Jakarta, CNBC Indonesia - Singapura tidak diberkahi sumber minyak bumi yang melimpah. Namun, mereka mampu menjadi pusat industri pengolahan minyak dunia karena iklim bisnis yang baik, dukungan pemerintah, teknologi yang mumpuni, serta sumber daya manusia yang memadai.
Singapura telah lama menjelma menjadi salah satu pusat perdagangan dan industri penyulingan minyak terbesar di dunia, dengan total kapasitas penyulingan minyak mentah sebesar 1,5 juta barel per hari (bph).
Dengan luas hanya 728,6 kilometer persegi, Singapura kerap dijuluki "Houston-nya Asia" karena begitu besarnya dan strategisnya industri minyak mereka di kawasan Pasifik.
Kilang-kilang minyak di Singapura secara kolektif membentuk pusat pengilangan terbesar ketiga di dunia, setelah Rotterdam dan Houston.
Jaringan perdagangan minyak negara ini membentang dari Teluk Persia hingga Asia Timur Laut, dan dari Australia hingga Pantai Barat Amerika Serikat.
Foto: Kapal berlayar melewati kilang minyak Pulau Bukom di sepanjang pantai selatan Singapura
FILE PHOTO: Boats sail past Pulau Bukom oil refinery along the southern coast of Singapore June 8, 2016. REUTERS/Edgar Su/File Photo
Pasar spot Singapura, yang menjadi pusat perdagangan minyak di zona waktu Asia-Pasifik, telah menjadikan harga acuan dari Singapura sebagai patokan utama transaksi minyak bumi di kawasan.
Singapura, sebagai pelabuhan tersibuk di dunia, juga menjadi pusat pengisian bahan bakar minyak (bunkering) terbesar di dunia.
Mereka adalah salah satu produsen rig pengeboran lepas pantai terbesar, dan menjadi basis paling lengkap dan kompetitif di kawasan untuk layanan perbaikan, pemeliharaan, dan logistik dalam industri minyak dan gas lepas pantai.
Selain itu, Singapura juga menjadi pemimpin pasar untuk konversi FPSO (Floating Production, Storage and Offloading) kelas atas dan rig jack-up, serta menjadi kantor pusat regional bagi sebagian besar pemain utama di industry minyak.
Output dari industri minyak dan gas serta petrokimia di Singapura dalam beberapa tahun terus melonjak hingga menembus US$ 60 miliar.
Berapa Produksi Hasil Minyak Singapura?
Total kapasitas pengolahan minyak mentah (refining) Singapura mencapai 1,5 juta barel per hari (bbl/hari). Jumlah ini menempatkan Singapura dalam peringkat kelima sebagai pusat pengilangan dan ekspor minyak terbesar di dunia, serta masuk dalam 10 besar eksportir petrokimia global.
Tiga kilang utamanya adalah:
- Kilang milik ExxonMobil dengan kapasitas 605.000 bbl/hari di Pulau Ayer Chawan,
- Kilang milik Royal Dutch/Shell dengan kapasitas 500.000 bbl/hari di Pulau Bukom,
- Singapore Refining Company dengan kapasitas 290.000 bbl/hari di Pulau Merlimau.
Sebagian besar ekspor produk minyak olahan ditujukan ke negara-negara tetangga seperti India, Malaysia, Indonesia, Vietnam, Australia, Thailand, dan Amerika Serikat (AS).
Selain pusat industry refinery dunia, Singapura juga merupakan pelabuhan bunkering terbesar di dunia dan salah satu pusat pengisian bahan bakar kapal (marine bunkering) terkemuka di dunia, dengan rata-rata penjualan mencapai 45 juta ton metrik per tahun. Jumlah tersebut setara dengan 15% dari penjualan global.
Kendati berstatus negara eksportir minyak, Singapura justru tidak memiliki cadangan minyak sama sekali. Mereka menggantungkan produksi ke impor.
Pada 2023, Singapura mengimpor sekitar 797.667 ribu barel per hari (bph) minyak mentah, sedikit menurun dibandingkan dengan 835.250 ribu bph pada tahun 2022.
Dengan kapasitas pengolahan minyak mentah sekitar 1,3-1,5 juta bph, Singapura mengimpor hampir seluruh kebutuhan bahan baku untuk kilang-kilangnya.
Mayoritas impor minyak mentah Singapura berasal dari negara-negara Teluk Arab, seperti Uni Emirat Arab, Qatar, Arab Saudi, dan Kuwait.
Minyak mentah impor kemudian diolah kembali, sebagian untuk ekspor dan sebagian besar dikonsumsi.
Pada tahun 2023, Singapura mengekspor sekitar 75 juta ton ekuivalen minyak (Mtoe) produk minyak bumi olahan, yang berkontribusi terhadap total ekspor produk energi sebesar 76 Mtoe.
Singapura berada di peringkat keempat sebagai eksportir produk minyak olahan terbesar di dunia pada 2023.
Data Kantor Statistik Singapura menunjukkan nilai ekspor petroleum dan produk turunannya menembus US$ 76,15 miliar pada 2024 atau setara dengan Rp 1.238,96 triliun.
Produk tersebut di antaranya bensin, solar, avtur, hingga minyak pelumas. Indonesia merupakan salah satu pasar ekspor hasil pengolahan minyak Singapura.
Data Kementerian Perdagangan menjabarkan impor hasil minyak RI dari Singapura adalah bensin.
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), impor Petroleum Products, Refined (BBM) dari Singapura sepanjang Januari-Desember 2024 tercatat mencapai 15.072.544.366 kg dengan nilai US$ 11.404.019.938. Nilai tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan pada 2023 sebesar US$ 10, 44 miliar.
Mengapa Singapura Menjelma Menjadi Raksasa Minyak Dunia?
Lokasi yang strategis, iklim usaha yang baik, dan dukungan besar pemerintah membuat Singapura menjelma menjadi hub penting industri pengolahan minyak dunia.
Singapura berada di dekat dengan Selat Malaka dan Laut Cina Selatan, serta jaringan perdagangan antarbenua yang kuat.
Infrastruktur pengilangan, penyimpanan, dan distribusi minyak bumi Singapura memainkan peran penting dalam perdagangan energi global. Pulau Jurong menjadi pusat aktivitas energi utama dengan lebih dari 100 perusahaan internasional di bidang minyak bumi, petrokimia, dan kimia beroperasi di sana.
Singapura juga dilengkapi dengan infrastruktur yang sangat baik, sistem hukum yang transparan, serta tenaga kerja yang terampil.
Bank Dunia secara konsisten menempatkan Singapura sebagai negara terbaik di Asia dan peringkat tiga besar secara global dalam kemudahan berbisnis. Mereka menawarkan lingkungan bisnis yang sangat kompetitif.
Di antaranya tarif pajak perusahaan yang menarik, termasuk berbagai pembebasan pajak dan jaringan perjanjian pajak internasional yang luas. Pendaftaran bisnis cepat dan mudah, tanpa syarat modal minimum dan regulasi yang mendukung inovasi dan investasi asing.
Singapura juga memiliki proporsi pekerja berkeahlian tinggi tertinggi kedua di dunia, dengan lebih dari 70% penduduknya mampu berkomunikasi dalam dua bahasa atau lebih.
Pemerintah Singapura juga dikenal tepercaya, kompeten, dan stabil, dengan kebijakan yang konsisten mendorong penegakan hukum dan peraturan yang jelas serta ekosistem yang mendorong inovasi dan pertumbuhan industri.
CNBC INDONESIA RESEARCH
[email protected]
(mae/mae)