- Pasar keuangan Indonesia ditutup beragam, IHSG melemah sementara rupiah menguat
- Wall Street ditutup beragam, Dow Jones merah sementara Nasdaq dan S&P menguat
- Data ekonomi AS dan kebijakan pemerintahan Prabowo akan menjadi penggerak sentimen pasar
Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan RI bergerak tak senada. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bergerak melemah pada perdagangan kemarin, sementara rupiah justru menguat setelah pelemahan tiga hari beruntun. Aksi unjuk massa buruh kemarin mendorong penurunan IHSG.
Pasar keuangan Indonesia diperkirakan masih volatile pada hari ini. Selengkapnya mengenai sentimen dan proyeksi pasar hari ini dapat dibaca pada halaman 3 pada artikel ini. Dan para investor juga dapat mengintip agenda dan rilis data yang terjadwal untuk hari ini baik dalam negeri dan luar negeri pada halaman 4.
IHSG nyaris terjun hampir 1% pada perdagangan kemarin. IHSG tercatat anjlok 0,91% di level 7.716,54. Pelemahan tersebut menjadikan kejatuhan IHSG selama dua hari beruntun.
Tercatat nilai transaksi atau turnover IHSG berada di angka Rp11,49 triliun. Transaksi berasal dari volume saham sebanyak 25,54 miliar lembar, terdiri dari 214 saham naik, 379 turun dan 198 tidak berubah.
Secara sektoral, sektor kesehatan menjadi penekan terbesar IHSG pada akhir perdagangan hari ini yakni mencapai 1,51%.
Sementara dari sisi saham, emiten perbankan Himbara PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) dan emiten energi baru terbarukan (EBT) konglomerasi Prajogo Pangestu PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) menjadi penekan terbesar IHSG pada hari ini yakni masing-masing 8,9 dan 4,7 indeks poin.
Kejatuhan beberapa sektor yang mendorong anjloknya IHSG, disebabkan aksi demo yang dilakukan para buruh kemarin.
Massa buruh dari 14 konfederasi dan federasi serikat buruh tingkat nasional turun ke jalan pada Kamis (24/10/2024) di kawasan Monas dan Sekitar Istana Negara, Jakarta.
Aksi demo yang terjadi biasanya akan langsung mendapat respon negatif dari para pelaku pasar, sehingga IHSG pun harus turun di tengah rapat cabinet paripurna yang sedang berlangsung.
Beralih ke rupiah, dilansir dari Refinitiv, pada perdagangan Kamis (24/10/2024) rupiah ditutup menguat 0,26% terhadap dolar Amerika Serikat (AS) di posisi Rp15.575/US$1. Penguatan tersebut berhasil mematahkan pelemahan rupiah selama tiga hari beruntun.
Rupiah berhasil menaklukkan dolar AS. Hal tersebut disebabkan oleh anjloknya indeks dolar bersama imbal hasil Treasury AS.
Tercatat indeks dolar AS jatuh hingga 0,24% di level 104,18. Begitu juga dengan imbal hasil Treasury AS 10 tahun yang anjlok 1,04% di level 4,19%.
Saat rupiah ditutup, para pelaku pasar juga sedang menunggu data dari negeri Paman Sam pada Kamis (24/10/2024) malam hari, terdapat data klaim pengangguran awal hingga berkelanjutan hingga PMI Global S&P AS.
Dimana data-data tersebut kini telah rilis. Data dapat dilihat pada halaman ketiga.
Sementara dari pasar obligasi Indonesia, pada perdagangan Kamis (24/10/2024) imbal hasil obligasi tenor 10 tahun tercatat menguat 0,09% di level 6.672 dari perdagangan sebelumnya.
Imbal hasil obligasi yang menguat menandakan bahwa para pelaku pasar sedang membuang surat berharga negara (SBN). Begitupun sebaliknya, imbal hasil obligasi yang melemah menandakan bahwa para pelaku pasar sedang kembali mengumpulkan surat berharga negara (SBN).
Pages