Jakarta, CNBC Indonesia - Industri otomotif dunia sedang menghadapi masa suram bersamaan dengan banyaknya Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) yang akan terjadi dalam beberapa tahun mendatang.
Sebagai contoh produsen otomotif asal Swedia, Volvo Cars,akan memangkas 3.000 pekerja profesional.
Dalam sebuah pengumuman, Senin (26/5/2025), PHK tersebut akan mewakili sekitar 15% dari staf kantor perusahaan. Hal ini akan akan menimbulkan biaya restrukturisasi satu kali sebesar 1,5 miliar crown (Rp 2,5 triliun).
CFO baru Volvo Cars Fredrik Hansson mengatakan bahwa meskipun semua departemen dan lokasinya akan terdampak, sebagian besar PHK akan terjadi di Gothenburg, Swedia.
"Ini dirancang untuk membuat kami lebih efisien secara struktural, dan bagaimana hasilnya mungkin sedikit berbeda tergantung pada areanya. Namun, tidak ada yang terlewatkan," kata Hansson.
Dengan sebagian besar produksinya berpusat di Eropa dan China, Volvo Cars lebih rentan terhadap tarif baru AS daripada banyak pesaingnya di Eropa. Perusahaan itu telah mengatakan bahwa akan menjadi mustahil untuk mengekspor mobilnya yang paling terjangkau ke AS.
Sebagai informasi, AS dan China telah sepakat pada bulan ini untuk menangguhkan sebagian besar tarif pada barang masing-masing dalam sebuah langkah yang menunjukkan mencairnya ketegangan perdagangan antara dua ekonomi terbesar di dunia.
Kesepakatan ini berarti tarif "timbal balik" antara kedua negara akan dipotong dari 125% menjadi 10%. Bea masuk AS sebesar 20% atas impor China terkait fentanil akan tetap berlaku, yang berarti total tarif atas China adalah 30%.
Sementara itu, persoalan tarif antara AS dengan Eropa baru saja ditunda.
Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump memutuskan untuk menunda rencananya mempercepat penerapan tarif impor sebesar 50% terhadap barang-barang dari Uni Eropa, setelah mendapat permintaan langsung dari Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen.
Trump menyatakan bahwa ia akan memperpanjang tenggat waktu pembicaraan dagang hingga 9 Juli 2025, sesuai dengan target awal yang ia tetapkan pada April lalu.
Keputusan pada Minggu (25/5/2025) waktu setempat ini diambil hanya 2 hari setelah Trump mengancam akan mempercepat penerapan tarif tinggi mulai 1 Juni, dengan alasan frustrasi terhadap lambatnya kemajuan perundingan dagang antara AS dan Uni Eropa.
Mobil Jepang Hingga Jerman Siap Lakukan PHK
Bukan hanya perusahaan Volvo, perusahaan otomotif Nissan yang berasal dari Jepang ini sedang berjuang tersebut berencana untuk memangkas 10.000 pekerjaan tambahan dalam upaya menghidupkan kembali bisnisnya.
Perusahaan kini bertujuan untuk mengurangi total tenaga kerjanya sekitar 15%, setelah mengumumkan pada November bahwa mereka akan memangkas 9.000 posisi.
Selanjutnya, perusahaan mobil Jerman yakni Volkswagen berencana untuk memberhentikan 1.600 karyawan di unit perangkat lunaknya, Cariad, hingga akhir tahun 2025. Langkah ini akan memengaruhi hampir 30% dari total 5.900 tenaga kerja Cariad dan sebagian besar dilakukan melalui program redundansi.
Perusahaan mengonfirmasi bahwa pemangkasan ini merupakan bagian dari "rencana transformasi" yang disepakati pada 2023, dengan tujuan meningkatkan efisiensi organisasi dan menyesuaikan jumlah karyawan setelah peningkatan kinerja internal sebagai pengembang solusi perangkat lunak.
Begitu pula dengan Audi milik Volkswagen akan memangkas hingga 7.500 pekerjaan di Jerman hingga 2029 di sejumlah bidang seperti administrasi dan pengembangan.
Audi sendiri telah memangkas sekitar 9.500 pekerjaan produksi sejak 2019, yang saat itu disebut akan membebaskan miliaran euro untuk mendanai transisi ke kendaraan listrik (EV) dan meningkatkan margin operasi ke kisaran 9%-11%.
Dengan hal ini, maka jumlah PHK di seluruh grup Volkswagen menjadi hampir 48.000 posisi.
Selain itu, BMW Mini juga telah mengumumkan PHK terhadap 180 pekerja kontrak di pabriknya di Oxford, Inggris. Keputusan ini diambil sebagai bagian dari penyesuaian tenaga kerja untuk menyesuaikan dengan kebutuhan bisnis saat ini.
Pabrik Mini di Oxford mempekerjakan sekitar 3.500 orang dan memproduksi hingga 900 unit mobil setiap hari. Pada Februari lalu, BMW mengumumkan penundaan investasi sebesar £600 juta yang direncanakan untuk memperkenalkan kembali produksi kendaraan listrik di pabrik tersebut, dengan alasan adanya berbagai ketidakpastian yang dihadapi industri otomotif.
BMW menyatakan bahwa penggunaan pekerja kontrak memberikan fleksibilitas dalam menghadapi volatilitas ekonomi global. Namun, penyesuaian jumlah pekerja kontrak ini telah direncanakan sebelumnya sebagai langkah untuk menyesuaikan tenaga kerja dengan kebutuhan bisnis saat ini. Pengurangan ini akan dilakukan secara bertahap.
Lebih lanjut, Porsche berencana untuk mengurangi jumlah tenaga kerjanya sebanyak 1.900 posisi di Jerman hingga tahun 2029, yang terutama akan berdampak pada pabrik Stuttgart-Zuffenhausen dan pusat penelitian serta pengembangan di Weissach.
Keputusan ini diambil sebagai respons terhadap permintaan yang lemah terhadap model kendaraan listrik (EV) milik perusahaan, serta kondisi geopolitik dan ekonomi yang menantang.
Perusahaan bermaksud untuk melaksanakan pengurangan ini melalui paket pengunduran diri sukarela dan penawaran pensiun dini, karena PHK paksa tidak dimungkinkan berdasarkan perjanjian perlindungan kerja yang berlaku hingga tahun 2030.
Perusahaan Ford juga akan memberhentikan sementara 2.300 pekerja di Pabrik Perakitan Ford di Louisville, menurut Serikat Pekerja Otomotif (UAW). Pabrik tersebut akan dialihfungsikan untuk merakit kendaraan listrik selama penutupan selama beberapa bulan.
PHK tersebut diperkirakan akan berlangsung selama beberapa bulan, dimulai pada akhir 2025
CNBC INDONESIA RESEARCH
(rev/rev)