Jakarta, CNBC Indonesia - Secara angka, ekonomi Indonesia nampak terlihat baik-baik saja. Hal ini tercermin dari data Badan Pusat Statistik yang menunjukkan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II 2024 tumbuh 5,05% secara tahunan (yoy).
Akan tetapi faktanya kemiskinan masih menyelimuti negara ini dengan bertambahnya badai Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) hingga banyaknya perusahaan dalam negeri yang harus gulung tikar.
Hal ini juga sempat di suarakan oleh Presiden baru Indonesia. Presiden RI Prabowo Subianto mengingatkan, terutama kepada para pimpinan politik, untuk tidak terlalu senang ketika melihat angka dan data Indonesia dalam sebuah statistik.
Terlebih, bila angka-angka statistik tersebut membuat kita terlalu cepat gembira. Dia pun mengingatkan agar para pemimpin politik tidak langsung berpuas diri. Menurutnya, data statistik tersebut tidak menggambarkan kondisi Indonesia sepenuhnya dan seutuhnya.
"Janganlah kita takut melihat realitas ini. Kita masih melihat saudara-saudara kita yang belum menikmati hasil kemerdekaan, terlalu banyak saudara dan anak-anak kita di bawah garis kemiskinan, terlalu banyak anak-anak kita yang berangkat sekolah tidak makan pagi, terlalu banyak anak-anak kita yang tidak punya pakaian untuk berangkat sekolah," tuturnya saat pidato perdana usai dilantik sebagai Presiden RI di Gedung DPR/MPR RI, Minggu (20/10/2024).
"Kita sebagai pemimpin politik jangan kita terlalu senang melihat angka-angka statistik, yang membuat kita terlalu cepat gembira, terlalu cepat puas, padahal kita belum melihat gambaran sepenuhnya," ucapnya.
"Apakah kita sadar bahwa rakyat dan anak-anak kita banyak yang kurang gizi. Banyak rakyat kita yang tidak dapat pekerjaan yang baik, banyak sekolah-sekolah kita yang tidak terurus, kita harus berani untuk melihat ini semua, dan kita harus berani menyelesaikan masalah ini semua," tegasnya.
Apa yang disampaikan oleh Presiden Prabowo Subianto memanglah benar, terbukti dari beberapa kondisi menunjukkan bahwa masih banyak masyarakat Indonesia yang kesulitan.
Tingkat Kemiskinan
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan jumlah warga miskin Indonesia pada Maret 2024 masih tercatat sebanyak 25,22 juta orang dengan tingkat kemiskinan 9,03%. Angka tersebut hanya turun tipis dibandingkan Maret 2023 sebanyak 25,9 juta orang dengan tingkat kemiskinan 9,36%.
Garis Kemiskinan pada Maret 2024 tercatat sebesar Rp582.932,-/kapita/bulan dengan komposisi Garis Kemiskinan Makanan sebesar Rp433.906,- (74,44%) dan Garis Kemiskinan Bukan Makanan sebesar Rp149.026,- (25,56%).
Pada Maret 2024, rata-rata rumah tangga miskin di Indonesia memiliki 4,78 orang anggota rumah tangga. Dengan demikian, besarnya Garis Kemiskinan per rumah tangga secara rata-rata adalah sebesar Rp2.786.415,-/rumah tangga miskin/bulan.
Anak Indonesia Tidak Sekolah
Berdasarkan data BPS, angka anak tidak sekolah menurut jenjang pendidikan masih relatif tidak banyak perubahan.
Nampak dari tahun 2022 ke 2023 hanya terjadi penurunan baik untuk SD, SMP maupun SMA.
Tingkat Pengangguran
BPS melaporkan jumlah pengangguran di Indonesia per Februari 2024 mencapai 7,2 juta orang, dari sebelumnya pada Februari 2023 yang mencapai 7,99 juta orang.
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Indonesia per Februari 2024 juga turun menjadi 4,82%, dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 5,45%.
Namun angka tersebut masih relatif tinggi, mengingat kini mencari pekerjaan cukup sulit dengan keterbatasan pendidikan.
Badai PHK
Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker) mencatat kenaikan jumlah PHK per September 2024 menjadi 52.993 tenaga kerja di Indonesia. Angka tersebut naik 25,3% dari periode September 2023 di 42.277 tenaga kerja ter-PHK, dan naik 14,6% dari periode Agustus 2024 di 46.240 tenaga kerja ter-PHK.
Sektor manufaktur masih menjadi sektor yang langganan PHK tahun ini, meliputi industri tekstil, garmen dan alas kaki. Adapun, biang keroknya adalah kenaikan cukai rokok.
Tercatat tujuh pabrik tekstil yang mengalami kebangkrutan, sehingga mendorong tingginya angka PHK.
Berikut Deretan Pabrik Tekstil yang Tutup Sejak Awal 2024:
1. PT Sampangan Duta Panca Sakti Tekstil (Dupantex), Jawa Tengah: PHK 700-an orang
2. PT Alenatex, Jawa Barat: PHK 700-an orang
3. PT Kusumahadi Santosa, Jawa Tengah: PHK 500-an orang
4. PT Kusumaputra Santosa, Jawa Tengah: PHK 400-an orang
5. PT Pamor Spinning Mills, Jawa Tengah: PHK 700-an orang
6. PT Sai Apparel, Jawa Tengah: PHK 8.000-an orang
7. PT Sinar Panca Jaya di Jawa Tengah: PHK 340 orang (di Agustus 2024)
Perusahaan PHK Massal karena Efisiensi
1. PT Sinar Pantja Djaja, Jawa Tengah: sekitar 2.000 karyawan
2. PT Bitratex, Jawa Tengah: sekitar 400 karyawan
3. PT Djohartex, Jawa Tengah: sekitar 300 karyawan
4. PT Pulomas, Jawa Barat: sekitar 100 karyawan
Lowongan Kerja Makin Sedikit
Jumlah lowongan kerja di Indonesia terus mengalami penurunan seiring berjalannya waktu. Dalam laporan yang dirilis oleh Economist Team Bank Rakyat Indonesia (BRI) menunjukkan hanya sebesar 8.500 lowongan kerja pada Agustus 2024 dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 14.000 lowongan kerja.
Foto: Economist Team BRI
Economist Team BRI
Makin tipisnya jumlah lowongan pekerjaan, mendorong tingginya tingkat pengangguran dalam negeri.
CNBC Indonesia Research
(saw/saw)
Saksikan video di bawah ini: