Jakarta, CNBC Indonesia - Perjalanan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengecewakan sejak 23 Oktober 2024. Tercatat sejak tanggal tersebut, IHSG telah anjlok 6,43% dan mendarat di level 7.287,19 per Jumat (8/11/2024).
Anjloknya IHSG bukan tanpa alasan, data-data perekonomian Indonesia yang melemah pun menjadi alasan larinya investor asing. Dalam sebulan, investor asing mencatatkan net foreign sell sebesar Rp7,43 triliun di semua market, dimana Rp6,04 triliun berasal dari pasar reguler dan Rp1,39 triliun berasal dari pasar nego dan tunai.
IHSG pun terancam akan dominan berada di zona merah di sepanjang November. Jika melihat track record pergerakan IHSG pada bulan November dalam 10 tahun terakhir, IHSG selalu berada di zona merah pada bulan November.
Tak menutup kemungkinan jika pada tahun ini, IHSG akan kembali ditutup di zona merah pada November 2024. Apalagi dengan dorongan data-data ekonomi yang melemah, makin membuat investor optimis bahwa IHSG tak akan berakhir indah pada bulan November.
Foto: stockbit
Dalam catatan Refinitiv, dalam 12 tahun terakhir 2012-2023), IHSG hanya lima kali berada di zona hijau pada November dan selebihnya merah.
Sejumlah indikator ekonomi RI belum juga membaik menjelang November:
RI Berhasil Inflasi Usai Deflasi 5 Bulan Beruntun
Indonesia akhirnya berhasil mengakhiri deflasi (month to month/mtm) yang sudah berlangsung selama lima bulan beruntun, dimana Indeks Harga Konsumen (IHK) Indonesia naik atau mengalami inflasi 0,08% mtm) pada Oktober 2024. Inflasi ini terjadi setelah IHK tercatat deflasi selama lima bulan beruntun pada Mei-September 2024.
Adapun, inflasi secara tahunan (year on year/yoy) sebesar 1,71% dan inflasi kalender (year to date) sebesar 0,82%.
Kelompok pengeluaran penyumbang inflasi terbesar perawatan pribadi dan jasa lainnya inflasi 0,94% dan memberi andil inflasi 0,06%
Adapun, komoditas dominan dorong inflasi pada kelompok ini adalah emas perhiasan yang beri andil 0,06%. Inflasi bulanan ini didorong oleh inflasi inti dan didorong oleh emas serta lauk pauk dan minyak goreng.
Namun, masih rendahnya angka inflasi belum menjadi penopang pergerakan pasar keuangan Indonesia.
PMI Manufaktur RI Terkontraksi Lagi
Aktivitas manufaktur Indonesia lagi-lagi mengalami kontraksi pada Oktober 2024. Kontraksi ini memperpanjang masa koreksi manufaktur RI menjadi empat bulan beruntun.
Data Purchasing Managers' Index (PMI) yang dirilis S&P Global pada Jumat (1/11/2024) menunjukkan PMI manufaktur Indonesia terkontraksi ke 49,2 pada Oktober 2024. Angka ini tidak berubah dibandingkan September.
Namun, data tersebut juga menunjukkan PMI Manufaktur Indonesia sudah mengalami kontraksi selama empat bulan beruntun yakni pada Juli (49,3), Agustus (48,9), September (49,2), dan Oktober (49,2).
Perekonomian manufaktur Indonesia terus menurun pada bulan Oktober, dengan produksi, permintaan baru dan ketenagakerjaan turun marginal sejak bulan September. Panelis sering mencatat bahwa aktivitas pasar kurang bergairah, yang dalam beberapa kasus berkaitan dengan ketidakpastian geopolitik yang menyebabkan klien waspada dan tidak bergerak. Menggambarkan kondisi pasar lambat, inflasi biaya perlahan menghilang dan tepat di bawah tren historis.
PHK Makin Melonjak
Jumlah pemutusan hubungan kerja (PHK) terus meningkat. Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker) mencatat 59.764 pekerja terkena pemutusan hubungan kerja (PHK) hingga Oktober 2024.
Angka ini meningkat sejak bulan sebelumnya dan tahun lalu. Tercatat total PHK Oktober 2024 meningkat 12,78% dari September 2024 sebesar 52.993 pekerja terkena PHK, dan melonjak 31,13% dari Oktober 2023 sebesar 45.576 pekerja.
PHK terbanyak terjadi di DKI Jakarta dengan 14.501 orang, diikuti Jawa Tengah 11.252 orang, dan Provinsi Banten mencapai 10.254 orang.
PDB RI Melandai
Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III-2024 tumbuh sebesar 4,95% secara tahunan atau year on year (yoy), lebih lambat dari laju pertumbuhan ekonomi kuartal II-2024 sebesar 5,05%, namun sedikit di atas pertumbuhan kuartal III-2023 sebesar 4,94%.
Pertumbuhan itu merupakan hasil akumulasi terhadap catatan produk domestik bruto (PDB) Indonesia pada kuartal III-2024 atas dasar harga berlaku (ADHB) yang senilai Rp 5.638,9 triliun, dan atas dasar harga konstan (ADHK) senilai Rp 3.279,6 triliun.
Situasi perekonomian dalam negeri dipengaruhi oleh beberapa hal. Kondisi global masih tumbuh positif meskipun lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Namun, para investor tidak perlu khawatir berlebih. Karena jika melihat track record perjalanan IHSG dalam 10 tahun terakhir, bulan Desember biasanya menjadi bulan berkah bagi IHSG dalam menyambut window dressing. Sehingga penurunan yang terjadi saat ini justru menjadi kesempatan emas bagi investor untuk mengoleksi saham dengan harga diskon.
CNBC Indonesia Research
(saw/saw)