Rawan Longsor! Saham Konglo Sudah Mulai Turun

2 months ago 26

Jakarta, CNBC Indonesia - Saham konglomerat merajai pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Indonesia pada 2024. Fenomena tersebut mulai menyusut pada tahun ini.

Tahun 2024 bukanlah tahun yang baik bagi pergerakan saham-saham big caps dan juga blue chip yang memiliki fundamental baik, hal ini tercermin dari perjalanan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di sepanjang 2024 yang turun 2,65%.

Akan tetapi saham-saham konglomerasi justru meroket pada sepanjang 2024, namun sebagian beberapa saham konglomerasi yang melejit pada 2024, telah mulai mengalami penurunan pada Januari 2025.

Hal yang menjadi pertanyaan sebagian para investor adalah apa yang menjadi alasan dan landasan kenaikan saham-saham konglomerasi. Jika melihat dari sisi fundamental, saham-saham tersebut bukanlah saham yang murah untuk dikoleksi saat itu.

Dari sisi kinerja keuangan, beberapa saham konglomerasi tersebut mencatatkan kinerja keuangan yang tak selaras dengan kenaikan kinerja harga sahamnya.

Dari beberapa saham konglomerasi di atas terpantau saham DSSA dan PTRO masih mencatatkan penurunan kinerja keuangan, akan tetapi harga sahamnya mampu melesat ratusan persen.

Kinerja keuangan bukanlah alasan saham-saham tersebut mencatatkan performa harga saham yang luar biasa, tetapi aksi-aksi korporasi yang mendorong saham-saham tersebut melesat signifikan.

PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS)

Kenaikan harga emas dunia di pasar spot pada sepanjang 2024 mendorong kenaikan saham-saham di sektor pertambangan, salah satunya PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS).

Disepanjang 2024, harga emas di pasar spot telah melesat 27,21%. Kenaikan harga emas dunia pun berlanjut pada perdagangan 2025. Disepanjang 2025 harga emas telah naik 5,24% di level US$2.761,43 per troy ons pada perdagangan intraday Rabu (22/1/2025).

Kenaikan harga emas mendorong tingginya permintaan emas. PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS) mencatat, hingga kuartal III tahun 2024 pendapatan terbang 231% menjadi US$ 108,4 juta (Rp 1,68 triliun) dari periode yang sama tahun 2023 yang sebesar US$ 32,7 juta (Rp 506,85 miliar).

Selanjutnya, laba usaha meroket 189% pada kuartal III tahun ini menjadi US$ 28,5 juta dari capaian tahun lalu yang sebesar US$ 9,8 juta. Serta laba usaha sebelum pajak naik 143% menjadi US$ 24,9 juta dari sebelumnya yang sebesar US$ 10,2 juta.

Sehingga, laba bersih BRMS pada kuartal III tahun ini ikut terdongkrak naik sebesar 54% menjadi US$ 16,4 juta dibandingkan periode yang sama tahun 2023 sebesar US$ 10,6 juta.

Terdapat dua faktor utama yang menyebabkan kenaikan kinerja keuangan BRMS pada 2024 yakni peningkatan produksi emas dan kenaikan harga jual emas pada 2024.

PT Dian Swastatika Sentosa Tbk (DSSA)

Grup Sinarmas PT Dian Swastatika Sentosa Tbk (DSSA) melakukan ekspansi ke energi baru terbarukan (EBT). DSSA melalui anak usahanya menyepakati kerjasama bisnis panel surya dengan perusahaan asal Tiongkok Trina Solar Co. Ltd. bersama PT Indonesia Power dan PT Agra Surya Investindo.

Berdasarkan keterbukaan informasi, nota tersebut berisi kesepahaman menjajaki peluang kerja sama untuk merencanakan, membangun, membiayai, dan mengoperasikan pabrik sel dan modul fotovaltaik surya dengan kapasitas produksi masing-masing sebesar 1 GWp per tahun dan memasarkan produk sel dan modul fotovoltaik surya di Indonesia.

Di sektor energi, DSSA berkomitmen dalam mendukung transisi energi bersih dengan memulai investasi dalam energi terbarukan.

DSSA menjajaki peluang investasi dalam proyek pembangkit listrik tenaga surya dan panas bumi. Investasi dalam energi terbarukan ini menjadi salah satu tonggak penting bagi DSS dalam menjawab tantangan global untuk beralih ke energi yang lebih ramah lingkungan.

Selain itu, DSSA juga terlibat dalam proyek pembangunan pabrik sel dan panel surya terbesar di Indonesia, dengan nilai investasi mencapai lebih dari US$100 juta di Kawasan Industri Kendal, Jawa Tengah. Perusahaan terus mendorong transformasi energi di Indonesia dan menempatkan diri sebagai salah satu pemain utama di sektor energi terbarukan.

PT Golden Energy Mines Tbk (GEMS)

Kenaikan saham PT Golden Energy Mines Tbk (GEMS) tak luput dari aksi korporasi secara tak langsung. Dilansir dari Bloomberg, Senin (22/7/2024), pemegang saham GEMS yang juga bagian dari Sinarmas yakni Golden Energy and Resources Limited dan konsorsiumnya telah menandatangani kesepakatan untuk pinjaman sebesar US$600 juta dari private credit fund (dana kredit swasta), termasuk Davidson Kempner Capital Management LP, guna membiayai akuisisi tambang batu bara Australia.

Pinjaman yang ditandatangani tersebut demi mendukung akuisisi tambang batu bara metalurgi Illawarra dan menawarkan bunga sekitar 800 basis poin (bps) di atas suku bunga pembiayaan semalam yang dijamin, dengan jangka waktu lima tahun.

Menurut Bloomberg, pemberi pinjaman lainnya termasuk Farallon Capital Management LLC, King Street Capital Management LP, Washington H. Soul Pattinson & Co., Broad Peak Investment Advisers Pte., dan satu-satunya bank pemberi pinjaman Deutsche Bank AG.

Konsorsium Golden Energy juga menutup fasilitas modal kerja sebesar US$150 juta dan fasilitas jaminan lainnya sebesar AUD150 juta (US$100 juta) untuk digunakan di masa depan.

GEAR M Illawarra Met Coal, entitas korporat yang mengakuisisi tambang dari South32 Ltd. yang berbasis di Australia seharga US$1,65 miliar, menunjuk Grant Samuel sebagai penasihat dalam upaya penggalangan dana, menurut laporan Bloomberg pada Maret.

Sebagai infromasi, Golden Energy yang berbasis di Singapura, yang dikendalikan oleh keluarga Widjaja (pemilik Sinarmas), memiliki 70% saham di GEAR M Illawarra Met Coal, sementara M Resources Pty Ltd. memegang 30% sisanya.
Berdasarkan data per 30 Juni 2024, Golden Energy and Resources Limited menguasai 6,99% saham GEMS, sementara emiten Sinarmas lainnya PT Dian Swastatika Sentosa Tbk (DSSA) memiliki 51% saham GEMS.

PT Rukun Raharja Tbk (RAJA)

Kenaikan ratusan persen saham RAJA berkat aksi korporasi yang perseroan lakukan. PT Rukun Raharja Tbk (RAJA) melakukan akuisisi participating interest (PI) di Wilayah Kerja (WK) Jabung sebesar 8%. Akuisisi tersebut dilakukan oleh anak perusahaan RAJA, yaitu PT Raharja Energi Tanjung Jabung (RETJ) dari PT GPI Jabung Indonesia.

Akuisisi tersebut membawa dampak positif bagi kinerja RAJA. Akuisisi ini menambah portofolio RAJA di bidang usaha investasi hulu migas di Indonesia, dan bertambahnya pendapatan hingga laba bersih RAJA.

Adapun, blok Jabung mencatatkan produksi rata-rata sebesar 52.000 barel oil equivalent per day (boepd). Selain Blok Jabung, RAJA juga mengambil saham minoritas Blok Cepu sebesar 2,24%, salah satu blok penopang lifting minyak nasional, selain Blok Rokan garapan Pertamina. Sepanjang semester pertama 2024, Blok Cepu menghasilkan minyak sebesar 144.000 barel oil per day (bopd).

Selain itu, RAJA sukses memboyong anak usahanya, PT Raharja Energi Cepu Tbk (RATU) melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI). Sejak listing, saham RATU telah melesat 415,22% di level Rp5.925 per lembar saham pada perdagangan Rabu (22/1/2025).

PT Solusi Sinergi Digital Tbk (WIFI)

Kenaikan saham WIFI pun tak luput dari sentuhan sentiment positif hadirnya sosok investor baru. Hashim S. Djojohadikusumo, Arwin Rasyid dan Fadel Muhammad resmi masuk dalam jajaran Pemegang Saham Utama PT Solusi Sinergi Digital Tbk (WIFI) atau Surge.

Diketahui Hashim S. Djojohadikusumo merupakan adik kandung dari Presiden RI Prabowo Subianto.

Masuknya Hashim dibuktikan dari penandatanganan MoU dengan perusahaan Hashim, melalui PT Arsari Sentra Data untuk mempercepat pengembangan infrastruktur dalam layanan konektivitas kepada masyarakat.

Pada 23 Desember 2024, telah terjadi penandatanganan Akta Jual Beli (AJB) antara pemegang saham pengendali WIFI dengan beberapa pengusaha dan tokoh nasional untuk mengambil sebagian saham WIFI.

Berdasarkan keterbukaan informasi BEI, Jumat (10/1/2025), Tinawati sebagai pemegang saham telah menjual 45% saham PT Investasi Sukses Bersama kepada PT Arsari Sentra Data.

Sehingga porsi kepemilikan Tinawati di WIFI tersisa 24,80% secara tidak langsung melalui kepemilikan 99,99% PT SID dari sebelumnya sebesar 47,35% secara tidak langsung melalui kepemilikan 45,00% PT Investasi Sukses Bersama dan Kepemilikan 99,99% PT SID.

Sementara itu, PT Arsari Sentra Data milik Hashim S. Djojohadikusumo dari sebelumnya tak memiliki, kini menggenggam 22,55% saham WIFI secara tidak langsung melalui kepemilikan 45,00% PT Investasi Sukses Bersama.

PT Petrosea Tbk (PTRO)

Penurunan laba bersih pada PT Petrosea Tbk (PTRO) justru tak memupuskan kinerja harga saham PTRO. Kenaikan harga saham PTRO tak luput dari aksi ekspansi hingga raih kontrak baru yang bernilai triliunan.

PT Petrosea Tbk (PTRO) mengeluarkan belanja modal sekitar Rp 6 triliun atau US$ 400 juta untuk investasi peralatan pertambangan baru. Langkah ini sebagai realisasi perseroan untuk ekspansi bisnis.

Investasi peralatan pertambangan untuk fase pertama telah diperoleh dari PT United Tractors Tbk (UNTR), PT Trakindo Utama, PT Indotruck Utama, PT Indo Traktor Utama dan PT Eka Dharma Jaya Sakti.

Pembelian peralatan pertambangan ini dilakukan untuk mendukung proyek-proyek jasa penambangan baru, serta sebagai langkah antisipasi pengembangan dan keberlanjutan usaha di masa mendatang.

Selain itu, kabar terbaru PTRO berhasil memenangkan lelang dan memperoleh kontrak baru dari PT Vale Indonesia Tbk (INCO) senilai US$ 1 miliar atau Rp 16 triliun.

Setelah melalui proses lelang sesuai dengan tata kelola perusahaan, PT Petrosea Tbk (PTRO) terpilih sebagai pemenang untuk pekerjaan jasa penambangan di area Bahodopi Blok 2 dan 3, Sulawesi Tengah.

Kontrak jasa pertambangan tersebut akan memperkuat operasional bisnis Perseroan dengan memperoleh tambahan produksi bijih nikel dari area Bahodopi Blok 2 dan 3 untuk melengkapi Blok Sorowako yang telah beroperasi selama ini.

Adapun cakupan pekerjaan meliputi jasa pengupasan lapisan tanah, penambangan dan pengangkutan bijih nikel, serta pembangunan infrastruktur yang terkait dengan jasa pertambangan.

PT Bank Artha Graha Internasional Tbk (INPC)

Saham PT Bank Artha Graha Internasional Tbk (INPC) milik Tomy Winata dan Sugianto Kusuma atau dikenal Aguan juga melesat ratusan persen ditengah kenaikan tipis laba bersih perseroan.

Diketahui, pendorong kenaikan saham INPC adalah rencana anak usaha emiten properti PT Pantai Indah Kapuk Dua Tbk (PANI) untuk melantai di bursa pada awal 2025. Yang dimana emiten tersebut kini telah berhasil melantai di BEI pada 13 Januari 2025 yakni PT Bangun Kosambi Sukses Tbk (CBDK) yang masih melesat 132,14% di level Rp9.425 per lembar saham hingga perdagangan Rabu (22/1/2025).

Selain itu, PT Bangun Kosambi Sukses Tbk (CBDK) meraih dana IPO tertinggi pada IPO tahun ini, dengan oversubscribed hingga 344 kali.

Dengan kenaikan saham-saham konglomerasi yang luar biasa dalam satu terakhir ini, dapat memicu penurunan harga di tengah usainya pesta saham konglo yang terjadi akibat aksi-aksi korporasi.

Dengan kenaikan yang luar biasa tersebut, saham-saham konglomerasi sudah terlihat pada posisi jenuh beli, memiliki potensi yang cukup besar untuk mengalami koreksi selama tidak ada penopang baik dari sisi kinerja keuangan maupun aksi korporasi baru.


CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(saw/saw)

Read Entire Article
Lifestyle | Syari | Usaha | Finance Research