Sehebat Apa Militer dan Senjata AS di Era Trump?

1 week ago 9

Jakarta, CNBC Indonesia - Calon presiden dari Partai Republik Donald Trump memenangkan pemilu Amerika Serikat (AS). Seperti presiden-presiden sebelumnya, Trump diperkirakan akan menaikkan anggaranmiliter AS.

Dikutip dari Reuters, kebijakan luar negeri Donald Trump sering kali dipandang sebagai kebijakan yang tidak menentu dan lebih reaktif, ditandai dengan sikap yang cenderung mendekatkan Amerika Serikat dengan kebijakan isolasionis dan unilateralisme.

Dengan retorika yang menggambarkan dunia sebagai tempat yang "terbakar" dan penuh dengan konflik, Trump menanggapi tantangan global dengan cara yang lebih pragmatis, terkadang impulsif, dan sering kali bertentangan dengan kebijakan luar negeri tradisional Amerika Serikat.

Trump juga secara terang-terangan mengkritik organisasi multilateral dan lebih memilih pendekatan dua pihak atau bahkan kebijakan "America First" yang menekankan kepentingan nasional Amerika di atas aliansi internasional. Sering kali, tindakan-tindakannya dalam hubungan luar negeri tampak lebih berorientasi pada keuntungan jangka pendek dan retorika yang keras daripada membangun stabilitas jangka panjang.

Namun, meskipun sering kali mengedepankan kebijakan non-intervensi, Trump tetap mengusung kebijakan militer yang lebih agresif di beberapa wilayah. Ini terlihat dalam peningkatan anggaran militer, peningkatan kehadiran militer di Timur Tengah, serta ketegangan yang meningkat dengan negara-negara seperti Iran dan China.

Di sisi lain, Trump berulang kali memuji pemimpin otoriter seperti Vladimir Putin dan Kim Jong-un, yang membuat kebijakan luar negerinya sering kali tampak tidak konsisten dan kontroversial di mata banyak analis dan sekutu tradisional Amerika.

Sebagai informasi, merujuk data Department of Defense (DoD) AS, anggaran militer AS sudah melonjak dari US$688 miliar pada 2019 menjadi US$852 miliar pada 2023 atau naik 23,83%.

Secara umum, anggaran militer AS relatif mengalami kenaikan dalam satu dekade terakhir. Sempat pada 2015, anggaran militer AS berada di level yang cukup rendah yakni US$560 miliar dan di era Trump memimpin terus mengalami peningkatan yakni dari US$580 miliar (2016) menjadi US$723 miliar (2020) atau naik 24,65%.

Sedangkan pada saat Presiden Joe Biden memimpin dalam rentang 2021 hingga 2023, anggaran militer AS naik 17,84% dari US$723 miliar (2020) menjadi US$852 miliar (2023).

Dalam laporan Defense Budget Overview periode Maret 2024, anggaran militer AS untuk full year 2024 yakni sebesar US$876 miliar (continuing resolution/CR) dengan base sebesar US$817 miliar dan sisanya adalah supplementals (Ukraina sebesar US$44,4 miliar, Israel sebanyak US$10,6 miliar, dan Submarine Industrial Base sebanyak US$3,3 miliar).

Jika dilihat lebih jauh, anggaran militer AS lebih difokuskan untuk navy dan air force baik untuk tahun 2023, 2024, hingga 2025.

Anggaran Militer AS di Kepresidenan Trump yang Kedua

Dilansir dari DefenseNews, beberapa analis memperkirakan bahwa Trump akan memperbesar anggaran pertahanan meskipun dengan pengurangan bantuan keamanan untuk sekutu-sekutu Amerika di luar negeri, seperti Ukraina.

Salah satu alasan mengapa sulit untuk memprediksi dampak masa jabatan kedua Trump adalah karena kurangnya konsensus di antara Partai Republik mengenai pengeluaran untuk pertahanan, kata Mark Cancian, seorang analis anggaran keamanan di Center for Strategic and International Studies (CSIS).

Dulu, partai kanan hampir secara seragam mendukung pengeluaran militer yang lebih tinggi. Namun, saat ini, partai tersebut terpecah menjadi tiga kelompok utama, ujarnya.

Tiga kelompok utama dalam Partai Republik memiliki pandangan yang berbeda mengenai pengeluaran pertahanan, yang membuatnya sulit untuk memprediksi kebijakan pertahanan Trump jika ia terpilih kembali.

Kelompok tersebut yakni traditional defense hawks (elit tradisional), budget hawks (pengejar anggaran), dan America First wing.

Hingga saat ini, Kongres belum menyetujui dua undang-undang utama anggaran pertahanan untuk tahun fiskal ini, dan saat ini masih beroperasi berdasarkan short-term spending bill yang berlaku hingga Desember.

Kendati kedua undang-undang anggaran tersebut kemungkinan besar akan disetujui pada akhirnya, dengan kontrol kedua kamar legislatif yang semakin jelas di tangan Partai Republik, ada ketidakpastian besar mengenai seberapa banyak bantuan keamanan yang akan diberikan ke Ukraina.

Sementara Trump telah menyatakan bahwa prioritas utamanya adalah mengakhiri perang dengan Rusia, meskipun dia tidak berkomitmen pada hasil yang spesifik terlebih dahulu.

Jika Trump memutuskan untuk menghentikan bantuan Amerika secara tiba-tiba, hal ini bisa menimbulkan dampak besar bagi perusahaan pertahanan yang telah memperluas lini produk mereka untuk memenuhi kebutuhan Ukraina

"Ini adalah kekhawatiran besar bagi industri," ujar Cancian, mengacu pada ketidakpastian yang bisa ditimbulkan jika bantuan militer untuk Ukraina dihentikan secara mendadak.

Banyak perusahaan pertahanan Amerika, yang telah mendapat keuntungan signifikan dari kontrak-kontrak untuk memasok senjata dan peralatan ke Ukraina, mungkin akan menghadapi penurunan permintaan yang tajam jika kebijakan Trump mengarah pada penghentian bantuan tersebut.

Namun, Cancian juga skeptis bahwa perubahan kebijakan semacam itu akan terjadi terlalu mendalam atau terlalu mendadak sehingga industri pertahanan tidak dapat menyesuaikan diri. Meskipun dampaknya akan signifikan, dia berpendapat bahwa perusahaan-perusahaan pertahanan kemungkinan akan dapat menyesuaikan diri dengan cepat, baik dengan mengalihkan fokus mereka ke pasar lain atau dengan memodifikasi lini produk mereka untuk kebutuhan domestik atau sekutu lainnya.

Janji Trump ke NATO

Trump berencana untuk menaikkan standar kontribusi anggaran pertahanan negara-negara NATO, dengan berjanji bahwa jika ia terpilih kembali pada November, ia akan mendesak sekutu-sekutu NATO untuk meningkatkan target anggaran pertahanan mereka dari 2% menjadi 3% dari Produk Domestik Bruto (PDB) mereka.

Trump berpendapat bahwa sekutu-sekutu AS dan mitra NATO bisa dan seharusnya menghabiskan lebih banyak untuk pertahanan. Sebuah NATO di mana sekutu-sekutu mengalokasikan 3% dari PDB untuk pertahanan tentunya akan menciptakan aliansi yang lebih kuat dan Eropa yang lebih aman.

Sebagai catatan, anggaran militer AS sendiri pada dasarnya belum mencapai 3% dari PDB, tetapi menurut proyeksi anggaran dari Congressional Budget Office (CBO), untuk mencapai target tersebut empat tahun dari sekarang, di akhir masa pemerintahan Trump yang kedua anggaran pertahanan AS harus mencapai US$1,03 triliun atau sekitar Rp16.201 triliun.

Untuk mencapai target ini, pengeluaran pertahanan AS perlu tumbuh sebesar 2,9% setiap tahun hingga 2029, dan bahkan lebih cepat di tahun-tahun mendatang. Namun, dalam dekade terakhir, rata-rata kenaikan anggaran tahunan untuk militer hanya sekitar 0,9%.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(rev/rev)

Saksikan video di bawah ini:

Prabowo: Hilirisasi Mutlak, Tidak Bisa Ditawar!

Read Entire Article
Lifestyle | Syari | Usaha | Finance Research