Temu Diprotes di Banyak Negara: Korupsi Pajak- Sebar Malware Berbahaya

2 weeks ago 7

Jakarta, CNBC Indonesia - Aplikasi Temu, e-commerce asal China yang terkenal menjual barang super murah menuai berbagai kontroversi. Terutama di Amerika Serikat (AS), Zona Eropa, sampai negara-negara di Asia Tenggara.

Strategi Bakar Uang : Bagi- Bagi Barang Gratis - Jual Harga Super Murah

Aplikasi Temu ini menjadi sangat terkenal berkat strateginya memberikan barang gratis melalui kode referal untuk mengajak teman, keluarga, dan lainnya yang dibagikan lewat berbagai akun sosial media.

Berkat itu, banyak orang mengunduh aplikasi Temu demi mendapatkan barang gratis meskipun tak membayar sepeserpun.

Melansir Time.com ada seorang bernama Brianna Lukey, yang tinggal di Fort Worth, Texas, mengatakan bahwa ia telah menerima barang senilai US$200 dari Temu secara gratis. Ia pertama kali mendengar tentang aplikasi tersebut dari seorang teman sebulan yang lalu meskipun awalnya merasa curiga.

Douglas Schmidt, seorang profesor ilmu komputer di Universitas Vanderbilt menyatakan pendapatnya terkait champaign ini yang merupakan subsidi untuk menggaet pangsa pasar luas.

"Sepertinya mereka disubsidi untuk menjadi pemimpin pasar agar dapat memperoleh pangsa pasar, yang tidak jauh berbeda dengan apa yang dilakukan Amazon sejak lama," ungkap Douglas.

Sebagai informasi, Temu merupakan anak usaha dari raksasa e-commerce Pinduoduo Inc yang punya akses langsung dan koneksi ke pedagang grosir di seluruh Tiongkok.

Dari sini terlihat bahwa dukungan kuat induk usaha memberikan kemampuan Temu menerapkan strategi bakar uang atau subsidi untuk masuk ke pasar luar negeri dengan harga murah.

Berkat ini, dalam waktu kurang dari setahun Temu telah diunduh jutaan orang di 45 negara, meskipun mereka harus menderita kerugian lebih dari US$ 3 miliar.

Mengutip Barkeley Economic Review, beberapa analis menyatakan jika aplikasi ini terus mencapai target tertentu dari waktu ke waktu, maka pada 2025 mendatang kerugian bisa menyusut jadi US$ 1,9 miliar.

Potensi keuntungan juga bisa semakin cepat tercapai melihat ekspansi super cepat yang nampak dari unduhan aplikasi Temu baru-baru ini meningkat 45% dan sampai saat ini masih mempertahankan posisinya sebagai aplikasi gratis teratan paling banyak diunduh di AS baik di App Store maupun Google Play. Tren serupa juga terjadi di Inggris, Prancis, dan Jerman.

Bergerak Dibawah Radar Aturan Impor

Ekspansi yang cepat ini kemudian menuai kontroversi lantaran mematikan bisnis UMKM lokal sampai mencari celah hukum dengan penjualan ecer untuk menghindari pajak impor.

Sampai pertengahan tahun ini, Komite Khusus DPR AS untuk Partai Komunis Tiongkok menerbitkan laporan yang menyatakan bahwa Temu dan Shein mengirim nyaris 600.000 paket ke AS setiap harinya berdasarkan aturan de minimis.

Aturan de minimis memungkinkan barang yang nilainya di bawah US$ 800 per orang bisa masuk ke AS tanpa bea masuk.

Anggota parlemen juga menghitung bahwa kedua perusahaan bertanggung jawab atas lebih dari 30% dari semua paket yang diimpor ke AS berdasarkan ketentuan de minimis.

Jika dibandingkan peers-nya yang mengimpor barang jumlah besar dalam kontainer, H&M membayar bea masuk US$ 205 juta ke AS pada 2022, ada juga pengecer pakaian GAP yang membayar bea masuk hingga US$ 700 juta.

Sementara itu, melansir Reuters saat ini ada sekitar 4.000 ton barang setiap hari di kirim dari Tiongkok ke seluruh dunia.

Bahaya Siber, Temu Malware?

Beralih ke persoalan lainnya, di luar harga murah dan penghindaran pajak impor. Yang menjadi perhatian adalah kekhawatiran pencurian data dan potensi akses data pengguna berhubungan dengan Partai Komunis Tiongkok.

Melansir CSIS, mengutip Grizzly Research, sebuah firma intelijen pasar, menggambarkan Temu sebagai "aplikasi paling berbahaya yang beredar luas." Firma tersebut memperingatkan bahwa aplikasi Temu memiliki fungsi tersembunyi yang dirancang untuk pencurian data secara ekstensif dan beroperasi seperti malware canggih.

Aplikasi tersebut meminta akses ekstensif ke perangkat pengguna, termasuk informasi sensitif seperti data lokasi, daftar kontak, dan bahkan akses mikrofon dan kamera.


Sebelumnya pada 2023, aplikasi induk usaha-nya, Pinduoduo, dihapus dari Google Play Store karena kekhawatiran tentang malware.

Mengutip CSIS, pakar keamanan telah memperingatkan bahwa aplikasi Temu dapat berfungsi sebagai spyware, mengumpulkan data pribadi dan memungkinkan PKT melakukan pengawasan atau bahkan serangan siber.


CNBC INDONESIA RESEARCH

(tsn/tsn)

Saksikan video di bawah ini:

Prabowo: Hilirisasi Mutlak, Tidak Bisa Ditawar!

Read Entire Article
Lifestyle | Syari | Usaha | Finance Research