Jakarta, CNBC Indonesia - Di tengah kalender liturgi Gereja Katolik, Hari Kenaikan Tuhan menempati posisi penting yang seringkali tak disadari makna dalamnya.
Dirayakan tepat 40 hari setelah Paskah, hari ini memperingati peristiwa Yesus Kristus yang menurut iman Katolik naik ke surga dalam kemuliaan, bukan hanya sebagai penutup kisah kebangkitan, tetapi sebagai awal dari sebuah misi universal gereja.
Tapi di balik perayaan yang agung ini, muncul pertanyaan yang lebih mendalam: apa sebenarnya makna kenaikan Yesus? Dan bagaimana sejarahnya berkembang dalam iman Katolik dari zaman para rasul hingga zaman modern?
Asal Usul Kisah dalam Kitab Suci
Kisah tentang kenaikan Yesus tercatat paling eksplisit dalam Kisah Para Rasul 1:3-11, di mana Yesus dikisahkan menampakkan diri kepada para murid selama 40 hari, lalu naik ke surga di hadapan mereka. Injil Lukas juga menggambarkan peristiwa itu secara singkat (Lukas 24:50-53), sedangkan Injil Markus menyebutnya secara lebih simbolis (Markus 16:19).
Foto: Patung Yesus raksasa di Bukit Sibea-bea, Pulau Samosir, Sumatera Utara. Lokasi yang dibuka untuk umum pada 2023 ini menjadi tujuan wisata relijius dan tempat untuk melihat pemandangan Danau Toba. (CNBC Indonesia/Rosseno Aji Nugroho)
Patung Yesus raksasa di Bukit Sibea-bea, Pulau Samosir, Sumatera Utara. Lokasi yang dibuka untuk umum pada 2023 ini menjadi tujuan wisata relijius dan tempat untuk melihat pemandangan Danau Toba. (CNBC Indonesia/Rosseno Aji Nugroho)
Menariknya, Injil Yohanes dan Matius tidak menyajikan kisah kenaikan secara eksplisit, yang kemudian menjadi titik masuk bagi teolog Katolik untuk menafsirkan bahwa kenaikan bukanlah satu momen terpisah, melainkan bagian utuh dari Misteri Paskah: sengsara, wafat, kebangkitan, dan pemuliaan Yesus.
Perayaan dalam Gereja Katolik: Dari Yerusalem ke Seluruh Dunia
Secara historis, perayaan Hari Kenaikan sebagai hari raya dalam Gereja Katolik baru ditetapkan sekitar abad ke-4, ketika Kekristenan mulai diakui secara resmi di Kekaisaran Romawi. Sebelum itu, komunitas Kristen awal memperingati keseluruhan Misteri Paskah secara bersamaan, tanpa membedakan hari-hari khusus seperti Kenaikan atau Pentakosta.
Menurut catatan peziarah Kristen bernama Egeria (abad ke-4), di puncak Bukit Zaitun, Yerusalem Timur, berdiri sebuah bangunan kecil namun sarat makna spiritual: Kapel Kenaikan (Chapel of the Ascension), yang diyakini sebagai tempat Yesus naik ke surga.
Dibangun pertama kali pada abad ke-4 oleh Kaisar Konstantinus dan direkonstruksi oleh Tentara Salib pada abad ke-12, kapel ini menyimpan sebuah batu yang menurut tradisi mengandung jejak kaki Yesus saat Ia meninggalkan dunia secara fisik. Uniknya, meskipun menjadi situs suci bagi umat Kristen dari berbagai denominasi, kapel ini kini dikelola oleh komunitas
Sejak saat itu, perayaan ini menyebar ke seluruh dunia Kristen, dan dalam Gereja Katolik ditetapkan sebagai hari raya wajib (solemnity), yaitu perayaan liturgis tertinggi dalam kalender gerejawi.
Namun, dalam beberapa dekade terakhir, terutama di negara-negara di mana Hari Kenaikan bukan hari libur nasional, perayaannya kadang dipindahkan ke hari Minggu setelah Kamis ke-40 sebuah kompromi pastoral demi menjangkau lebih banyak umat.
Gereja Katolik tidak memaknai peristiwa kenaikan hanya secara fisik Yesus "terbang" ke langit tetapi secara spiritual dan simbolik:
- Pemuliaan Yesus sebagai Raja dan Imam Agung
- Kenaikan menandai kembalinya Yesus ke kemuliaan Allah, duduk di sebelah kanan Bapa, bukan sebagai Allah semata, tetapi sebagai manusia juga. Ia membawa kemanusiaan yang telah diselamatkan masuk ke dalam kehidupan Allah. - Akhir Kehadiran Fisik, Awal Kehadiran Rohani
- Yesus tidak lagi hadir secara kasat mata, namun Ia hadir dalam sakramen, khususnya dalam Ekaristi, Sabda, dan persekutuan umat beriman. - Jembatan Menuju Pentakosta
- Dalam tradisi Katolik, Kenaikan membuka masa persiapan sembilan hari (novena) menjelang Pentakosta. Umat diajak untuk menantikan pencurahan Roh Kudus seperti para rasul di ruang atas (Kisah Para Rasul 1:14).
Menggugat Langit dan Memahami Misteri
Gereja Katolik mengakui bahwa bahasa Kitab Suci tentang kenaikan Yesus menggunakan gaya simbolik dan naratif, bukan deskriptif ilmiah. Maka, interpretasi harfiah bahwa Yesus "naik ke langit secara vertikal" bukanlah penekanan utama.
Teolog seperti Joseph Ratzinger (Paus Benediktus XVI) menegaskan bahwa "kenaikan" tidak berarti Yesus pergi menjauh dari bumi, tetapi Ia masuk ke dalam dimensi baru realitas, ke dalam kehadiran Allah yang tak terbatas ruang dan waktu.
Artinya, kenaikan adalah penampakan akan kehadiran ilahi yang tak terbatas, bukan pelarian. Yesus tidak pergi untuk meninggalkan, melainkan agar bisa hadir bagi semua orang di segala tempat dan waktu.
Jejak Kenaikan dalam Budaya Katolik
- Kapel Kenaikan di Bukit Zaitun
- Meski kini dikelola oleh komunitas Muslim, tempat ini tetap menjadi tempat ziarah bagi umat Katolik dari seluruh dunia. - Novena Roh Kudus
- Umat Katolik memulai devosi ini sejak Hari Kenaikan, sebagai bentuk harapan akan pencurahan Roh Kudus, mengikuti teladan para rasul. - Pengutusan Misioner
- Banyak ordo, kongregasi, dan komunitas Katolik menjadikan momen ini untuk memperbarui semangat misi, karena Kenaikan menandai saat Yesus mempercayakan dunia kepada Gereja-Nya.
Yesus Naik, Gereja Bangkit
Hari Kenaikan Yesus dalam tradisi Katolik bukan sekadar kisah naiknya Tuhan ke surga. Ia adalah titik balik dari kehadiran fisik Yesus menjadi kehadiran gerejawi-Nya dalam diri umat, sakramen, dan kasih yang nyata.
Dengan kenaikan, Yesus tidak meninggalkan dunia, tetapi justru mempercayakannya kepada kita. Langit memang terbuka, tetapi panggilan kita adalah untuk kembali ke bumi menjadi saksi-saksi Kristus di tengah dunia yang terluka, bingung, dan haus akan harapan.
CNBC INDOENSIA RESEARCH
[email protected]