Jakarta, CNBC Indonesia - Harga emas acuan dunia (XAU) kembali terbang menuju level tertinggi sepanjang masa. Saham-saham di sektor emas pun merespon dengan pergerakan yang moncer.
Merujuk data Refinitiv pada perdagangan Jumat hari ini (11/4/2025) pukul 10.59 WIB, harga emas acuan dunia (XAU) kembali naik 1,35% US$ 3,216.95 per troy ons.
Jika apresiasi ini bertahan sampai akhir sesi akan menandai penguatan selama tiga hari beruntun dan memecahkan rekor All Time High (ATH) baru.
Menguatnya emas seiring dengan penurunan dolar dan meningkatnya tensi perang dagang antara AS dan China, mendorong investor beralih ke logam mulia yang merupakan daya tarik sebagai tempat berlindung yang aman.
Pada hari ini indeks dolar kembali merosot ke level 100. Angka tersebut merupakan kejatuhan terdalam di sepanjang 2025 dan menjadi terendah sejak 27 September 2024.
Pembelian emas dikonversi dalam dolar AS sehingga melemahnya dolar AS akan semakin menarik pembeli emas.
Perang dagang China dan AS memanas. Pemerintah Amerika Serikat (AS) mengatakan AS akan memberlakukan tarif minimum sebesar 145% terhadap produk impor China. Tarif ini jauh lebih tinggi dibandingkan pada awal perang tarif.
Dilansir The New York Times, penjelasan mengenai tarif minimum 145% tersebut muncul sehari setelah Presiden AS Donald Trump mengumumkan bahwa dirinya akan menaikkan tarif atas barang-barang dari China menjadi 125%, sebagai respons atas tindakan balasan Beijing terhadap kebijakan tarif sebelumnya.
Sementara itu, presiden AS Donald Trump mengatakan pada hari Rabu bahwa ia akan menurunkan bea masuk yang besar untuk sementara waktu pada puluhan negara, tetapi menaikkan tarif pada China menjadi 125% dari 104%.
"Emas kembali mendapatkan daya tariknya sebagai tempat berlindung yang aman dan kembali ke jalur kenaikan untuk mencapai titik tertinggi baru sepanjang masa," ujar Nikos Tzabouras, Analis Pasar Senior di Tradu.com.
"Namun, prospek kesepakatan dengan mitra dagang menimbulkan risiko signifikan terhadap potensi kenaikan emas, karena hal itu dapat memperbarui tekanan pada logam tersebut. Selain itu, hambatan mungkin muncul dari taruhan pemangkasan suku bunga The Federal Reserve yang dapat memperkuat dolar," tambah Tzabouras.
Investor juga menghitung inflasi AS. Pada Kamis malam kemarin, AS mengumumkan inflasi tahunan mereka mereda untuk bulan kedua berturut-turut menjadi 2,4% (year on year /yoy)pada Maret 2025, level terendah sejak September, turun dari 2,8% pada Februari, dan juga lebih rendah dari perkiraan sebesar 2,6%.
inflasi inti tahunan (yang tidak memasukkan harga makanan dan energi) juga melambat menjadi 2,8%, terendah sejak Maret 2021, dan di bawah perkiraan sebesar 3%. Secara bulanan, CPI inti naik tipis 0,1%, lebih rendah dari ekspektasi 0,3%.
Secara bulanan (month to month/mtm), Indeks Harga Konsumen (IHK) AS turun atau mengalami deflasi sebesar 0,1% pada Maret. Ini adalah deflasi pertama (mtm) sejak Mei 2020 atau awal pandemi Covid-19. Deflasi dipicu oleh anjloknya harga energi, tiket pesawat, mobil truk bekas, dan rekreasi. Harga bensin (-9,8% vs -3,1%) dan minyak pemanas (-7,6% vs -5,1%) turun lebih dalam, sementara harga gas alam melonjak (9,4% vs 6%).
Melandainya inflasi diharapkan bisa mempercepat pemangkasan suku bunga di AS.
Setelah data tersebut, para pedagang bertaruh bahwa The Federal Reserve (The Fed) AS akan melanjutkan pemangkasan suku bunga pada bulan Juni dan mungkin mengurangi suku bunga kebijakannya sebesar satu poin persentase penuh pada akhir tahun.
"Kami melihat bank sentral membeli emas, jadi selama kita melihat arus masuk ke ETF dan lebih banyak risiko kebijakan moneter, ada banyak pendorong utama yang akan terus mendukung emas," ujar Alex Ebkarian, kepala operasi di Allegiance Gold.
Seiring dengan sentimen yang positif terhadap emas. Sederet saham-saham di sektor logam mulia ini ikut terbang.
Sampai pukul 15.50 WIB hari ini, saham PT Archi Indonesia Tbk (ARCI) dan PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) terpantau menguat paling tajam lebih dari 13%.
Di susul PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS) dan PT Hartadinata Abadi Tbk (HRTA) menguat lebih dari 12%, sementara PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) menguat kisaran 4%.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(tsn/tsn)