Erick Thohir lahir di Jakarta pada 30 Mei 1970. Erick menempuh pendidikan perguruan tinggi di Amerika Serikat dan memperoleh gelar sarjananya di Glendale Community College. Setelah berhasil menempuh pendidikan sarjananya, suami Elizabeth Tjandra ini pun kembali menempuh pendidikan magister di Universitas Nasional California.
Erick ditunjuk sebagai Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di era Presiden Joko Widodo pada 2019-2024. Dia kembali ditunjuk sebagai Menteri BUMN di era Prabowo Subianto 2024-2029.
Selain dikenal dekat dengan kalangan bisnis, nama Erick juga lekat dengan dunia olah raga. Dia sempat dipercaya menjadi petinggi dan memiliki saham di beberapa klub olahraga, mulai dari DC United, Persis Solo, Exford United, Inter Milan, sampai Satria Muda.
Erick menjabat sebagai Presiden Asosiasi Bola Basket Asia Tenggara (SEABA) selama tiga periode dari 2006 hingga 2019. Dia saat ini menjabat sebagai Ketua Umum Perserikatan Sepak bola Seluruh Indonesia untuk epriode 2023-2027.
Erick dikenal sebagai pendiri Mahaka Group dan menjabat direktur Utama ANTV pada 2013-2019.
Selama menjabat sebagai Menteri BUMN (2019-2024), Erick aktif melakukan transformasi BUMN.
BUMN dibawah kepemimpinan Erick Thohir terus melakukan perubahan besar beberapa tahun terakhir ini. Ada banyak terobosan yang dilakukan Kementerian BUMN yang membuahkan hasil nyata untuk mengukuhkan peran vital BUMN dalam menggelarkan kemajuan bangsa.
Salah satu peran besar yang dilakukan BUMN adalah saat Indonesia dilanda Covid-19, BUMN bergerak cepat untuk mendatangkan vaksin, padahal saat itu proses panjang birokrasi selama tujuh bulan namun, BUMN bisa mempercepat pelaksanaan vaksinasi kurang dari yang ditargetkan.
BUMN hadir sebagai agregator daripada ekonomi yang terbuka. BUMN juga bisa mengintervensi pasar dan BUMN juga menjadi pelopor dan korporasi yang good governance.
BUMN sebagai salah satu soko guru perekonomian nasional. Meskipun tak bisa dipungkiri, ada BUMN yang mengalami permasalahan keuangan seperti BUMN Karya. Kendati demikian, pembangunan infrastruktur dan juga pertumbuhan ekonomi ada andilnya.
Transformasi ikut meningkatkan laba BUMN.. Sepanjang 2020-2023, realisasi dividen perusahaan BUMN mencapai Rp 194,3 triliun. Laba BUMN pada 2023 sebesar Rp292 triliun. Jumlah tersebut melesat dibandingkan 2020 yang hanya Rp 28 triliun.
Erick juga melakukan efisiensi jumlah BUMN. Dia membubarkan tiga BUMN yakni PT Kertas Kraft Aceh (Persero), PT Iglas (Persero), dan PT Industri Sandang Nusantara (Persero).
Pembubaran ini bukan tanpa alasan, perusahaan-perusahaan BUMN yang dibubarkan tersebut sudah tidak beroperasi sejak lama, serta tidak ada kepastian untuk karyawannya. Berdasarkan data Kementerian Keuangan, ketiga perusahaan BUMN yang dibubarkan itu memang mencatat saldo rugi pada 2020.
Selama lima tahun terakhir, BUMN banyak berbenah dengan membentuk holding, seperti Holding Ultra Mikro (BRI Grup), Holding tambang (MIND ID), Holding Holding jasa survey (ID Survey), Holding farmasi (BioFarma), Holding spesialis Transformasi dan Investasi (Danareksa), Holding pertahanan (Defend ID), lalu Holding perkebunan (PTPN).
Klasterisasi dengan pembentukan sub holding juga dilakukan BUMN. Paling baru pada akhir tahun lalu, Holding Perkebunan Nusantara PTPN III (Persero) mengumumkan penggabungan 13 perusahaan di bawah Holding Perkebunan Nusantara, menjadi dua Sub Holding, yakni PalmCo dan SupportingCo.
Pembentukan sub holding juga dilakukan BUMN lain yang lebih dulu yakni PT Pertamina dan PT Perusahaan Listrik Negara (PLN).
Pertamina tercatat melakukan sub holding pada 2021 lalu. Ada lebih dari 20 anak usaha yang dimiliki Pertamina kemudian ditransformasi menjadi enam subholding yang mengelompokkan anak usaha dengan bidang lebih relevan.
Enam subholding tersebut diantaranya, Upstream Subholding, Gas Subholding, Refinery and Petrochemical Subholding, NRE Subholding, Commercial and Trading Subholding, dan Integrated Marine Logistics Subholding.
PLN kemudian mengikuti langkah Pertamina setahun selanjutnya atau pada 2022, dengan mengelompokkan sekitar 11 anak usahanya menjadi empat sub holding yang terintegrasi, yakni PLN Energi Primer Indonesia, PLN Nusantara Power (Generation Company 1), PLN Indonesia Power (Generation Company 2) dan PLN ICON Plus.
Aksi merger juga dilakukan guna mengoptimalkan bisnis di bidang yang sama, diantaranya Bank Syariah Indonesia (BSI), merger BUMN Pelabuhan Pelindo, dan terbaru pada tahun ini ada merger Bandara Angkasa Pura Indonesia I dan II menjadi InJourney.
(mae/mae)
Saksikan video di bawah ini: