Investor Was-was: Wall Street Dihantam Sell Off, Awas RI Bisa Goyang

3 days ago 4

  • Pasar keuangan Indonesia kompak menguat pada perdagangan kemarin
  • Wall Street kembali ditempa gelombang sell off karena pelaku pasar masih khawatir
  • Tarif Trump dan inflasi  AS diperkirakan akan menjadi penggerak pasar hari ini

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan Indonesia ditutup sangat bergairah pada Kamis (10/4/2025). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melesat, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menguat, dan Surat Berharga Negara (SBN) tampak diburu investor.

Pasar keuangan domestik diproyeksikan masih akan dipengaruhi oleh sentimen dari luar negeri pada Jumat (11/4/2025). Selengkapnya mengenai proyeksi bisa dibaca pada halaman 3 artikel ini.

Pada penutupan perdagangan kemarin (10/4/2025), IHSG ditutup naik 4,79% ke posisi 6.254,02. IHSG sudah berada kembali bergerak di atas level 6.200.

Nilai transaksi indeks kemarin mencapai sekitar Rp15,55 triliun dengan melibatkan 22,74 miliar saham yang berpindah tangan sebanyak 1,2 juta kali. Sebanyak 553 saham menguat, 84 saham melemah, dan 160 saham stagnan.

Sementara dari sisi investor asing, tampak net sell dalam jumlah yang besar yakni Rp751 miliar di seluruh pasar.

Seluruh sektor berada di zona hijau dengan kenaikan yang paling signifikan yakni sektor Basic Industry sebesar 7,03%, kemudian sektor Cyclical yang menguat 6,11%, dan Energy yang menanjak 5,51%.

Kinerja cemerlang IHSG kemarin utamanya didorong oleh faktor eksternal terkait kebijakan Presiden AS, Donald Trump untuk menunda tarif selama 90 hari.

Pasar keuangan Indonesia merespons positif kebijakan Trump untuk menunda tarif yang lebih tinggi selama 90 hari untuk sebagian besar negara, sebuah pembalikan mengejutkan dalam perang dagangnya yang telah mengguncang pasar secara drastis.

Dalam sebuah unggahan di platform X sekitar pukul 13:30 waktu setempat, Trump menulis bahwa ia mengambil keputusan tersebut karena lebih dari 75 mitra dagang tidak melakukan pembalasan dan telah menghubungi AS untuk "membahas" beberapa isu yang telah ia angkat sebelumnya.

Namun, penundaan tersebut tidak berlaku untuk China, yang telah melakukan pembalasan-dengan menaikkan tarif hingga 84%.

Perang dagang ini belum sepenuhnya berakhir, dan penundaan tersebut tidak mengembalikan dunia ke situasi sebelum Trump memicu ketidakstabilan global; tarif 10% secara menyeluruh tetap diberlakukan.

Beralih ke pasar mata uang, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS terpantau mengalami penguatan pada penutupan kemarin sebesar 0,39% dalam sehari ke posisi Rp16.795/US$.

Posisi ini berbanding terbalik dengan penutupan perdagangan sebelumnya pada 9 April 2025 yang ditutup pada level Rp16.860/US$.

Selanjutnya, beralih pada imbal hasil SBN yang bertenor 10 tahun terpantau turun 1,46% menjadi 7,036%.

Perlu diketahui, hubungan yield dan harga pada SBN ini berbanding terbalik, artinya ketika yield turun berarti harga obligasi naik, hal ini menunjukkan minat investor untuk masuk ke pasar SBN mengalami peningkatan.

Pages

Read Entire Article
Lifestyle | Syari | Usaha | Finance Research