Jakarta, CNBC Indonesia - Pergerakan harga saham di sektor otomotif masih loyo gara-gara penjualan mobil merosot tahun ini.
Berdasarkan laporan Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), penjualan mobil dari pabrik ke dealer (wholesale) di pasar domestik mencapai 72.667 unit pada September 2024. Angka tersebut turun 4,77% dari periode Agustus 2024 sebesar 76.304 unit. Angka tersebut juga turun 9,07% dari periode September 2023 sebesar 79.919 unit.
Turunnya penjualan juga menyebabkan turunnya produksi mobil dalam negeri. Gaikindo menganalisa ada beberapa penyebab turunnya produksi mobil di dalam negeri pada September 2024.
Berdasarkan data Gaikindo, kinerja produksi mobil pada September 2024 sebanyak 101.688 unit. Angka tersebut merosot 11,09% secara tahunan (YoY) dibandingkan September 2023 sebanyak 112.783 unit. Secara bulanan, produksi mobil terkoreksi 5,8% secara bulanan (MoM) dibandingkan produksi pada Agustus 2024 sebanyak 107.973 unit.
Gaikindo mengungkapkan terdapat sejumlah penyebab sektor manufaktur Indonesia melemah pada September 2024, dimana Purchasing Manager's Index (PMI) manufaktur Indonesia terkontraksi di bawah 50 yakni berada di level 49,2 pada September 2024.
Melemahnya PMI Manufaktur Indonesia, didorong oleh daya beli yang melemah, meningkatnya jumlah PHK hingga pelemahan tukar rupiah.
Harga Saham Sektor Otomotif Loyo
Bagi harga saham sektor otomotif, lemahnya penjualan mobil akan menjadi sentimen negatif yang masih terus terus membayangi pergerakan harga. Bahkan sejak awal tahun, mayoritas harga saham emiten sektor otomotif dan penunjangnya masih kompak berada di zona merah.
Emiten holding otomotif sekaligus pemegang market share terbesar, PT Astra International Tbk (ASII) mengalami pengaruh cukup besar.
Penjualan mobil-nya ikut anjlok 15,09% secara tahunan (yoy) menjadi 357.802 unit sampai September 2024. Hal ini membuat harga sahamnya masih loyo sampai turun 12% sejak awal tahun.
Sementara, pangsa pasar Astra pun stagnan di angka 55% pada September 2024.Namun, merek mobil di bawah naungan Astra masih mendominasi tren penjualan mobil hingga September 2024.
Berdasarkan data Gaikindo, pada September 2024 Toyota masih menjadi merek mobil terlaris dengan penjualan wholesale 25.454 unit, setara 35% dari total penjualan nasional.
Posisinya selanjutnya diisi oleh produsen mobil asal Jepang lain yakni Daihatsu dan Honda yang masing-masing membukukan penjualan wholesale 12.676 dan 7.926 unit.
Secara keseluruhan, pendapatan emiten di sektor otomotif masih mendapat tantangan cukup berat dari lemahnya penjualan mobil. Hal tersebut membuat kekuatan internal diharapkan menjadi juru selamat untuk melewati badai ini.
Bagaimana Ketahanan Neraca Emiten Sektor Otomotif?
Berbicara soal ketahanan neraca, salah satu yang harus dinilai kemampuan perusahaan dalam membayar utang jangka pendek dan jangka panjangnya.
Dalam hal utang jangka panjang, CNBC Indonesia menggunakan indikator utang bank terhadap ekuitas atau Debt to Equity Ratio (DER). Semakin kecil nilainya semakin baik perusahaan tersebut mampu membayar utang-nya.
Sementara untuk utang jangka pendek, kami memakai indikator quick ratio yang mempertimbangkan kemampuan aset perusahaan setelah dikurangi perusahaan dalam membayar utang lancar.
Quick ratio semakin tinggi nilainya mencerminkan kemampuan perusahaan semakin baik dalam membayar utang.
Berdasarkan data kuartalan terbaru, kami melihat ketahanan neraca berdasarkan tingkat utang yang paling kuat adalah PT Selamat Sempurna Tbk (SMSM) yang memiliki DER rendah hanya 0,05 kali, diikuti quick ratio paling tinggi 3,91 kali.
Terkuat ke-dua ada PT Mitra Pinasthika Mustika Tbk (MPMX) yang punya DER sangat kecil, bahkan nilainya mendekati nol lantaran utang bank-nya relatif kecil. Sampai semester I/2024, MPMX tercatat punya utang bank jangka pendek sebanyak Rp15,13 miliar, sementara modalnya mencapai Rp9,06 triliun.
Sementara yang paling rentan ada PT Indomobil Sukses Internasional Tbk (IMAS) dan PT Indomobil Multi Jasa Tbk (IMJS) lantaran memiliki utang cukup besar, DER lebih dari 3 kali, ditambah kemampuan bayar utang jangka pendeknya kecil.
Untuk yang lainnya, dari grup Astra dan PT Dharma Polimetal Tbk (DRMA) terpantau masih memiliki ketahanan neraca cukup baik dengan tingkat utang ideal. Berikut rincian lengkapnya :
Lantas Bagaimana Valuasinya?
Membahas soal valuasi juga cukup penting lantaran ini bisa membantu kita menentukan posisi beli yang ideal untuk investasi.
Saham otomotif yang mayoritas berada di zona merah, seiring dengan valuasi yang juga ikut terdiskon. Jika mengacu pada rule of thumb Price to Book Value (PBV) di bawah satu kali itu undervalued, maka mayoritas saham otomotif masih dinilai cukup murah saat ini.
IMAS dan IMJS memimpin valuasi paling diskon dengan dihargai PBV 0,38 kali. Meski begitu, perlu diakui bahwa sejak awal tahun dua emiten ini mencatat harga saham paling ambruk sampai 30%. Jadi tidak heran, jika mereka memiliki valuasi paling murah.
Yang masih murah lagi ada dengan PBV di bawah satu kali ada MPMX dan AUTO. Untuk ASII masih dikisaran harga wajar-nya, sementara yang sudah overvalued ada SMSM dan DRMA.
CNBC INDONESIA RESEARCH
Sanggahan : Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investor terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
(tsn/tsn)
Saksikan video di bawah ini: