Gokil! Aset BRI, Mandiri, BCA dan BNI Hampir Setengah Harta Indonesia

3 weeks ago 68

Jakarta, CNBC Indonesia - Empat bank besar andalan investor penghuni Kelompok Bank Berdasarkan Modal Inti atau KBMI 4 telah kompak merilis kinerja keuangan periode Oktober 2024.

Empat bank tersebut adalah PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI), PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI), PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), dan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI).

Terpantau keempat bank tersebut kompak mencatatkan pertumbuhan aset pada periode tersebut.

Hingga Oktober 2024, total aset Bank BRI masih mencatatkan yang tertinggi dibandingkan tiga bank lainnya. Akan tetapi secara performa pertumbuhan total aset, Bank Mandiri mampu mencatatkan pertumbuhan aset tertinggi mencapai 12,46%.

Diketahui empat bank KBMI 4 menguasai hampir setengah total aset perbankan di Indonesia.

Berdasarkan data Statistik Perbankan Indonesia yang dirilis oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada periode September 2024, total aset perbankan yang terdiri dari KBMI 1 hingga 4 tercatat Rp12.147,17 triliun. Bank KBMI 4 menguasai 49,73% dari total aset perbankan di Indonesia dengan tercatat Rp6.047 triliun.

Aset ke-4 bank besar pada Oktober mengalami kenaikan sebesar 0,12% menjadi Rp6.047 triliun, dari periode September 2024 Rp6.040 triliun. Dan kenaikan 6,76% dari periode Oktober 2023 Rp5.664 triliun.

Sebagai perbandingan, data Laporan Hasil Pemeriksaan atas Keuangan Pemerintah Pusat Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) 2023 mencatat total aset negara menembus Rp 13.072, 8 triliun per akhir 2023. Artinya, total empat bank besar Indonesia mencapai hampir setengah dari total aset Indonesia.

Kinerja Bank BRI

Bank Rakyat Indonesia (BBRI) mencatatkan laba bersih (bank-only) sebesar Rp45,7 triliun selama Januari-Oktober 2024 meningkat 5,3% YoY. Namun, laba pada Oktober 2024 mengalami penurunan menjadi Rp4,1 triliun, turun 8,2% YoY dan 26% secara bulanan.

Penurunan ini terutama disebabkan oleh kenaikan credit cost ke level 3,15%, lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Kenaikan beban provisi menjadi Rp3,2 triliun pada Oktober 2024 (83% YoY) turut menekan laba bersih bulanan, meskipun secara operasional Pre-Provision Operating Profit (PPOP) tetap solid di Rp8,5 triliun.

NIM BBRI juga mengalami tekanan, turun ke 6,28% pada Oktober 2024, sehingga rata-rata NIM selama Januari-Oktober 2024 hanya mencapai 6,34%, lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar 6,73%.

Kinerja Bank Mandiri

Bank Mandiri (BMRI) mencatatkan laba bersih (bank-only) sebesar Rp43,1 triliun selama Januari-Oktober 2024 meningkat 6,3% YoY, meskipun laba bulanan pada Oktober 2024 turun menjadi Rp4,1 triliun, terkoreksi 11% YoY dan 26% secara bulanan.

Kinerja kredit BMRI menunjukkan pertumbuhan kuat sebesar 23% YoY selama Januari-Oktober 2024, melampaui target manajemen sebesar 16-18%.

Hal ini didukung oleh NIM yang stabil di level 4,6%, meski Non-Interest Income (NII) mengalami penurunan 25% YoY pada Oktober 2024.

Beban provisi BMRI naik signifikan pada Oktober 2024, mencapai Rp954 miliar (86% YoY), meskipun rata-rata credit cost selama Januari-Oktober 2024 masih terjaga di 0,7%, lebih baik dari target maksimal 1% yang ditetapkan manajemen.

Kinerja Bank BCA

Laba bersih bank-only Bank Central Asia (BBCA) mencatat pertumbuhan yang mengesankan sebesar 14,9% YoY) dalam 10 bulan pertama 2024, mencapai Rp46,2 triliun. Angka ini menjadikan BBCA sebagai bank dengan laba bersih tertinggi di antara empat bank besar lainnya.

Kinerja BBCA yang solid ini didorong oleh beberapa faktor utama, yaitu peningkatan pertumbuhan kredit, kenaikan Net Interest Margin (NIM), dan pembalikan beban provisi. Kredit BBCA (bank-only) tumbuh sebesar 14,2% YoY selama 10M24, melampaui target pertumbuhan konsolidasi tahun 2024 yang dipatok di kisaran 10 - 12%.

Meski pertumbuhan kreditnya signifikan, kenaikan Dana Pihak Ketiga (DPK) BBCA hanya sebesar 2,7% YoY, sehingga Loan-to-Deposit Ratio (LDR) meningkat menjadi 78%.

BBCA juga mencatatkan peningkatan NIM yang signifikan, mencapai 5,93% pada Oktober 2024, level bulanan tertinggi kedua sejak 2022.

Secara kumulatif, NIM selama 10M24 berada di level 5,7%, sesuai dengan target manajemen untuk tahun 2024. Peningkatan NIM ini didorong oleh pergeseran aset ke instrumen yang memberikan imbal hasil lebih tinggi, seperti obligasi pemerintah dan kredit.

Selain itu, beban provisi BBCA membaik dengan adanya pembalikan sebesar Rp341 miliar pada Oktober 2024, setelah mengalami beban Rp541 miliar pada bulan sebelumnya.

Hasil ini membuat credit cost selama Januari-Oktober 2024 membaik ke level 0,22%, lebih baik dibandingkan target konsolidasi manajemen di 0,3-0,4%. Penerimaan dividen dari anak usaha juga memberikan kontribusi positif sebesar Rp2,3 triliun selama Januari-Oktober 2024 meskipun pada laporan konsolidasi eliminasi pendapatan ini terjadi.

Kinerja Bank BNI

Terakhir, Bank Negara Indonesia (BBNI) mencatat laba bersih bank-only sebesar Rp18,1 triliun selama Januari-Oktober 2024, tumbuh 4,3% YoY. Pertumbuhan kredit BBNI sebesar 8,8% YoY pada Januari-Oktober 2024 tergolong moderat, berada di bawah target manajemen yang sebesar 10 - 12%.

Namun, LDR BBNI mencapai 96,1%, tertinggi di antara bank besar lainnya.

NIM BBNI pada Oktober 2024 meningkat menjadi 4,3%, namun secara rata-rata selama Januari-Oktober 2024 hanya mencapai 3,9%, masih di bawah target manajemen. Meskipun credit cost pada Oktober 2024 mencapai 1,2%, level tertinggi sepanjang tahun, rata-rata selama 10M24 masih sesuai target di kisaran 1%.

Secara keseluruhan, BBCA tampil sebagai pemimpin dari sisi laba bersih di antara bank besar lainnya, dengan kinerja yang didukung oleh efisiensi operasional dan pergeseran strategi aset yang optimal.

BBRI, BMRI, dan BBNI masing-masing menghadapi tantangan yang berbeda, baik dari sisi kredit, beban provisi, maupun efisiensi operasional.

Namun, keempat bank ini tetap menunjukkan kemampuan menjaga pertumbuhan laba meskipun di tengah kondisi yang menantang.


CNBC Indonesia Research

[email protected]

(saw/saw)

Read Entire Article
Lifestyle | Syari | Usaha | Finance Research