Aturan DHE Berubah, Seberapa Ampuh Jaga Rupiah dari Amukan Dolar!

2 months ago 26

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) berpotensi menguat setelah aturan pemerintah terbaru soal penempatan Devisa Hasil Ekspor (DHE) dengan durasi yang lebih panjang.

Sebagai informasi, Pemerintahan Prabowo Subianto resmi mengubah Peraturan Pemerintah (PP) No.36 Tahun 2023 tentang Devisa Hasil Ekspor (DHE). Eksportir diwajibkan untuk menempatkan DHE sebesar 100% di dalam negeri dalam kurun waktu 1 tahun mulai 1 Maret 2025.

"Pemerintah akan segera merevisi PP no. 36 dan akan diperlakukan per 1 Maret tahun ini," ungkap Menko Perekonomian Airlangga Hartarto dalam konferensi pers di Istana Kepresidenan, Jakarta, Selasa (21/1/2025)

Keputusan ini juga telah disetujui oleh Presiden Prabowo Subianto dan kini tengah dipersiapkan Peraturan Pemerintah dan koordinasi bersama regulator terkait seperti Bank Indonesia (BI) dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

Airlangga memastikan PP akan keluar dalam waktu dekat. "Ini segera, ini kan lagi harmonisasi," jelasnya.

Airlangga memastikan tidak akan ada penolakan akan kebijakan tersebut. Selain kewajiban, pemerintah juga akan memberikan insentif kepada pelaku usaha.

Penjelasan DHE Terbaru

DHE yang terbaru akan dilaksanakan pada 1 Maret 2025 sebesar 100% untuk periode 1 tahun dan untuk itu pemerintah dan BI mempersiapkan fasilitas yang berupa tarif PPH 0% atas pendapatan bunga pada instrumen penempatan devisa hasil ekspor. Kalau reguler biasanya kena pajak 20% tapi untuk DHE 0%.

Kemudian atas instrumen penempatan devisa hasil ekspor, agunan kredit rupiah kalau mau menggunakan back to back, eksportir dapat memanfaatkan instrumen penempatan DHE sebagai agunan back to back kredit rupiah dari bank maupun Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) untuk kebutuhan rupiah di dalam negeri.

Lalu, underlying transaksi swap antara nasabah dan perbankan, eksportir dapat memanfaatkan instrumen swap dengan bank dalam hal memiliki kebutuhan rupiah untuk kegiatan usahanya.

Kemudian untuk foreign exchange swap antara bank dan BI, eksportir dapat meminta bank untuk mengalihkan valas DHE yang dimiliki eksportir menjadi swap jual BI dalam hal eksportir membutuhkan rupiah untuk kegiatan usaha di dalam negeri.

DHE Bisa Perkuat Rupiah

Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS hingga saat ini relatif mengalami pelemahan secara cukup konsisten setidaknya sejak Oktober 2024.

Dilansir dari Refinitiv, rupiah telah ambruk lebih dari Rp1.000/US$ dalam kurun waktu 3,5 bulan. Pada 1 Oktober 2024, rupiah masih terpantau berada di angka Rp15.195/US$. Sementara pada 21 Januari 2025, rupiah tercatat sudah menyentuh level Rp16.330/US$.

Hal ini tentu memberikan kekhawatiran tersendiri bagi Bank Indonesia/BI, pemerintah, maupun perusahaan yang sangat bergantung pada pergerakan rupiah karena akan berdampak signifikan jika rupiah mengalami volatilitas yang cukup kencang, apalagi pasca Presiden AS, Donald Trump yang cukup berfokus pada tarif impor hingga berujung pada potensi pemangkasan suku bunga bank sentral AS (The Fed) yang lebih kecil di tahun ini.

Ketika hal tersebut terjadi, maka indeks dolar AS (DXY) berpeluang untuk tetap berada di level yang cukup tinggi yang pada akhirnya membuat rupiah terus tertekan dan tidak menutup kemungkinan untuk menyentuh titik terendah yakni Rp16.445/US$ pada 21 Juni 2024.

Menanggapi hal tersebut, pemerintah berupaya menjaga stabilitas nilai tukar rupiah dengan kebijakan DHE terbaru yakni mewajibkan eksportir untuk menempatkan DHE di dalam negeri sebesar 100% dalam kurun waktu satu tahun.

Airlangga Hartarto menjelaskan, DHE yang dikonversi ke mata uang rupiah akan menjadi pengurang dalam besaran porsi kewajiban penempatan DHE.

"Konversi ke dalam rupiah dilakukan dalam rangka menambahkan suplai dolar tanpa intervensi berlebihan dari BI dan juga dari suku bunga maupun valas. Mengurangi volatilitas rupiah dan membantu kebutuhan operasional perusahaan," kata Airlangga di Istana Kepresidenan, Jakarta, Selasa (21/1/2025).

Hal menarik lainnya dengan kehadiran DHE terbaru ini, maka BI tidak perlu melakukan intervensi berlebihan dalam menstabilkan nilai tukar rupiah.

Suplai Dolar AS di Tanah Air

Pasokan dolar AS di Indonesia dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk kebijakan pemerintah, aktivitas ekspor-impor, dan kondisi pasar global. Baru-baru ini, pemerintah Indonesia mengeluarkan peraturan yang mewajibkan eksportir sumber daya alam untuk menahan seluruh hasil ekspor mereka di dalam negeri selama minimal satu tahun. Kebijakan ini bertujuan untuk meningkatkan cadangan devisa negara, yang pada akhir Desember tercatat sebesar US$155,7 miliar. Dengan aturan baru ini, cadangan devisa diperkirakan dapat meningkat hingga US$90 miliar per tahun.

Hal ini disampaikan oleh Menko Perekonomian Airlangga Hartarto di kantornya, Jakarta, Selasa (21/1/2025). Dia menuturkan potensi tambahan cadangan sebanyak US$90 miliar diperoleh selama satu tahun. Menurutnya, keputusan ini sudah disetujui Presiden Prabowo Subianto.

"Ada bisa sampai di atas 90 (billion USD)...satu tahun," tegasnya kepada wartawan di kantor Kemenko Perekonomian.

Kenaikan cadev juga bersamaan dengan surplus neraca perdagangan Indonesia. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa sepanjang 2024, neraca perdagangan Indonesia mencetak surplus kumulatif mencapai US$31,04 miliar. Surplus ini menurun dibandingkan total surplus neraca perdagangan 2023. Penurunan ini didorong oleh penurunan surplus neraca perdagangan nonmigas tahun 2024.

Plt Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti mengatakan jika dilihat lebih rinci neraca perdagangan nonmigas surplus US$51,44 miliar lebih rendah US$5,35 miliar dibanding tahun 2023. Sementara itu, neraca perdagangan migas mencatatkan nilai defisit hingga US$20,40 miliar.

"Jika kita lihat menurut negara maka defisit migas terjadi dengan China US$11,41 miliar dan surplus terbesar adalah dengan AS sepanjang 2024," kata Amalia, dalam rilis BPS, Rabu (15/1/2025).

Tidak hanya itu, catatan positif juga tercermin dari net foreign inflow ke dalam Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) maupun Sekuritas Valas Bank Indonesia (SVBI).

Selama tahun 2024, berdasarkan data setelmen sampai dengan 24 Desember 2024, investor asing tercatat beli neto sebesar Rp15,61 triliun di pasar saham, Rp37,94 triliun di pasar SBN dan Rp167,83 triliun di SRBI.

Sementara selama 2025, berdasarkan data setelmen sampai dengan 16 Januari 2025, investor asing tercatat jual neto sebesar Rp2,63 triliun di pasar saham, jual neto Rp0,59 triliun di pasar SBN dan beli neto Rp5,84 triliun di SRBI.

Tak tinggal diam, dalam menyambut aturan DHE terbaru, Gubernur BI, Perry Warjiyo mempersiapkan dua instrumen baru yaitu SVBI dan SUVBI yang nanti menjadi bagian dari instrumen penempatan dan juga pemanfaatan dari DHE SDA yang bisa digunakan para eksportir melalui bank.

Adapun, penerbitan SVBI dilakukan dengan tenor 1, 3, 6, 9 dan 12 bulan. Sementara itu, SUVBI mempunyai pilihan tenor 1, 3, dan 6 bulan. Baik SVBI dan SUVBI pertama kali diterbitkan pada November 2023. Penerbitan SVBI dan SUVBI dilakukan untuk mengelola likuiditas valuta asing guna mendukung stabilitas nilai tukar rupiah.

Kedua instrumen tersebut sejalan dengan mekanisme pasar (pro market) untuk mendukung pendalaman pasar uang dalam valuta asing guna mendukung efektivitas kebijakan moneter, stabilitas sistem keuangan, dan sinergi pembiayaan ekonomi.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(rev/rev)

Read Entire Article
Lifestyle | Syari | Usaha | Finance Research