China Menjauh, Amerika Mendekat: Siapa Paling Menguntungkan Buat RI?

2 hours ago 1

Jakarta, CNBC Indonesia - Ekspor nonmigas Indonesia tampak mengalami kenaikan jika dibandingkan dengan periode sebelum pandemi Covid-19. Namun hal ini tetap perlu diwaspadai mengingat ekspor ke beberapa negara justru mengalami penurunan.

Kenaikan ekspor terjadi di Amerika Serikat (AS) sementara ke China justru melemah. Yang menarik, Presiden Prabowo Subianto baru saja mengunjungi China dan tengah mengunjungi AS.

Badan Pusat Statistik (BPS) pada hari ini, Jumat (15/11/2024) telah merilis data ekspor dan impor periode Oktober 2024. Tampak angka ekspor mengalami kenaikan 10,69% dibandingkan pada September lalu yakni menjadi US$24,41 miliar dengan ekspor nonmigas sebesar US$23,07 miliar.

Plt. Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti mengungkapkan kenaikan ekspor ini dipicu oleh didorong oleh ekspor nonmigas, terutama HS 15 atau lemak dan minyak nabati serta HS 64 alas kaki.

Ekspor nonmigas sebelum pandemi Covid-19 tampak berada di angka US$136,7 miliar (Januari-Oktober 2018) dan menurun pada Januari-Oktober 2019 menjadi US$128,8 miliar.

Sementara pada periode yang sama tahun 2023 dan 2024, ekspor nonmigas cenderung mengalami kenaikan, masing-masing sebesar US$201,2 miliar dan US$204,2 miliar.

Kendati ekspor nonmigas secara total cenderung mengalami kenaikan, namun ekspor ke China yang merupakan mitra dagang utama Indonesia justru cenderung mengalami penurunan.

Secara cumulative to cumulative (% ctc) pada 2019 dibandingkan dengan 2018, tampak tumbuh tipis sebesar 2,03%. Sedangkan pasca pandemi Covid-19, ekspor nonmigas Indonesia ke China terus mengalami penurunan/kontraksi.

Pada 2023, ekspor nonmigas ke China terkontraksi sebesar 0,62% kumulatif (ctc dan) pada 2024 ini tampak kontraksi yang semakin dalam yakni sebesar 5,8% ctc.

Jika dilihat secara nominal, ekspor nonmigas ke China pada Januari-Oktober 2023 sebesar US$51.157 juta dan pada Januari-Oktober 2024 menjadi US$48.191 juta.

Penurunan ekspor nonmigas ke China ini terjadi bersamaan dengan perlambatan ekonomi China yang terjadi belakangan ini serta permintaan industri yang surut.

Ekspor Nonmigas Terbesar

Menurut database perdagangan internasional United Nations COMTRADE, ekspor nonmigas terbesar ke China yakni besi dan baja sebanyak US$18,3 miliar pada 2023. Angka ini sedikit lebih rendah dibandingkan 2022 yang berjumlah US$19 miliar.

Salah satu penyebab lesunya industri baja di China yakni karena menurunnya sektor properti di Negeri Tirai Bambu yang akhirnya tak mampu menyerapoutputindustri metal.

Penurunan sektor properti diperkirakan akan berlangsung selama beberapa tahun, dan itu jelas menjadi pertanda negatif bagi logam industri yang dibutuhkan dalam infrastruktur.

Sedangkan ekspor nonmigas terbesar ke AS yakni barang elektrik sejumlah US$3,46 miliar pada 2023.

Ekspor nonmigas terbesar ke Australia yakni mesin, reaktor nuklir, dan boiler sejumlah US$259,33 juta pada 2023.

Ekspor nonmigas terbesar ke India yaitu besi dan baja dengan jumlah US$1,67 miliar pada 2023. Sekitar 75% dari total ekspor besi dan baja adalah baja tahan karat dalam ingot dan produk setengah jadi dari baja tahan karat.

Hubungan perdagangan Indonesia dengan India relatif cukup baik karena ekonomi India terbilang cukup stabil dalam hal perdagangan. Dengan kebutuhan dan permintaan yang cenderung terus meningkat pada bahan baku dan jadi, alhasil dapat mendatangkan keuntungan dan peluang bisnis.

Selain itu, India juga merupakan sebuah negara dengan populasi yang begitu besar dan lebih dominan pada basis konsumen menengah ke bawah bisa menjadi peluang kesempatan untuk memasarkan produk premium dari Indonesia dengan harga bersaing.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(rev/rev)

Read Entire Article
Lifestyle | Syari | Usaha | Finance Research