Krisis Ekonomi Hantam RI, Warga Mencuri Demi Merayakan Lebaran

3 days ago 9

Jakarta, CNBC Indonesia - Merayakan Lebaran di tengah kesulitan ekonomi sangat tidak enak. Masyarakat yang tak punya uang banyak dihadapi oleh tuntutan memenuhi kebutuhan tradisi khas Lebaran. Sebut saja seperti membeli baju baru, memberi 'salam tempel', hingga memasak hidangan Hari Raya yang muncul setahun sekali.

Ketika situasi ini terjadi, masyarakat Indonesia harus berputar otak mencari cara agar mendapat uang tambahan. Tak jarang, mereka melakukan cara singkat dan beresiko agar dapat uang Lebaran, yakni pencurian. Kondisi inilah yang menggambarkan masyarakat Indonesia saat Lebaran sepanjang Krisis Ekonomi 1930-an. 

Krisis Ekonomi 1930 bermula dari runtuhnya Bursa Saham New York pada Oktober 1929. Penjualan 13-16 juta lembar saham dalam sehari berdampak besar pada penurunan daya beli, menyusutnya investasi, dan merebaknya pengangguran. Negara-negara yang menjalin hubungan dagang dengan Amerika Serikat, termasuk Indonesia, kena getahnya. 

Di Indonesia (dulu Hindia Belanda), banyak pabrik berhenti operasi. Angka pengangguran tinggi. Kemiskinan juga meroket. Kondisi makin parah ketika pemerintah kolonial abai menghadapi krisis. Sejarawan Onghokham dalam Runtuhnya Hindia Belanda (1987) menceritakan, pemerintah menolak melakukan langkah antisipatif dan perbaikan, salah satunya enggan mendevaluasi Gulden, seperti dilakukan negara lain. 

Akibatnya, krisis ekonomi berlangsung sampai sembilan tahun, dari 1930-1939. Sepanjang itu, masyarakat harus hidup menderita, termasuk merayakan Lebaran. Saat Idul Fitri, masyarakat Indonesia dituntut merayakannya secara suka cita. Baju baru, memasak hidangan khas, hingga bertukar bingkisan merupakan sesuatu yang wajib. 

"Diketahui bahwa sudah menjadi tradisi bagi masyarakat pribumi, betapapun miskinnya, untuk berdandan dengan pakaian baru di hari Lebaran," tulis De Indische courant (9 Mei 1932).

Besarnya kebutuhan tersebut akhirnya membuat masyarakat yang terhimpit krisis melakukan cara cepat, yakni mencuri. Harian de Indicshe Courant (4 Februari 1931) melaporkan, kasus pencurian di Jakarta meningkat menjelang Lebaran tahun 1931. Banyak rumah warga disantroni pencuri. Lalu, warga yang berpergian juga dijambret. Polisi menduga pelaku adalah orang-orang yang terdampak krisis ekonomi.

Pelaku diduga mantan kuli di perusahaan besar di berbagai wilayah Indonesia, mulai dari Jakarta, Tangerang hingga Lampung. Akibat adanya pemotongan gaji dan Pemutusan Hubungan Kerja mereka tak punya uang, sehingga terpaksa mencuri untuk memenuhi kebutuhan Hari Raya.

"Susah mencari kerja bagi banyak orang di masa-masa sulit. Banyak kuli kini tidak memiliki penghasilan," tulis de Indische Courant. 

Di Surabaya, meningkatnya kasus pencurian membuat polisi bertindak tegas. Koran de Indische Courant (18 November 1937) memberitakan, polisi menangkap para gelandangan demi melindungi warga dari aksi pencurian jelang Lebaran yang meningkat. 

Selain di kota besar, kota-kota kecil juga mengalami peningkatan kasus pencurian. Di Nganjuk, misalnya, Algemeen handelsblad voor Nederlandsch-Indië (30 November 1937) melaporkan, mendekati Lebaran banyak pencurian di perkampungan. Hasil panen hingga peralatan bertani dicuri pelaku yang terdampak krisis. 

Sementara di Purwodadi, de Locomotief (10 Desember 1937) mewartakan, banyak masyarakat yang melakukan pencurian. Barang yang dicuri adalah kursi, meja, piring, dan benda-benda lain. Hasil curian ditukar uang untuk kebutuhan Lebaran.

"Aksi pencurian dilakukan untuk membeli pakaian baru dan kembang api," tulis koran tersebut. 

Sepanjang periode krisis ekonomi, tak ada intervensi lebih dari pemerintah. Soal Lebaran, pemerintah hanya meminta masyarakat hidup sederhana dan tidak boros menghabiskan uang. Pada akhirnya, permintaan tersebut hanya angin lalu. Masyarakat tetap sulit melepaskan tradisi menjelang Lebaran yang sudah bertahan lama. 


(mfa/mfa)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Lirik Prospek Bisnis Produk Perawatan Rambut Lokal Go Global

Read Entire Article
Lifestyle | Syari | Usaha | Finance Research