Jakarta, CNBC Indonesia - Di wilayah mayoritas gurun kering kerontang seperti Arab Saudi, air merupakan sumber kehidupan. Tak heran jika orang berbondong-bondong mencari air. Namun, apa jadinya jika para pencari bukan menemukan air, tetapi sumur minyak?
Kisah ini bukan fiksi, tapi benar terjadi pada diri Karl Twitchell. Ahli geologi asal Amerika Serikat itu awalnya mencari air, tapi tak disangka malah temukan sumur minyak yang mengubah Arab Saudi menjadi kaya raya.
Gali Air, Dapat Minyak
Pada tahun 1930, Kerajaan Arab Saudi yang baru berdiri dilanda kekacauan. Angka peziarah yang datang ke Makkah dan Madinah turun drastis imbas krisis ekonomi, sehingga menurunkan pendapatan negara.
Sementara rakyat hidup miskin sebab pemerintah berulangkali gagal menemukan sumber air. Air menjadi hal penting sebab bisa menggerakkan perekonomian. Bila air tersedia, maka pembangunan berjalan dan rakyat diuntungkan.
Atas dasar ini, Raja Arab Saudi, Abdulaziz, berupaya keras mencari air dengan meminta bantuan para ahli geologi dari Barat. Kebetulan, ada ahli geologi yang sudah bertahun-tahun sukses mencari air di gurun Arab. Namanya, Karl Twitchell. Pria asal AS ini sudah sukses menemukan air di Bahrain hingga Yaman.
Sebagaimana dikisahkan Madawi Al-Rasheed dalam A History of Saudi Arabia (2012), Twitchell bergegas menjalankan perintah orang nomor satu di Saudi. Dia melakukan analisis lapangan dan menjelajahi banyak gurun untuk menemukan titik air. Ini dilakukan berbulan-bulan di bawah terik matahari.
Ketika tenggat waktu pencarian habis, Twitchell membawa kabar buruk dan baik. Kepada Raja Arab, dia menyebut kalau titik air tidak bisa ditemukan di seluruh gurun. Bisa dibilang, Arab Saudi ditakdirkan akan selalu kekeringan.
Namun, kabar baiknya, dia mengatakan kalau di bawah gurun terdapat potensi minyak. Sebab, saat menggali air, dia melihat ada jejak-jejak minyak. Keyakinan ini bertambah usai dia membaca catatan sejarah bukti minyak pernah ditambang di Timur Tengah.
Toby Craig Jones dalam Desert Kingdom: How Oil and Water Forged Modern Saudi Arabia (2010) menceritakan, kabar dari Twitchell langsung diseriusi oleh raja. Dia memerintah Twitchell mengubah fokus pencarian, dari air ke minyak. Hanya saja, Twitchell kali ini menggandeng perusahaan minyak asal AS, yakni SOCAL. Kelak, SOCAL berubah nama menjadi Saudi Arabian American Oil Company (ARAMCO).
Singkat cerita, sepanjang 1930-an, Twitchell yang dibantu geolog Max Steineke dan tim melakukan pencarian dengan bantuan penduduk lokal. Mereka mengebor banyak titik-titik potensial tempat minyak berkumpul.
Sampai akhirnya, pada 3 Maret 1938, tebakan ahli geologi tersebut benar. Di Arab Saudi memang tak ada air, tapi ada minyak. Pada hari itu, sumur minyak pertama di Arab Saudi menyembur dari dalam tanah.
Sumur minyak ini mencatatkan rekor sebagai sumur minyak terbesar di dunia saat itu, yakni 3.810 barel per hari. Kelak, dari sumur minyak ini, Arab Saudi mampu memproduksi 32 juta barel minyak sepanjang 44 tahun.
Ketika ini terjadi, Arab Saudi berubah nasib. Penemuan sumur minyak pertama membuka pikiran elite Arab guna mencari sumur minyak dibanding sumur air. Sejarah kemudian membuktikan, sumur minyak lebih mudah ditemukan ketimbang titik air. Pada akhirnya, mereka menjadi kaya raya sebab mendapat sumber keuangan baru.
Air tak lagi susah didapat. Dengan uang, sumber daya air bisa diperoleh secara mudah. Rakyat pun tak lagi miskin. Negara pun berubah ke arah lebih modern dan terhormat.
Sementara, para penemu minyak pertama di Arab Saudi juga merasakan durian runtuh. Dilansir dari situs Aramco, Twitchell mendapat imbalan berupa kiloan emas. Begitu juga para tim lain yang membantu. Semuanya menjadi kaya raya.
(mfa/mfa)
Saksikan video di bawah ini: