BSI: Memacu Industri Perbankan Syariah Untuk Ekonomi Berkelanjutan

1 month ago 31

PT Bank Syariah Indonesia (Persero) Tbk 
Most Sharia Bank for Excellence Good Corporate Governance

Jakarta, CNBC Indonesia - Industri halal terus menjadi fokus pemerintah dalam memajukan ekonomi dan keuangan syariah di Indonesia. Meningkatnya keterbukaan ekonomi membuat semakin terjalinnya hubungan ekonomi antarnegara sehingga bank syariah diharapkan mampu melayani transaksi bertaraf global.

Pertumbuhan perbankan syariah dalam negeri terus meningkat. Hal ini tercermin dari bertumbuhnya market share perbankan Syariah per Juli 2024.

Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), pangsa pasar perbankan syariah di Indonesia terhadap industri perbankan nasional masih bertahan di level 7%. Per Juli 2024 perbankan syariah mencatat total aset Rp895,54 triliun dengan pertumbuhan aset mencapai 9,33% (year on year/yoy). Dengan demikian, perbankan syariah berkontribusi pada pangsa pasar perbankan nasional sebesar 7,32%.

Kemudian, untuk saat ini jumlah Bank Umum Syariah sebanyak 14 bank, Unit Usaha Syariah sebanyak 19 bank, dan Bank Perekonomian Rakyat Syariah sebanyak 173 bank.

Bank syariah dinilai berkontribusi penting dalam memajukan industri keuangan Syariah. Peran penting bank syariah dapat memfasilitasi permodalan kepada pelaku yang bergerak di industri produk halal, memberikan akses kepada seluruh pelaku bisnis, dan dapat melayani transaksi besar dan bertaraf global.

Untuk menjalankan peran tersebut, salah satu bank bank syariah dengan nasabah terbesar di dunia, PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) terus menunjukkan komitmennya dalam memajukan ekosistem halal di Indonesia. BSI terus mendorong sinergi dengan berbagai sektor untuk memperluas ekosistem keuangan Islam sebagai bagian dari strategi bisnis yang berkelanjutan.

RUPS Bank Syariah Indonesia 2024. (Dok. BSI)Foto: RUPS Bank Syariah Indonesia 2024. (Dok. BSI)
RUPS Bank Syariah Indonesia 2024. (Dok. BSI)

Dalam melakukan tujuan tersebut, senantiasa BSI berupaya meningkatkan penerapan prinsip-prinsip tata kelola perusahaan yang baik atau Good Corporate Governance (GCG) seiring dengan perkembangan peraturan perundang-undangan dan praktik terbaik di industri. BSI meyakini, penerapan GCG menciptakan keselarasan antara tujuan Bank dengan tujuan para pemangku kepentingan terjalin dengan baik.

Situasi tersebut diharapkan dapat menciptakan iklim bisnis yang kondusif, sehingga BSI mampu mencapai tujuan usaha yang ditargetkan secara berkesinambungan. Untuk itu, implementasi GCG harus dilakukan secara terarah dan terencana sesuai dengan ketentuan yang berlaku, berkesinambungan dan melibatkan seluruh elemen Bank.

Sebagai bank syariah terbesar di Indonesia, menjadikan BSI sebagai motor penggerak dalam pertumbuhan ekonomi syariah di Indonesia. Amanah besar tersebut, dijalankan BSI dengan penuh rasa tanggungjawab yang tergambar dari setiap pencapaian BSI sejak merger hingga saat ini. Semua pencapaian BSI tersebut, tidak lepas dari komitmen Direksi, Dewan Komisaris, Dewan Pengawas Syariah dan seluruh insan BSI untuk menjalankan sistem perbankan yang sehat serta patuh terhadap seluruh peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Bagi BSI, prinsip-prinsip GCG termasuk prinsip-prinsip syariah merupakan selaput yang mengikat dan mengatur seluruh tindak laku BSI sebagai bank dan perusahaan terbuka, serta prinsip yang harus dijaga dan diimplementasikan oleh seluruh insan BSI dalam mencapai tujuan Bank sesuai dengan Visi dan Misi BSI.

BSIFoto: dok BSI
BSI

BSI memiliki komitmen untuk menerapkan GCG secara berkelanjutan di lingkungan bank. Pada 2023, BSI secara bertahap berupaya terus meningkatkan penerapan GCG untuk terciptanya nilai keberlanjutan agar terus dapat memberikan kontribusi yang lebih besar terhadap pertumbuhan ekonomi perbankan syariah di tingkat nasional maupun secara global.

Sebagai bank syariah, landasan utama pelaksanaan prinsip-prinsip syariah dalam seluruh kegiatan BSI adalah Al-Qur'an dan Hadist. Prinsip-prinsip syariah tersebut dijalankan BSI dengan tata kelola perusahaan yang baik, yang tunduk dan berpedoman pada berbagai ketentuan serta peraturan perundang-undangan Republik Indonesia yang mengatur BSI sebagai perseroan terbatas, bank umum syariah dan/atau perusahaan terbuka.

BSI senantiasa berupaya menerapkan lima prinsip GCG bagi bank umum syariah, yakni keterbukaan, akuntabilitas, pertanggung jawaban, independesi, dan kewajaran.

Adapun, struktur tata kelola perusahaan (Good Corporate Governance/GCG).

BSIFoto: BSI

BSI menggunakan Three Lines Model dalam membantu organisasi mengidentifikasi struktur dan proses yang efektif untuk memungkinkan pencapaian tujuan, dan memfasilitasi tata kelola dan manajemen risiko yang kuat.

Kinerja Keuangan Semester I 2024

 BSI secara konsisten mencatatkan pertumbuhan laba double digit. Pada semester I-2024, BSI membukukan laba bersih tahun berjalan sebesar Rp3,39 triliun, melesat 20,28% secara tahunan (yoy) pada semester I-2024, dari setahun sebelumnya sebesar Rp2,82 triliun. Hal ini menjadikan perseroan menorehkan pertumbuhan tertinggi di antara Top 10 bank di Indonesia.

Perseroan berhasil menjaga kinerja keuangan dan bisnis secara sehat dan berkualitas sepanjang kuartal II tahun 2024, di tengah makroekonomi cukup menantang yang ditandai dengan naiknya suku bunga acuan seperti BI Rate yang naik ke level 6,25% pada awal kuartal II 2024 untuk mendukung stabilitas nilai rukar rupiah.

Direktur Keuangan & Strategi BSI Ade Cahyo Nugroho mengungkapkan bahwa segmen konsumer menjadi pendorong utama dari kinerja tersebut. Ia menyebut segmen tersebut memiliki imbal hasil atau yield dan kualitas yang baik.

Secara khusus, segmen konsumer yang mendominasi adalah yang berbasis kepada payroll based customer atau sistem pembayaran atau penggajian. Per Agustus 2024, BSI mengelola sekitar 1,3 juta nasabah payroll. Cahyo memaparkan bahwa sekitar 15 hingga 16% nasabah payroll tersebut mendapatkan pembiayaan dari BSI.

Segmen payroll atau segmen yang berpenghasilan tetap Segmen konsumer individual, merupakan nasabah yang paling cocok dengan bank syariah.

Saat ini komposisi dana murah BSI mencapai 62,05%, sementara komposisi pembiayaan 71,73% berada di segmen ritel dan konsumer termasuk ultra mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Pada sisi lain baik dari sisi overhead cost maupun kualitas kredit terjaga dengan baik.

BSI juga mencatatkan pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) Rp296,70 triliun, naik 17,50%. Ditambah dengan kinerja Tabungan naik 16,09% ke level Rp128,78 triliun, di mana sekitar 39% atau Rp49,96 triliun merupakan tabungan Wadiah di mana perusahaan tidak memberikan bagi hasil sehingga dapat menjaga level cost of fund.

Kemudian, likuiditas BSI bertumbuh seiring pertambahan nasabah yang per posisi Juni 2024 telah mencapai 20,46 juta. Solidnya likuiditas menopang kinerja pembiayaan BSI yang juga tumbuh di atas rerata industri perbankan nasional dengan kualitas yang terjaga.

Per Juni 2024, pembiayaan BSI mencapai Rp257,39 triliun, tumbuh 15,99% yoy dengan NPF (Non Performing Financing) yang turun ke level 1,99% (gross) jauh membaik dibanding Juni 2023 sebesar 2,31%.

Kinerja pembiayaan ditopang oleh pembiayaan segmen ritel dan konsumer termasuk UMKM yang mencapai Rp184,61 triliun.

Segmen wholesale mengomposisi 28,27% dengan outstanding Rp72,77 triliun. Hal ini menunjukkan bahwa segmen ritel, konsumer dan UMKM memberikan kontribusi besar bagi pertumbuhan pembiayaan BSI, termasuk di produk gadai dan cicil emas. Sejalan dengan strategi pertumbuhan, pembiayaan emas BSI per posisi Juni 2024 mencapai Rp8,97 triliun, tumbuh 41,27% dengan NPF 0,07%.

Saat ini investasi emas cukup menarik minat termasuk generasi muda karena tergolong safe-haven dan kemampuannya untuk melindungi nilai aset dari inflasi. Pembiayaan cicil emas memiliki pertumbuhan signifikan mencapai 100,10% ke level Rp3,56 triliun, sementara gadai emas berada di level Rp5,41 triliun tumbuh 18,38%.

Dengan kondisi likuiditas dan pembiayaan, sepanjang kuartal II 2024 pendapatan perusahaan ditopang oleh pendapatan margin dan bagi hasil yang naik 11,44% menjadi Rp12,08 triliun, serta pendapatan berbasis fee yang tumbuh 28,01% menjadi Rp2,48 triliun. Di sisi lain, rasio efisiensi (BOPO) turun dari 70,87% ke level 69,23%. Di sisi rasio profitabilitas ROE perusahaan membaik ke 17,88% naik dari 17,27% posisi Juni 2023.

Selain indikator kinerja tersebut, pada Juni 2024 jumlah pengguna BSI Mobile ikut pula melonjak 12,72% (ytd) menjadi 7,12 juta orang. Hingga periode tersebut BSI mobile mencatatkan jumlah transaksi sebanyak 247,32 juta dengan nilai transaksi mencapai Rp298,82 triliun.

BSI juga agresif meningkatkan Merchant QRIS untuk transaksi pembayaran. Hingga Juni 2024, Jumlah merchant QRIS yang bekerjasama dengan BSI mencapai 358 ribu, naik 30,84%. Untuk menjangkau masyarakat yang berada di daerah yang belum terdapat layanan bank, BSI Agen siap melayani kebutuhan nasabah mulai dari tarik tunai, transfer dan juga pembayaran lainnya.

Hingga Juni 2024, jumlah BSI Agen mencapai 102 ribu di seluruh Indonesia yang mencatatkan volume transaksi sebesar 12,7 juta dengan nilai mencapai Rp26,89 triliun. Menjamurnya BSI Agen membuktikan bahwa minat masyarakat bertransaksi syariah meningkat yang berdampak positif untuk pembukaan lapangan kerja baru melalui profesi BSI Agen.

CNBC Indonesia Research

[email protected]

(saw/saw)

Saksikan video di bawah ini:

Prabowo: Hilirisasi Mutlak, Tidak Bisa Ditawar!

Read Entire Article
Lifestyle | Syari | Usaha | Finance Research