Jakarta, CNBC Indonesia - Wingko "Bambang Indrajaya" terus melestarikan kudapan khas Babat Kabupaten Lamongan, Provinsi Jawa Timur lewat cita rasa otentik selama lebih dari tiga dekade. Berdiri sejak 1990, keberlanjutan usaha ini tidak terlepas dari dukungan permodalan dan pembinaan dari BRI.
Usaha ini bermula dari kerja keras almarhum Bambang Indrajaya, seorang pensiunan kereta api, memanfaatkan pesangonnya untuk memulai bisnis wingko yang khas. Kini, setelah 34 tahun berjalan, tongkat estafet diteruskan oleh putranya, Bastian Hendri yang membawa usaha ini semakin berkembang.
Bastian bercerita bahwa awal perannya hanya membantu pemasaran dengan menjangkau area wisata religi di Jawa Timur, seperti makam-makam Sunan.
"Saat Pak Bambang masih hidup, saya hanya membantu dalam bagian pemasaran. Setelah Pak Bambang meninggal pada 2011, usaha ini diteruskan oleh ibu saya," ujarnya dikutip Kamis (26/12/2024).
Perjalanan Wingko "Bambang Indrajaya" bukan tanpa tantangan. Namun, sinergi dengan pelaku industri keuangan disertai usaha merupakan siasat ampuh dalam menaikkelaskan usaha daerah ini menjadi bisnis yang terkenal dan berdampak bagi sekitar.
Bastian bercerita salah satu momen bersejarah tak terlupakan bagi usaha ini terjadi pada 2005, ketika mencetak rekor Museum Rekor Indonesia (MURI) dengan membuat wingko raksasa berukuran 3,5 meter dan tebal 10 cm.
Prestasi ini bukan hanya sebagai kebanggaan, tetapi juga menjadi titik balik yang membuka jalan bagi pengakuan lebih luas terhadap usaha kudapan ini.
"Setelah itu, produksi kita melonjak pesat, dari hanya satu atau dua bak adonan per hari yang masing-masing seberat 5 kilogram, menjadi 30 hingga 40 bak per hari," kenang Bastian.
Dia melanjutkan, jalan menuju kesuksesan tidak selalu mulus. Tantangan terus menghadang, salah satunya adalah pandemi Covid-19. Bastian mengakui bahwa pandemi menjadi ujian bagi bisnis keluarga yang berjalan lama ini.
"Pandemi adalah titik berat, tapi juga kesempatan untuk berinovasi," katanya.
Meskipun pandemi memberikan tantangan besar, Bastian nyatanya cukup beruntung. Hal ini karena rekam jejak yang membuat dia mendapat dukungan dalam menopang kelangsungan usahanya.
Diketahui, sejak 2018, ia menjadi nasabah BRI dan memperoleh fasilitas pinjaman melalui program Kredit Usaha Rakyat (KUR).
"Peran BRI bagi saya adalah dapat modal tambahan. Apalagi buat bahan-bahan kan kurang, karena harga pasaran kan gak rata. Makanya saya butuh BRI," ucapnya.
Lebih lanjut, dengan bantuan tersebut, Bastian dapat melakukan berbagai inovasi untuk bisa mempertahankan bisnis dan menyesuaikan usaha dengan kondisi yang berubah. Selain itu, upayanya pun memberikan dampak ekonomi positif bagi masyarakat sekitar, tercermin dari lapangan kerja yang tersedia dengan mampu mempekerjakan 10 karyawan, bahkan 7 di antaranya adalah perempuan.
Dia mengakui, BRI terus mendukung usahanya, termasuk memberikan program pendampingan hingga memungkinkan usaha yang dimilikinya tampil di Bazaar UMKM BRILian agar dapat dikenal oleh pasar yang lebih luas. Sebagaimana diketahui, BRI mencatat penyaluran KUR selama 2024 mencapai Rp175,66 triliun kepada 3,7 juta debitur UMKM hingga akhir November 2024.
Direktur Bisnis Mikro BRI Supari mengungkapkan bahwa pencapaian tersebut merupakan bagian dari upaya BRI memperluas akses permodalan bagi pelaku UMKM. Terutama di sektor-sektor produktif seperti pertanian, perdagangan, dan perikanan.
"Melalui KUR, kami tidak hanya menyediakan pembiayaan, tetapi juga memberdayakan UMKM agar mampu tumbuh lebih berkelanjutan," ujarnya.
"Perjuangan Bastian bersama usahanya mencerminkan semangat UMKM dalam upaya naik kelas dan membawa dampak pada masyarakat sekitar. Semangat inilah yang menjadi fondasi bagi BRI untuk terus menegaskan komitmennya mendukung UMKM sebagai tulang punggung perekonomian nasional," pungkas Supari.
(dpu/dpu)
Saksikan video di bawah ini:
Video: Lirik Prospek Bisnis Produk Perawatan Rambut Lokal Go Global
Next Article BRI Bikin Klaster Kelengkeng di Tuban Makin Bersinar Lewat Ini