasional dan pergeseran strategi aset yang optimal.

BBRI, BMRI, dan BBNI masing-masing menghadapi tantangan yang berbeda, baik dari sisi kredit, beban provisi, maupun efisiensi operasional.

Namun, keempat bank ini tetap menunjukkan kemampuan menjaga pertumbuhan laba meskipun di tengah kondisi yang menantang.

CNBC INDONESIA RESEARCH 

(tsn/tsn)

Read Entire Article
Lifestyle | Syari | Usaha | Finance Research