Jakarta, CNBC Indonesia - Harga emas terbang dan mencetak level baru dalam sejarah yakni US$ 3.200. Emas melonjak di tengah kekhawatiran resesi dan perang dagang.
Merujuk Refinitiv, pada perdagangan terakhir pekan ini, Jumat (11/4/2025), harga emas menembus US$ 3.210,02 per troy ons. Harganya melejit 1,13%.
Harga emas di intraday bahkan sempat menyentuh US$ 3.245,28 per troy ons.
Penutupan hari ini adalah yang tertinggi sepanjang masa. Untuk pertama kali dalam sejarah, emas juga menyentuh level US$3.2000.
Kenaikan ini memperpanjang tren positif emas menjadi empat hari. Dalam empat hari tersebut, emas sudah terbang 7,62%.
Emas juga mencetak rekor lainnya yakni kenaikan sepekan. Dalam seminggu, harga emas melesat 6,55% pada pekan ini.
Penguatan tersebut menjadi yang tertinggi sejak pekan terakhir Maret 2020 saat dunia diguncang pandemi.
Harga emas melonjak ditopang oleh melemahnya dolar Amerika Serikat (AS) dan meningkatnya ketegangan perang dagang antara AS dan China.
Perang memicu kekhawatiran akan terjadinya resesi dan membuat investor berbondong-bondong mencari perlindungan di aset aman seperti logam mulia ini.
"Emas jelas dilihat sebagai aset lindung nilai favorit dalam dunia yang terguncang akibat perang dagang Trump. Dolar AS terdepresiasi, dan surat utang pemerintah AS dijual besar-besaran karena kepercayaan terhadap AS sebagai mitra dagang yang andal telah menurun," kata Nitesh Shah, ahli strategi komoditas di WisdomTree, kepada Reuters.
Perang dagang China vs AS memanas setelah kedua negara melakukan aksi saling balas tarif. China meningkatkan tarif atas barang impor dari AS menjadi 125%, memperburuk konfrontasi antara dua ekonomi terbesar dunia. AS sebelumnya memberlakukan tarif 145% kepada produk impor Amerika.
Indeks dolar AS (.DXY) ambruk ke 100,14 yang menjadi posisi terburuknya sejak 14 Juli 2023 atau lebih dari 1,5 tahun terakhir.
Pelemahan dolar menguntungkan emas karena pembelian emas yang dihargai dalam dolar menjadi lebih murah bagi pembeli luar negeri.
Emas Ditopang Data AS dan Proyeksi The Fed
Kombinasi dari pembelian oleh bank sentral, ekspektasi pemangkasan suku bunga oleh bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed), ketidakstabilan geopolitik, dan aliran dana besar-besaran ke ETF berbasis emas juga mendukung reli emas tahun ini.
AS melaporkan kemarin jika Indeks Harga produsen (PPI) bulanan di AS secara tak terduga turun 0,4% pada Maret, namun tarif impor diperkirakan akan mendorong inflasi naik dalam beberapa bulan mendatang.
Para pedagang sekarang memprediksi bahwa The Fed akan mulai memangkas suku bunga pada Juni, dengan total pemangkasan sekitar 90 basis poin hingga akhir 2025.
"Koreksi kecil harga emas mungkin terjadi, tapi arah ke depan tetap naik, karena data inflasi dan PPI memberi ruang bagi The Fed untuk memangkas suku bunga, yang akan terus menekan dolar," kata Tai Wong, trader logam independent, kepada Reuters,
Emas yang tidak memberikan imbal hasil ini merupakan lindung nilai tradisional terhadap ketidakpastian global dan inflasi, dan cenderung menguat dalam kondisi suku bunga rendah.
Namun, analis UBS mencatat bahwa beberapa faktor bisa membatasi kenaikan emas, termasuk meredanya ketegangan geopolitik, kembalinya hubungan dagang yang lebih kooperatif, atau perbaikan signifikan dalam kondisi ekonomi dan fiskal AS.
CNBC INDONESIA RESEARCH
[email protected]
(mae/mae)