Terjepit Sentimen AS dan China, Bisakah IHSG - Rupiah Tahan Guncangan?

4 days ago 6

  • Pasar keuangan Indonesia relatif postif pekan lalu, IHSG dan rupiah ditutup menguat pada akhir pekan lalu
  • Wall Street pesta pora pekan lalu setelah terpilihnya Trump
  • Sentimen inflasi AS, terpilihnya Trump, dan pembicaraan UMP bisa menjadi penggerak pasar hari ini dan sepanjang pekan ke depan

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan domestik kembali menunjukkan tren positif pada akhir pekan lalu, dengan penguatan signifikan pada nilai tukar rupiah dan stabilitas Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).

Pasar keuangan Indonesia diharapkan kembali menunjukkan kinerja positif pekan ini. Selengkapnya mengenai proyeksi pasar hari ini bisa dibaca pada halaman 3 artikel ini.

Setelah pemotongan suku bunga oleh The Fed, rupiah ditutup menguat ke level Rp15.665 per dolar AS pada Jumat (8/11/2024), naik 0,41% dalam sehari. Penguatan ini terjadi meski pasar global diterpa ketidakpastian setelah pemilu AS, di mana Donald Trump kembali memenangkan kursi presiden.

Selama sepekan, rupiah berhasil mencatatkan apresiasi sebesar 0,32% dari level sebelumnya di Rp15.715 per dolar AS. Kestabilan nilai tukar ini mencerminkan optimisme pasar terhadap arah kebijakan moneter The Fed yang lebih longgar. Sementara itu, Indeks Dolar AS (DXY) bertahan stabil di level 104,508, menunjukkan pilihan investor global pada aset safe haven, namun tidak memberikan tekanan signifikan terhadap mata uang di negara berkembang seperti Indonesia.

Pergerakan IHSG juga terangkat oleh respons positif pasar terhadap langkah pemangkasan suku bunga The Fed. IHSG ditutup menguat 0,6% ke posisi 7.287,19 pada perdagangan Jumat (8/11/2024).

Selama hari itu, IHSG sempat menembus level psikologis 7.300, meskipun pada akhirnya mengalami koreksi dan menetap di level 7.280-an. Volume transaksi harian mencapai Rp9,9 triliun dengan pergerakan 17 miliar saham melalui 1,1 juta kali transaksi.

Secara sektoral, sektor bahan baku memimpin penguatan IHSG, tumbuh sebesar 3,09% di akhir perdagangan. Emiten-emiten unggulan seperti PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN), PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA), dan PT Barito Pacific Tbk (BRPT) menjadi motor penggerak IHSG dengan kontribusi masing-masing sebesar 35,6, 24,3, dan 3,2 poin indeks. Selain itu, saham-saham pertambangan dari Grup Salim, seperti PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN) dan emiten teknologi PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO), juga memberikan dukungan signifikan terhadap IHSG.

Sentimen positif ini tidak hanya didorong oleh langkah The Fed, tetapi juga oleh kestabilan cadangan devisa Indonesia. Bank Indonesia (BI) melaporkan bahwa cadangan devisa pada akhir Oktober 2024 naik menjadi USS 151,2 miliar, meningkat US$ 1,3 miliar dari bulan sebelumnya. Peningkatan ini disumbangkan oleh penerimaan pajak, jasa, dan penarikan pinjaman luar negeri pemerintah.

Kondisi ini menunjukkan bahwa cadangan devisa Indonesia cukup kuat untuk mendukung stabilitas ekonomi dalam negeri. Menurut BI, cadangan devisa ini setara dengan pembiayaan 6,6 bulan impor atau 6,4 bulan impor serta pembayaran utang luar negeri pemerintah. Angka tersebut berada jauh di atas standar kecukupan internasional yang setara dengan 3 bulan impor.

Dengan adanya kestabilan makroekonomi ini, Bank Indonesia memandang bahwa cadangan devisa Indonesia dapat terus mendukung ketahanan sektor eksternal. Prospek ekspor yang tetap positif serta neraca transaksi modal yang diperkirakan surplus, seiring meningkatnya minat investor pada imbal hasil yang menarik, turut menjaga ketahanan ekonomi Indonesia di tengah kondisi global yang penuh tantangan.

Sementara itu, imbal hasil Surat Berharga Negara (SBN) tenor 10 tahun melandai ke 6,73% pada akhir pekan lalu, dari 6,78% pada hari sebelumnya. Imbal hasil berbanding terbalik dengan harga.Imbal hasil yang melandai menandai SBN tengah dicari investor sehingga harganya naik.

Pages

Read Entire Article
Lifestyle | Syari | Usaha | Finance Research