Kabinet Prabowo Boyong ke Magelang Saat Amerika Bikin Was-Was Investor

3 weeks ago 15

  • Pasar keuangan Indonesia ditutup do zona merah, IHSG dan rupiah sama-sama melemah
  • Wall Street melemah berjamaah, indeks Nasdaq turun lebih dari 1%
  • Sentimen dari Amerika serta kebijakan kabinet Prabowo akan menjadi penggerak pasar hari ini

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan RI kompak lesu. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan rupiah kompak ditutup di zona pelemahan.

Pasar kini cenderung wait and see karena menanti kebijakan-kebijakan pemerintahan baru yang dimana pada hari ini akan diadakan pertemuan para menteri Kabinet Merah Putih Prabowo-Gibran di Akademi Militer, Magelang, Jawa Tengah.

Akan tetapi, masih terdapat beberapa sentimen dari dalam negeri maupun luar negeri hari ini. Selengkapnya mengenai sentimen dan proyeksi pasar hari ini dapat dibaca pada halaman 3 pada artikel ini. Dan para investor juga dapat mengintip agenda dan rilis data yang terjadwal untuk hari ini baik dalam negeri dan luar negeri pada halaman 4.

IHSG akhirnya mencatatkan pelemahan setelah kenaikan delapan hari beruntun. IHSG pada perdagangan kemarin, Rabu (23/10/2024), IHSG ditutup melemah 0,02% di level 7.787,56.

Tercatat nilai transaksi atau turnover IHSG berada di angka Rp14,81 triliun. Transaksi berasal dari volume saham sebanyak 34 miliar lembar, terdiri dari 243 saham naik, 323 turun dan 228 tidak berubah.

Tujuh sektor masih mengakhiri perdagangan di zona merah, dengan sektor real estate alami tekanan paling dalam sebesar 2,08%, disusul oleh sektor utility yang minus 1,21%, dan sektor energi melemah 1,07%. Selain itu, sektor basic materials tertekan hingga 0,55%, sektor consumer cyclicals turun 0,51%, technology 0,25%, serta healthcare turun tipis 0,18%.

Di sisi lain, tiga sektor berhasil mencatat kenaikan, yaitu sektor industrials yang mengalami kenaikan paling tinggi sebesar 1,21%, dilanjutkan sektor consumer non-cyclicals yang melemah 0,86%, serta financials yang menguat tipis 0,36%

Sementara itu, dari sisi konstituen, saham PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk. menjadi beban utama IHSG hari ini sebanyak 8,02 indek poin dan emiten energi, PT Dian Swastatika Sentosa Tbk dengan beban sebesar 5,81 poin, serta emiten perbankan, Pt Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk sebesar 4,34 indeks poin.

Lebih jauh, IHSG ditutup di zona merah tertekan oleh sentimen proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia yang diperkirakan Dana Moneter Internasional (IMF) hanya sebesar 5,0% untuk tahun ini dan 5,1% tahun depan.

Bahkan (International Monetary Fund / IMF) masih mempertahankan proyeksi ekonomi Indonesia di level 5,1% hingga tahun 2029.

Pelemahan IHSG juga sejalan dengan ketidakpastian ekonomi global yang masih berlanjut, meski IMF memproyeksikan pertumbuhan ekonomi dunia stabil di level 3,2% untuk tahun 2024 dan 2025, dengan ekspektasi inflasi global mencapai 3,5% pada akhir 2025.

Beralih ke rupiah, dilansir dari Refinitiv, pada perdagangan Rabu (23/10/2024) rupiah ditutup melemah 0,39% terhadap dolar Amerika Serikat (AS) di posisi Rp15.615/US$1. Pelemahan tersebut tercatat sudah terjadi selama tiga hari beruntun.

Melemahnya rupiah terhadap dolar AS, lagi-lagi disebabkan oleh lonjakan pada indeks dolar AS hingga imbal hasil Treasury AS 10 tahun. Indeks dolar AS tercatat naik ke level 104,53, sementara imbal hasil Treasury AS 10 tahun mampu menyentuh level 4,24%.

Hal ini mendorong aliran dana asing berpotensi beralih kembali masuk ke AS karena imbal hasil yang meningkat cukup menggiurkan bagi para investor.

Lonjakan indeks dolar AS dan imbal hasil Treasury AS ini bisa berdampak negatif ke rupiah, serta kenaikan indeks dolar AS mencerminkan bahwa dolar AS tengah menjadi incaran pasar sehingga mata uang lain alami pelemahan, termasuk rupiah.

Sementara dari pasar obligasi Indonesia, pada perdagangan Rabu (23/10/2024) imbal hasil obligasi tenor 10 tahun tercatat menguat melemah 0,01% di level 6.666 dari perdagangan sebelumnya. Imbal hasil obligasi yang melemah menandakan bahwa para pelaku pasar sedang kembali mengumpulkan surat berharga negara (SBN). Begitupun sebaliknya, imbal hasil obligasi yang menguat menandakan bahwa para pelaku pasar sedang membuang surat berharga negara (SBN).

Pages

Read Entire Article
Lifestyle | Syari | Usaha | Finance Research