Jakarta, CNBC Indonesia - Harga Bitcoin melesat lebih dari 100% dalam satu tahun terakhir. Hal ini sangat menguntungkan bagi para investor yang memegang Bitcoin sejak satu tahun lalu.
Dilansir dari Refinitiv, Bitcoin pada penutupan perdagangan 13 November 2024 berada di angka US$88.639. Sementara pada 13 November 2023, harga Bitcoin masih berada di angka US$36.496,95. Dengan kata lain, Bitcoin telah melonjak 142,86% dalam kurun satu tahun.
Bagi investor yang membeli dengan nominal Rp10 juta pada 13 November 2023, maka saat ini portofolio investor tersebut telah naik 142,86% menjadi Rp24,2 juta.
Sentimen Penggerak Bitcoin 1 Tahun Terakhir
Melonjaknya harga Bitcoin bukan tanpa alasan. Terdapat berbagai sentimen yang khususnya datang dari Amerika Serikat (AS) dan berujung pada terbentuknya level all-time-high (ATH) baru-baru ini.
Sebagai contoh di awal 2024, dana yang diperdagangkan di bursa Bitcoin berbasis spot (ETF Bitcoin spot) disetujui oleh Komisi Sekuritas dan Bursa AS (SEC) setelah sekian lama penantian pasar.
Sebagai informasi, ETF Bitcoin spot merupakan salah satu instrumen investasi yang mewakili nilai dari Bitcoin itu sendiri dan diperdagangkan di pasar saham konvensional. Hal ini mirip dengan reksadana, di mana investor mempercayakan dananya kepada pihak ketika untuk dikelola.
Ini adalah cara bagi investor untuk mendapatkan eksposure terhadap nilai aset dasar tanpa memilikinya secara langsung. Maka dari itu, ketika harga aset yang mendasarinya naik (dalam hal ini yakni Bitcoin ) maka ETF tersebut akan naik, begitupun sebaliknya akan turun jika harganya turun.
Persetujuan ETF Bitcoin spot mewakili tonggak penting dalam dunia keuangan, menandakan perubahan besar dalam persepsi dan pemanfaatan Bitcoin sebagai aset investasi utama.
Persetujuan tersebut diharapkan dapat mengkatalisasi masuknya modal institusional dalam jumlah besar ke pasar Bitcoin , yang dapat meningkatkan likuiditas, mengurangi volatilitas, dan selanjutnya melegitimasi mata uang kripto di mata investor tradisional.
Seiring dengan berkembangnya lanskap keuangan untuk menggabungkan sarana investasi inovatif ini, Bitcoin dan mata uang kripto yang lebih luas berada di titik puncak potensi pertumbuhan transformatif dan peningkatan penerimaan, menandai momen penting dalam mengintegrasikan aset digital ke dalam ekosistem keuangan global.
Sejak ETF Bitcoin Spot disetujui hingga 12 November 2024, tercatat total inflow sebesar US$27,81 miliar yang didominasi oleh IBIT (Blackrock).
Foto: Bitcoin Spot ETF Cumulative Flow (US$ million)
Sumber: Farside Investors
Pada awal Januari 2024, harga Bitcoin tercatat di sekitar US$42.000 dan di pertengahan Maret 2024 melesat hingga membuat ATH di level US$73.000.
Kemudian di September 2024, bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) memutuskan untuk memangkas suku bunganya dengan cukup agresif yakni 50 basis poin (bps) menjadi 4,75-5,00%, menandai pemotongan suku bunga pertama dalam empat tahun setelah siklus kenaikan yang paling agresif oleh bank sentral.
"Komite telah mendapatkan kepercayaan yang lebih besar bahwa inflasi bergerak secara berkelanjutan menuju 2%, dan menilai bahwa risiko untuk mencapai tujuan lapangan kerja dan inflasi hampir seimbang. Proyeksi ekonomi tidak pasti, dan Komite memperhatikan risiko di kedua sisi mandat ganda mereka." bunyi siaran pers tersebut
Lebih lanjut, The Fed kembali membabat suku bunganya sebesar 25 bps menjadi 4,50-4,75% pada November 2024.
Hal ini semakin membuat Bitcoin melambung tinggi karena risk asset menjadi lebih menarik dibandingkan risk free asset mengingat imbal hasil yang ditawarkan menjadi lebih rendah.
Di bulan yang sama pula, Donald Trump menang dalam pemilu AS melawan Kamala Harris. Hal ini disambut positif oleh pelaku pasar karena Trump dinilai merupakan sosok yang pro dengan industri kripto.
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memandang kemenangan Donald J. Trump dalam pemilihan presiden AS, bakal jadi gamechanger bagi industri aset kripto. Ketua Dewan Komisioner (DK) OJK Mahendra Siregar mengatakan presiden terpilih itu sebelumnya dapat dikatakan skeptik namun sekarang menjadi pro terhadap mata uang kripto.
"Para penanam modal maupun venture capital saat ini memiliki appetite dan kapasitas yang berbeda dibandingkan lima tahun lalu. Terlebih lagi, pekan lalu di Amerika Serikat, seseorang yang sebelumnya dikenal sebagai crypto skeptic kemudian beralih menjadi proponen kripto dan terpilih sebagai Presiden Amerika Serikat yang akan datang," kata Mahendra dalam Acara Indonesia Fintech Summit & Expo 2024 di Mall Kota Kasablanka, Selasa (12/11/2024).
CNBC INDONESIA RESEARCH
(rev/rev)