Anak Usaha Batu Bara Thermal ADRO Mau IPO, Begini Prospeknya!

2 days ago 10

Jakarta CNBC Indonesia - PT Adaro Andalan Indonesia Tbk (AADI), anak usaha Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) punya bisnis di batu bara thermal bakal segera melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) melalui aksi korporasi Initial Public Offering (IPO).

Rencana IPO

Dalam penawaran IPO, emiten dengan kode saham AADI ini akan melepas sebanyak 778,68 juta saham dengan nilai nominal Rp3.125 per saham, setara dengan 10% dari total saham perusahaan.

Harga saham tersebut ditawarkan pada kisaran Rp4.590 hingga Rp5.900 per saham, dengan target dana yang diharapkan mencapai sekitar Rp4,59 triliun.

IPO AADI ini diperkirakan akan menjadi salah satu yang bernilai besar tahun ini. Proses book building berlangsung pada 12-18 November 2024 dengan PT Trimegah Sekuritas Indonesia Tbk sebagai penjamin emisi (underwriter).

Sepak Terjang Kinerja Penjamin Emisi

Melihat performa Trimegah Sekuritas Indonesia sebagai penjamin pelaksana emisi terbaru, perusahaan ini telah membawa sekitar lima saham untuk listing, beberapa di antaranya bersama penjamin emisi lainnya 

Berdasarkan data dari lima saham IPO terakhir yang di-underwrite oleh Trimegah Sekuritas, terlihat adanya kinerja positif pada hari pertama perdagangan atau listing.

Saham GOLF yang tercatat pada 8 Juli 2024 menunjukkan kenaikan harga sebesar 35%, sedangkan saham NICE yang terdaftar pada 9 Januari 2024 mengalami peningkatan harga sebesar 19,9% pada hari pertama.

Selanjutnya, saham MUTU dan CYBR yang keduanya dicatatkan pada Agustus 2023, masing-masing mengalami kenaikan sebesar 34,3% dan 35% pada hari pertama. Terakhir, saham MAHA yang listing pada 25 Juli 2023 juga mencatatkan performa harga yang positif dengan kenaikan sebesar 34,7%.

Kinerja ini menunjukkan bahwa saham-saham yang dipegang oleh Trimegah Sekuritas pada IPO umumnya mendapatkan respons yang baik dari pasar, terlihat dari kenaikan harga yang signifikan pada hari pertama dibandingkan dengan harga IPO.

Jadwal IPO AADI 

Sampai pada hari ini, Selasa (19/11/2024) AADI telah melewati masa book building yang berarti masa penawaran untuk menetapkan harga tetap IPO sudah selesai. Di sini untuk pelaku pasar yang ingin ikut antri pada saham AADI bisa mengikuti penawaran umum yang secara lebih rinci bisa diperhatikan pada tabel berikut : 

Rencana Penggunaan Dana IPO

Dana hasil dari penawaran umum perdana saham (IPO) PT Adaro Andalan Indonesia Tbk (AADI), setelah dikurangi biaya emisi, akan dialokasikan untuk tiga kebutuhan utama:

a. Pinjaman ke Anak Usaha (40%)
Sebanyak 40% dari dana hasil IPO akan digunakan untuk memberikan pinjaman kepada PT Maritim Barito Perkasa (MBP), anak usaha AADI. Pinjaman ini, yang mencapai sekitar US$1 juta, bertujuan mendukung aktivitas investasi dan operasional MBP yang sejalan dengan meningkatnya produksi batubara Grup AADI. ADRO telah melaporkan transaksi afiliasi ini kepada OJK melalui surat No. AEI/134/IX-24/MP/corsec tertanggal 4 September 2024.

b. Pembayaran Pinjaman kepada PT Adaro Indonesia  (15%)
Sekitar 15% dana akan dialokasikan untuk melunasi sebagian pinjaman AADI kepada PT Adaro Indonesia (AI) yang terikat dalam perjanjian pinjaman tertanggal 3 Mei 2024. Per 30 Juni 2024, total utang AADI kepada AI tercatat sebesar US$371 juta. Dari hasil IPO, sebesar US$40 juta atau setara Rp633,60 juta akan digunakan untuk pembayaran sebagian utang tersebut.

c. Pembayaran Pokok Pinjaman kepada ADRO (45%)
Sisa dana, yaitu 45%, akan dialokasikan untuk membayar kembali sebagian pokok utang kepada ADRO berdasarkan perjanjian tertanggal 24 Juni 2024. Total utang AADI kepada ADRO hingga 30 Juni 2024 tercatat sebesar US$763 juta, dan dari hasil IPO ini, sekitar US$100 juta akan dialokasikan untuk pelunasan sebagian utang tersebut.

Sekilas Bisnis AADI

Sebagai informasi, AADI didirikan pada 2004 dan berperan sebagai perusahaan induk yang menaungi berbagai anak usaha yang bergerak di bidang pertambangan batubara termal, logistik, pengelolaan lahan (melalui Adaro Land), pengelolaan air (melalui Adaro Water), serta investasi (melalui Adaro Capital), ketenagalistrikan, jasa konsultasi pertambangan, dan pengembangan teknologi informasi.

Saat ini, Grup AADI mengelola tujuh aset pertambangan batubara termal, yakni : 

  1. PT Adaro Indonesia (AI)
  2. PT Laskar Semesta Alam (LSA)
  3. PT Sumber Cipta Multiniaga (SCM)
  4. PT Mustika Indah Permai (MIP)
  5. PT Padang Karunia (PC)
  6. PT Rahadian Cipta (RC)
  7. PT Paramitha Cipta Sarana (PCS)

Sebagai perusahaan pertambangan yang terintegrasi secara vertikal, AADI juga memiliki anak usaha di sektor logistik yang menyediakan berbagai layanan, termasuk angkutan tongkang, pemuatan kapal batubara, transportasi bahan bakar, pengerukan dan pemeliharaan alur sungai, bongkar muat, pengoperasian pelabuhan darat dan laut, serta pemeliharaan dan perbaikan tongkang.

Kinerja Keuangan AADI : Profitabilitas Turun Tetapi Valuasi Masih Murah 

Jika melihat pada kinerja profitabilitas perusahaan secara historis, paling tinggi pernah dicapai pada 2022 lalu. Hal ini cukup wajar lantaran pada waktu itu merupakan boom commoditas yang membuat harga batubara acuan ICE Newscastle juga melambung sampai di atas US$ 400 per ton. 

Sampai saat ini, harga batu bara sudah berangsur turun lebih dari 70% dari level All Time High nya (ATH), tetapi AADI masih bisa mencatatkan laba. 

Dari data di atas terlihat bahwa, selama enam bulan yang berakhir pada 30 Juni 2024 pendapatan AADI tercatat sebesar AS$2,65 juta, mengalami penurunan sebesar 18% dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya, yang mencapai AS$3,25 juta.

Penurunan ini terutama disebabkan oleh harga jual rata-rata batubara yang turun hingga 23%, meskipun volume penjualan batubara meningkat sebesar 5% dibandingkan periode yang sama pada 2023. Penjualan batubara menyumbang sekitar 96% dari total pendapatan usaha Grup Perseroan (ADRO). 

Sementara, untuk laba periode berjalan untuk enam bulan yang berakhir pada 30 Juni 2024 tercatat sebesar AS$922,76 ribu, naik 15% dibandingkan dengan laba di periode yang sama tahun sebelumnya, yaitu AS$804,76 ribu.

Penurunan beban usaha sebesar 25%, terutama berasal dari penurunan beban penjualan dan pemasaran yang berkurang 40%, dari AS$53,515 ribu menjadi AS$32,096 ribu.

Menariknya valuasi AADI ini terbilang masih cukup murah, ekuitas yang dimiliki sekitar Rp43 Triliun, sehingga mendapatkan nilai Price to Earning Ratio (PER) sebesar 2,5 kali dan nilai Price to Book Value (PBV) senilai 1,1 kali. Hal ini menunjukkan bahwa harga saham yang akan diatribusikan tergolong murah, karena mayoritas perusahaan IPO dievaluasi dengan harga yang mahal yakni PER lebih dari 15%.

Prospek AADI 

Sebagai informasi, sebelum AADI IPO, grup perseroan atau induk usahanya, ADRO melakukan stake off atau pemisahan bisnis guna memfokuskan bisnisnya pada pengembangan berbagai proyek energi terbarukan, Dengan itu, pemilik saham ADRO memiliki hak untuk menebus saham AADi setelah IPO. 

Aksi tersebut akan dilakukan sehari setelah tanggal IPO perseroan, ADRO selaku pengendali berencana menggelar penawaran umum oleh pemegang saham(PUPS) untuk AADI.

Berikut struktur pemegang saham AADI setelah IPO dan PUPS : 

Berbicara soal profitabilitas, AADI sangat bergantung pada kemampuannya dalam menambang dan mengolah cadangan batubara dengan karakteristik yang sesuai permintaan pelanggan dan dengan biaya yang efisien. Pasalnya, bisnis penjualan batubara mendominasi pendapatan hingga lebih dari 90%. 

Sampai Juni 2024, secara rinci penjualan batu bara berkontribusi 96% terhadap pendapatan, sisanya logistik 3,4%, dan usaha lain-lain 0,5%. 

Berdasarkan Laporan Cadangan dan Sumber Daya JORC oleh PT Quantus Consultants Indonesia (QCI), konsesi anak usaha AADI, yaitu AI, LSA, PCS, SCM, dan MIP, memiliki estimasi cadangan batubara per 30 Juni 2024 sebesar 917,4 juta ton, dengan sumber daya mencapai 4.102 juta ton. Hingga periode yang sama, AADI telah memproduksi batubara termal sebanyak 32,74 juta ton.

Dari data di atas terlihat, bahwa total sumber daya perusahaan yang mencapai lebih dari 4000 juta ton, tentu masih akan cukup untuk ditambang bertahun-tahun mendatang, tetapi perlu diakui bahwa risiko terhadap harga acuan batu bara yang terus turun akan membuat perseroan lebih banyak menambang untuk meningkatkan volume supaya target penjualan tercapai, mengingat bisnis perusahaan memang masih terfokus pada penjualan batu bara. 

Di sisi lain, prospek bisnis AADI juga terkait erat dengan kemampuannya menyelesaikan dan mengoperasikan proyek-proyek yang sedang dalam tahap pembangunan atau perencanaan. Sebagai contoh, Grup memiliki 83,99% kepemilikan saham di KPI sebagai bagian dari strategi diversifikasi dan pertumbuhan. Pembangkit listrik KPI saat ini masih dalam tahap konstruksi dan diproyeksikan akan mulai beroperasi pada kuartal IV 2025 atau kuartal I 2026.

CNBC INDONESIA RESEARCH 

(tsn/tsn)

Read Entire Article
Lifestyle | Syari | Usaha | Finance Research