Jakarta, CNBC Indonesia- Di balik keindahan lanskap nusantara, tergambar ironi yang meresahkan. Seakan tanah subur kita tak lagi cukup untuk menanggung beban ketahanan pangan bangsa. Angka-angka berderet seperti menghantui masa depan; protein yang langka, benih yang telah lelah, dan ketergantungan pada impor.
Tahun 2024 menuntut Indonesia untuk tidak hanya bersandar pada janji kesuburan alamnya, tetapi juga strategi yang matang untuk bertahan dalam badai kebutuhan.
Indonesia kini dihadapkan pada beberapa tantangan besar terkait ketahanan pangan. Menurut data terbaru dari Badan Pangan Nasional (Bapanas) dikutip Jumat (11/10/2024), komoditas vital seperti daging ayam ras, telur ayam ras, kedelai, bawang putih, dan bahkan daging sapi serta gula, berada dalam ambang krisis. Tanpa intervensi melalui impor, negara ini berisiko mengalami defisit serius.
Sumber protein yang paling terjangkau, daging ayam ras dan telur ayam ras, menjadi perhatian utama. Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang diusung pemerintah bergantung pada pasokan ini. Namun, data menunjukkan bahwa kebutuhan daging ayam ras yang mencapai 3,9 juta ton per tahun hanya disokong stok akhir sekitar 239 ribu ton.
Begitu pula dengan telur ayam ras, dengan kebutuhan tahunan 6,4 juta ton, namun stok akhir diperkirakan hanya 173 ribu ton. Dengan selisih besar ini, jelas bahwa tanpa tambahan impor, pasokan protein murah akan menghadapi tekanan besar.
Selain itu, benih padi yang digunakan telah 'jenuh', sebagian besar berusia lebih dari dua dekade. Produktivitas padi di tahun 2024 terancam akibat minimnya inovasi dalam pengembangan benih baru. Pasca restrukturisasi balai perbenihan ke dalam Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), koordinasi untuk pembaruan benih tampak tersendat. Padahal, padi adalah fondasi pangan bangsa ini.
Ketergantungan pada impor juga mencengkeram komoditas seperti kedelai dan bawang putih. Stok akhir kedelai diperkirakan hanya 192 ribu ton, sementara kebutuhan tahunan melampaui 3 juta ton. Bawang putih pun serupa nasibnya. Ketika pasar internasional bergejolak, posisi Indonesia menjadi semakin rentan.
Tak hanya itu, daging sapi dan gula konsumsi juga dalam ancaman defisit. Kebutuhan daging sapi yang mencapai lebih dari 950 ribu ton hanya disokong stok akhir sekitar 180 ribu ton. Gula konsumsi pun berpotensi kekurangan, dengan kebutuhan tahunan sekitar 4 juta ton, namun stok akhir diprediksi hanya mencapai 1,2 juta ton. Jika tidak ada tambahan impor, pasokan kedua komoditas ini tidak akan mampu memenuhi permintaan domestik.
Krisis pangan ini memerlukan tindakan cepat. Pemerintah harus mempercepat impor, sementara strategi jangka panjang harus difokuskan pada revitalisasi sistem perbenihan nasional dan peningkatan produktivitas pangan domestik. Di tengah berbagai tantangan, program-program seperti Makan Bergizi Gratis bergantung pada kelancaran pasokan protein yang stabil dan murah untuk menjaga gizi masyarakat tetap terpenuhi.
Presiden Terpilih Prabowo Subianto sebenarnya menyadari situasi pasokan pangan terkini. Permasalahan perang dan ketegangan di berbagai kawasan hingga perubahan iklim menjadi pemicunya. Ditambah beberapa negara dengan sengaja menahan pasokannya tidak diekspor ke negara lain.
"Dari sejak awal saya ingatkan kalau kita tergantung impor kalau terjadi krisis bagaimana ternyata terjadi krisis Covid negara-negara eksportir pangan hentikan ekspornya. (Ada) India, Vietnam, Thailand, Kamboja," ujarnya saat pertemuan investor di JCC Senayan, Jakarta.
Pangan menjadi fokus pemerintahan Prabowo selama lima tahun ke depan. Sederet kebijakan sudah disiapkan agar kebutuhan perut masyarakat Indonesia bisa terpenuhi.
"Hal fundamental, survival kita sebagai bangsa tergantung sangat mendasar pertama swasembada pangan," tegas Prabowo.
Khusus untuk telur dan daging ayam, data pembanding lain menunjukkan hasil yang lebih baik. Data Direktorat Jenderal Pembibitan dan Produksi Ternak (PPT) dan Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH) Kementerian Pertanian pada 2024 menunjukkan produksi dari perusahaan besar dan UMKM ayam potong mencapai 3.836.764 ton, sementara kebutuhannya 3.719.718 ton per tahun atau surplus 3,15 persen untuk ayam pedaging.
Untuk ketersediaan telur tahun 2023-2026 di Indonesia dihitung dengan pendekatan estimasi konsumsi nasional dan estimasi produksi, masih surplus hingga 2026.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(emb/emb)
Saksikan video di bawah ini: