- Pasar keuangan Indonesia berpotensi penuh gejolak pada perdagangan minggu ini
- Panasnya tensi geopolitik di Timur Tengah dan perkembangan data ekonomi dari China dan Jepang jadi fokus utama investor
- Sementara dari dalam negeri, rilis data manufaktur dan inflasi serta evaluasi indeks akan jadi penggerak pasar
Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan Indonesia berpotensi penuh gejolak pada perdagangan minggu ini. Investor harus bersiap menghadapi berbagai sentimen dari dalam maupun luar negeri yang mampu membuat pasar saham dan nilai tukar rupiah bergerak fluktuatif.
Anda dapat membaca ulasan lengkap mengenai sentimen pekan ini yang berasal dari domestik maupun luar negeri di halaman tiga dan empat. Sentimen domestik berupa evaluasi indeks, rilis laporan keuangan kuartal-III emiten bluechips, pengumuman data inflasi serta manufaktur.
Sementara itu, sentimen dari luar negeri yang perlu dicermati adalah pengaruh ketegangan geopolitik di Timur Tengah dan dinamika indeks dolar AS yang dipengaruhi oleh pemilihan presiden Amerika Serikat (AS).
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS berada di teritori negatif pada penutupan perdagangan pekan lalu.
Indeks utama mengalami depresiasi 0,84% dalam sepekan dari 7.760 pada penutupan 18 Oktober 2024. Pada penutupan perdagangan Jumat (25/10/2024), IHSG ditutup terkoreksi 0,28% ke posisi 7.694,66. IHSG pun kembali terkoreksi ke level psikologis 7.600 tepatnya di 7.690-an, setelah selama enam hari beruntun bertahan di level psikologis 7.700.
Nilai transaksi indeks pada Jumat lalu tampak mencapai sekitar Rp9,3 triliun dengan melibatkan 22,8 miliar saham yang berpindah tangan sebanyak 1,2 juta kali. Sebanyak 223 saham naik, 358 saham turun, dan 208 saham stagnan.
IHSG merana lantaran pasar masih cenderung wait and see terhadap kebijakan Presiden Prabowo yang akan segera dilakukan.
Hingga kini, masih belum pasti kapan program-program dan kebijakan di Kabinet Merah Putih pemerintahan Prabowo dijalankan, karena rangkaian pembekalan bagi menteri, wakil menteri, dan para pembantu presiden berjalan hingga Minggu (27/10/2024).
Data dari Bursa Efek Indonesia (BEI) menunjukkan dari 11 sektor yang ada, tujuh diantaranya tercatat ditutup berada di zona merah, sementara empat diantaranya masih mampu ditutup di zona hijau.
Sektor infrastruktur tercatat anjlok paling dalam yakni 2,34%, diikuti oleh kesehatan yang turun 1,95%, dan properti yang melemah 1,86%.
Hal ini berbanding terbalik dengan sektor infrastruktur yang justru melesat 2,56%, teknologi menguat 1,95%, dan transportasi & logistik yang naik 0,96%.
Ambruknya IHSG sepanjang pekan kemarin juga terlihat dengan derasnya dana asing yang keluar dari BEI yakni sebesar Rp3,62 triliun. Hal ini berbeda jauh dengan pekan sebelumnya yang justru tercatat investor asing melakukan aksi net buy sebesar Rp1,21 triliun.
//
Sementara itu, nilai tukar rupiah terkapar di hadapan dolar AS. Melansir dari Refinitiv rupiah ambles 1,13% secara point-to-point (ptp) dihadapan dolar AS sepanjang pekan lalu. Pada perdagangan Jumat (25/10/2024) rupiah ditutup melemah 0,39% di level Rp 15.635/US$.
Rupiah pun kembali menyentuh level psikologis Rp 15.600/US$, di mana terakhir rupiah mendekati level psikologis ini yakni pada pertengahan Agustus lalu.
Rupiah yang takluk di hadapan greenback disebabkan oleh indeks dolar AS yang perkasa, menguat 0,74% ke posisi 104,26 dari sebelumnya pada perdagangan akhir pekan sebelumnya di 103,49.
Mata uang Paman Sam perkasa karena adanya ketidakpastian jelang pemilu AS yang semakin dekat dan pasar global masih khawatir dengan kondisi global terutama ketegangan di Timur Tengah yang masih memanas.
Pages