Jakarta, CNBC Indonesia - Harga karet dunia mampu mencapai posisi tertinggi setelah 13 tahun lalu. Pencapaian tersebut memberikan angin segar kepada emiten-emiten produsen karet karena dapat mendongkrak kinerja keuangan perusahaan.
Kenaikan harga karet acuan dapat meningkatkan pendapatan perusahaan karena rata-rata harga jual yang terdongkrak. Lantas apa saja emiten yang akan mendapatkan pundi-pundi cuan dari harga karet yang melesat?
Berikut lima emiten produsen karet yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia:
1. PT PP London Sumatra Indonesia Tbk
Berdasarkan laporan tahunan 2023, PT PP London Sumatra Indonesia mampu memproduksi 4.700 ton karet dalam bentuk lembaran dan remah pada 2023. Operasi perkebunan karet LSIP berada di Sumatera Utara, Sumatera Selatan dan Sulawesi.
PP London Sumatra Indonesia memiliki area tertanami karet sebesar 16.238 hektar. Selain itu, anak perusahaan Astra International tersebut memiliki pabrik untuk mengolah lateks menjadi remah dan karet lembaran.
Emiten berkode LSIP tersebut memiliki 3 fasilitas pengolahan remah dan 2 fasilitas pengolahan lembaran karet, Fasilitas pengolahan tersebut memiliki kapasitas 33,000 ton remah dan karet lembaran per tahun.
Berdasarkan laporan keuangan, perusahaan mampu meraih Rp86,76 miliar pada periode Januari hingga September 2024 dari pengolahan karet. Pendapatan tersebut berkontribusi sebesar 3% dari total pendapatan perusahaan.
2. PT Bakrie Sumatera Plantations Tbk
Bakrie Sumatera Plantations merupakan perusahaan yang bergerak di bisnis pertanian dan perkebunan, terutama produksi karet dan pengolahannya.
Berdasarkan laporan tahunan 2023, perusahaan menghasilkan getah karet sebesar 10.326,6 ton, termasuk 10.292 ton getah yang sudah dipanen dan 34,60 ton getah belum dipanen. Adapun total produksi pabrik pengolahan karet pada tahun 2023 adalah 9.127 ton.
Emiten dengan kode UNSP tersebut memiliki perkebunan akret di tiga provinsi, yakni Sumatera Utara, Bengkulu, dan Lampung dengan luas keseluruhan 14866 hektar are per 2023.
Rinciannya, kebun di Sumatera Utara seluas 10.209 Ha, di Bengkulu seluas 1.456 Ha, dan Lampung memiliki luas 3.222 Ha.
UNSP pun mampu meraup pendapatan senilai Rp167,99 miliar pada sembilan bulan pertama 2024.
3. PT Kirana Megatara Tbk
PT Kirana Megatara Tbk memiliki bidang usaha industri karet remah (crumb rubber), industri pengasapan karet, dan perkebunan karet.
Kontribusi pendapatan dari karet memenuhi 99% dari total pendapatan perusahaan pada periode Januari hingga September 2024.
Perusahaan mampu meraup pendapatan senilai Rp8,23 triliun per September 2024, naik 22,38 dari perolehan periode yang sama 2023 senilai Rp6,72 triliun. Kontribusi penjualan barang jadi karet mencapai Rp8,18 triliun, melesat 22,3%.
Perusahaan dengan kode emiten KMTR tersebut memiliki 15 entitas usaha yang mengoperasikan 16 pabrik pengolahan karet dan 1 sub holding yang bertanggung jawab mengelola kebun karet.
4. PT Pinago Utama Tbk
PT Pinago Utama Tbk berhasil meraih pendapatan dari sektor karet senilai Rp289,3 miliar pada periode Januari hingga Juni 2024. Segmen karet sendiri berkontribusi 32% terhadap total pendapatan perusahaan pada periode tersebut.
Berdasarkan laporan keuangan periode Januari hingga Juni 2024, nilai aset tanaman menghasilkan karet adalah Rp83,38 miliar.
5. PT Indo Komoditi Korpora Tbk
PT Indo Komoditi Korpora Tbk berhasil meraih pendapatan dari sektor karet senilai Rp157,49 miliar pada periode Januari hingga September 2024. Segmen karet sendiri berkontribusi 98% terhadap total pendapatan perusahaan pada periode tersebut senilai Rp160 miliar.
INCF memiliki anak usaha PT Sampit International (SI) yang bergerak di bidang produksi karet serta ekspor dan impor karet. SI memiliki tujuh hekar pabrik karet.
Total kapasitas terpasang milik SI adalah 144.000 ton per tahun dan kapasitas produksi SI per Tahun 2023 adalah 7.828 ton atau 5,44% dari kapasitas terpasang
CNBC INDONESIA RESEARCH
(ras/ras)