Jangan Iri! Thailand Tambah Hari Libur Untuk Dongkrak Ekonomi

2 days ago 5

Jakarta, CNBC Indonesia - Thailand menjadi salah satu negara terpopuler sebagai tujuan wisata. Budaya, makanan ekstrim hingga pemandangan yang menakjubkan mendorong negara tersebut menjadi tujuan wisata banyak orang di belahan dunia.

Sekitar 30 juta wisatawan telah mengunjungi negara tersebut sepanjang tahun ini. Jumlah tersebut mendekati target pemerintah Thailand untuk tahun ini sebanyak 36,7 juta. Pada 2019, Thailand mencatat rekor kedatangan wisatawan asing hampir 40 juta yang menghasilkan pendapatan sebesar US$60 miliar atau saat ini berkisar Rp946,5 triliun (Rp15.775/US$1).

Pemerintah Thailand pun melakukan beberapa stimulus untuk meningkatkan jumlah wisatawan tahun depan. Kabinet Thailand menyetujui dua hari libur tambahan tahun depan untuk mendorong orang bepergian selama akhir pekan panjang guna merangsang pariwisata dan mempercepat pertumbuhan ekonomi terbesar kedua di Asia Tenggara.

Hari libur khusus pada 2 Juni dan 11 Agustus tahun depan yang jatuh pada hari Senin akan memungkinkan orang merencanakan perjalanan yang lebih panjang selama akhir pekan tersebut, menurut pejabat pemerintah dalam sebuah pengarahan di Bangkok pada Selasa.

People walk past the Wat Mahabut Temple in Bangkok, Friday, Oct. 25, 2024. (AP Photo/Sakchai Lalit)Foto: AP/Sakchai Lalit
People walk past the Wat Mahabut Temple in Bangkok, Friday, Oct. 25, 2024. (AP Photo/Sakchai Lalit)

Kabinet Thailand juga mendeklarasikan 2 Januari 2026 sebagai hari libur yang akan memperpanjang liburan tahun baru menjadi lima hari. Hari libur umum pada  2025 akan berjumlah total 21 hari.

Thailand yang bergantung pada pariwisata dalam beberapa tahun terakhir telah memberikan hari libur tambahan untuk mendukung industri perjalanannya dan memastikan pemulihannya dari pukulan pandemi. Sektor ini menyumbang sekitar 12% dari produk domestik bruto Thailand dan hampir seperlima dari lapangan pekerjaan. Ekonomi negara tersebut telah tertinggal dari laju ekspansi negara-negara tetangganya dalam dekade terakhir, dengan tingkat pertumbuhan tahunan rata-rata hanya 1,9%.

Penetapan hari libur tambahan ini juga sejalan dengan langkah pemerintahan Perdana Menteri Paetongtarn Shinawatra untuk menetapkan tahun depan sebagai tahun pariwisata dan olahraga.

kunjungan wistawan ke masing-masing negara ASEANFoto: ASEAN statistical year 2024
kunjungan wistawan ke masing-masing negara ASEAN

Bagaimana dengan Indonesia?

Sementara itu, di Indonesia juga telah menentukan hari libur tahun 2025 meskipun tidak ada tambahan hari libur.

Pemerintah melalui Menteri Agama (Menag), Menteri Ketenagakerjaan (Menaker), dan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (MenPAN RB) telah resmi menetapkan daftar 27 Hari Libur Nasional dan Cuti Bersama 2025.

Berdasarkan Surat Keputusan Bersama (SKB) Tiga Menteri Nomor: 1017 Tahun 2024, Nomor: 2 Tahun 2024, dan Nomor 2: Tahun 2024 tentang Hari Libur Nasional dan Cuti Bersama Tahun 2025, Pemerintah Indonesia resmi menetapkan 17 Hari Libur Nasional dan 10 Cuti Bersama pada tahun depan. Jumlah ini tak berubah jika dibandingkan dengan total libur yang ditetapkan untuk 2024.

Selain itu, Pemerintah Indonesia menargetkan sektor pariwisata bisa berkontribusi pada devisa sebesar US$22,10 miliar (sekitar Rp342 triliun) di 2025. Target itu bermakna akan ada peningkatan signifikan dibandingkan capaian 2023 yang US$14,63 miliar, serta proyeksi 2024 yang dipatok sebesar US$17,54 miliar.

kunjungan wistawan ke masing-masing negara ASEANFoto: ASEAN statistical year 2024
kunjungan wistawan ke masing-masing negara ASEAN

Pemerintah juga memproyeksikan kontribusi sektor ini terhadap produk domestik bruto (PDB) nasional meningkat 4,6% pada 2025, atau naik tipis dari 4,5% dibanding 2024. Untuk mencapai target itu, pemerintah melalui Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) akan fokus pada pengembangan pariwisata berkualitas dan berkelanjutan.

Sekretaris Kemenparekraf Ni Wayan Giri Adnyani menjelaskan, ada 11 program besar yang akan diimplementasikan guna mendukung sektor ini. Beberapa di antaranya berupa pemberian insentif bagi pengembangan destinasi wisata tematik, perbaikan sistem manajemen promosi, serta penerapan pariwisata berkelanjutan di berbagai destinasi.

Giri juga menekankan pentingnya pengembangan produk kreatif berbasis konten, pelaksanaan gastrodiplomasi, dan pengarusutamaan ekonomi berkelanjutan sebagai bagian dari strategi ini. "Kami berupaya menciptakan sumber pertumbuhan ekonomi baru melalui penguatan ekosistem yang disinergikan dengan berbagai pihak terkait," ujarnya, saat rapat kerja dengan Komisi X DPR RI, Jumat (30/8/2024).

Kemenparekraf pun telah menyusun tujuh program turunan yang mendukung pariwisata berkelanjutan. Pertama, penguatan ekosistem ekonomi kreatif. Kedua, integrasi data ekonomi kreatif. Ketiga, percepatan pengembangan ekosistem kekayaan intelektual.

Kemudian keempat, peningkatan pangsa pasar domestik dan global. Kelima, peningkatan kapasitas dan kapabilitas pelaku ekonomi kreatif. Keenam, pengembangan sentra, klaster, dan pusat unggulan kreatif, dan ketujuh, penguatan regulasi, kebijakan, dan kelembagaan ekonomi kreatif di tingkat nasional dan daerah.

Semua bertujuan untuk menciptakan ekosistem yang kondusif bagi pelaku pariwisata dan ekonomi kreatif di Indonesia, sehingga dapat berkontribusi lebih besar terhadap perekonomian. Salah satu terobosan besarnya adalah pembentukan Indonesia Tourism Fund (ITF) atau Dana Abadi Pariwisata.


CNBC Indonesia Research

[email protected]

(saw/saw)

Read Entire Article
Lifestyle | Syari | Usaha | Finance Research