Gara-Gara Berlian, Partai yang Berkuasa 58 Tahun di Botswana Kalah!

1 week ago 9

Jakarta, CNBC Indonesia - Pengangguran Botswana melonjak drastis dan ekonomi lebih banyak didominasi ekspor Berlian, kini rakyat ingin perubahan ekonomi yang lebih terdiversifikasi.

Aspirasi rakyat ini kemudian terbukti dari pemilihan presiden pada Rabu pekan lalu (30/10/2024) tertuju pada Boko Duma, seorang pengacara dan ahli hukum yang tergabung dalam partai Perubahan Demokratik.

Berdasarkan hasil dari 41 dari 61 daerah pemilihan yang diperebutkan, Partai Perubahan Demokratik telah memenangkan 26 kursi di parlemen sementara Partai Demokratik hanya memperoleh tiga kursi.

Boko berhasil mengalahkan pesaingnya, Mokgweetsi Masisi yang mencalonkan diri untuk kedua kalinya setelah menjadi Presiden Botswana sejak 2018 lalu. Masisi sendiri berasal dari Partai Demokratik yang sudah mendominasi politik negara tersebut sejak kemerdekaan atau sekitar 58 tahun yang lalu.

Dengan terpilihnya Boko Duma, membuat Partai Perubahan Demokratik untuk pertama kalinya berhasil mendominasi politik Botswana, dan membuat Partai Demokratik menjadi oposisi.

Kejatuhan Partai Demokratik, Imbas Dominasi Berlian - Masalah Sosial Ekonomi

Botswana, sebuah negara yang lebih luas dari Prancis tetapi memiliki populasi kecil, dengan Gurun Kalahari menutupi sebagian besar negara daratan ini yang berbatasan dengan Afrika Selatan dulunya dikenal sebagai salah satu kisah sukses di Afrika dengan demokrasi yang stabil dan standar hidup yang baik.

Namun, saat ini mengalami kekeringan dan desertifikasi mengancam perkembangan Botswana serta mata pencaharian banyak penduduknya, terutama guncangan pada sosial-ekonomi akibat dominasi ekspor berlian.

Menurut World Bank, berlian menyumbang 80% ekspor Botswana dan memiliki peran besar terhadap pertumbuhan ekonomi hingga seperempat produk domestik bruto (PDB).

Presiden Botswana Mokgweetsi Masisi memegang berlian seberat 2.492 karat yang digali di salah satu tambangnya dan akan dipamerkan pada Kamis, 22 Agustus 2024, di Gaborone. (AP Photo)Foto: Presiden Botswana Mokgweetsi Masisi memegang berlian seberat 2.492 karat yang digali di salah satu tambangnya dan akan dipamerkan pada Kamis, 22 Agustus 2024, di Gaborone. (AP Photo)
Presiden Botswana Mokgweetsi Masisi memegang berlian seberat 2.492 karat yang digali di salah satu tambangnya dan akan dipamerkan pada Kamis, 22 Agustus 2024, di Gaborone. (AP Photo)

Sementara itu menurut pihak yang berwenang, sampai dengan paruh pertama 2024, penjualan berlian kasar di Debswana, perusahaan yang dimiliki bersama oleh pemerintah Botswana dan De Beers Group serta merupakan sumber pendapatan negara yang penting, turun hampir 50%.

Mereka mengatakan bahwa penurunan ini sebagian disebabkan oleh ketidakstabilan geopolitik akibat konflik dan meningkatnya popularitas berlian sintetis.Sementara itu, angka pengguran kemudian melonjak hingga 28% tahun ini.

Hal ini membuat anggaran negara menipis dan menimbulkan kritik terhadap Masisi dan Partai Demokratik karena tidak mengambil langkah-langkah untuk mendiversifikasi ekonomi.

Para pegawai pemerintah juga mengalami keterlambatan dalam menerima gaji karena situasi keuangan yang ketat, yang meredupkan reputasi Botswana sebagai pemerintahan yang efisien.

Melansir portal AP, Elton Katlego Ditaol, seorang mahasiswa paruh waktu berusia 26 tahun mengatakan "Ada kebutuhan yang jelas dan struktural untuk memilih pemimpin yang akan menulis pola pikir baru. Kita perlu mendiversifikasi ekonomi. Ini adalah lagu lama. Kita tidak bisa bergantung pada ekstraksi mineral."

CNBC INDONESIA RESEARCH

(tsn/tsn)

Saksikan video di bawah ini:

Prabowo: Hilirisasi Mutlak, Tidak Bisa Ditawar!

Read Entire Article
Lifestyle | Syari | Usaha | Finance Research